hot cocoa [1]

1.2K 68 6
                                    

[ February, Winter ]

Keduanya tumbuh bersama, beriringan.
Perbedaan satu atau dua tahun, tentunya tidak masalah.
Lagipula masalah cinta itu perasaan masing-masing, kan?
Tapi haruskah melibatkan wanita dengan pria di setiap ceritanya?

Perkenalkan, Mafumafu atau cukup dipanggil Mafu
- siswa kelas 2 yang sedang melewati masa-masa terbaiknya di sekolah -
sedang berusaha membangunkan teman sekamarnya yang masih terlelap.

Tunggu, teman sekamar?

"Soraru-san! Bangun, yuk, bangun!"

Alarm berwujud manusia itu pun hanya dibalas dengan erangan malas dari yang masih dibalut selimut.

"Ayo, ah! Kalau telat nanti ngga dapet sarapan, lho! Bangun, Soraru-san!"

"Iya, iya, duh masih pagi udah berisik aja..."

"Salah sendiri, siapa yang berisik kemaren malem? Sekarang impas~"

"Kapan lagi Soraru berisik? Biasanya juga situ yang berisik, kan?"

Sebelumnya, mereka itu teman sejak kecil sekaligus teman sekamar di asrama sekolah.
Sudah mengerti kebiasaan masing-masing dan punya seseorang yang bisa diandalkan-
Nyaman dan hangat, ya?
Kira-kira seperti itulah keseharian mereka.

Mereka sudah dalam perjalanan ke sekolah setelah melewati 'perang' demi sepiring sarapan tadi.
Beriringan, dengan Mafu yang selalu punya komentar tentang cuaca lah, kucing lah, sampai ke pengurus asrama juga dia utarakan semua.
Yang disampingnya hanya mengangguk atau menjawab ala kadarnya.

"Ne, Soraru-san! Sekarang udah Februari lagi, ya?"

"Iya, terus...?"

"Duh, ngga peka banget sih jadi cowok. Itu lho, itu!"

"Kalau kamu cowok tulen tolong ngomong yang jelas, Mafu..."

"Eh, mohon maaf ya aku ini cowok tulen, Soraru-san! Aish, Itu lho Valentine!"

"Ah, Valentine toh...ngga kerasa, mana bentar lagi lulus, aku udah ngga ngurus begituan deh."

Surai biru itu hanya tersenyum setelah melempar jawaban kepada si albino.
Sementara si albino terhenyak sebentar, seolah diberi tamparan kecil.

Ya, Soraru sudah kelas 3, yang berarti sisa waktu sekolahnya hanya dipenuhi ujian dan acara kelulusan. Belum lagi masalah tes masuk universitas, Valentine tentunya tidak masuk ke dalam daftar untuk dipikirkan.

"Ah, iya juga, ya? Eh, kalo gitu Soraru-san kasih ke Mafu aja coklatnya, itung-itung Valentine terakhir disini gitu."

Spesial, Mafu ingin diakui bahwa dia spesial bagi Soraru.

"Heh, kamu masih mau coklat dari cowok? Udah waktunya kamu nerima dari cewek juga kali. Toh sekarang kamu udah gede, Mafu..."

Apa hubungannya?
Mafu benci kalau Soraru mulai mengaitkan dirinya dengan perempuan.
Bukan dalam hal rupa, tapi masalah perasaan dan hubungan.

Lho, kenapa begitu?

Mafu menyukai Soraru –
Kakak kelasnya.
Teman sekamarnya.
Dan teman sejak kecilnya.

Boro-boro melihat para wanita yang tak jarang curi-curi pandang padanya.
Yang dia lihat hanya Soraru, sosok yang bisa dijadikan tempat bersandar olehnya dan sebaliknya.
Soulmate? Mungkin itu rasanya bagi Mafu terhadap Soraru.

"Tapi cokelat buatan Soraru-san paling enak...oh, atau jangan-jangan ada yang Soraru-san taksir, ya?"

"Memangnya kamu ngga bosen dikasih cokelat cuma sama cowok yang tinggal barengan sama kamu hampir 2 tahun setengah?"

"Ngga lah! Kan cokelatnya gratis, terus enak pula. Eh, jawab dulu! Ada yang Soraru-san taksir, ya?"

"...ngga ada kok, kok nanyain begituan, sih?"

"Penasaran aja."

Meh, lebih dari sekedar penasaran.

Soraru tidak bertanya kembali setelah Mafu menjawab, hanya menunduk, setengah wajahnya tenggelam dalam muffler yang ia pakai.
Mereka pisah arah untuk ke kelas masing-masing.
Sebelum benar-benar pisah, Mafu memeluk Soraru dulu sampai yang lebih tua meronta dan berusaha mengeluarkan dirinya dari pelukan.

"Soraru-san, jangan lupa makan nanti pas istirahat!"

"Mestinya aku yang bilang begitu, udah sana ke kelas-"

"Soraru-san bukannya kedinginan? Ini Mafu udah berbaik hati lho..."

"I-ini serambi kelas, Mafu! Orang lalu-lalang tau ngga-"

"Iya tau, tapi kesian Soraru-san kalo menggigil gini. Ini masih sepi, kok."

"...sesukamu sajalah."

Ah, itulah bagian dari keseharian mereka.
Mafu kembali memberikan pelukan, tanpa sadar bahwa wajah si empunya surai biru perlahan memerah.
Bukan karena cuaca yang dingin.
Ada alasan lain.

Soraru menyukai Mafu.

Pelukan yang diberikan Mafu mungkin hanya sekedar kebiasaan pagi mereka, satu sisi, tidak berbalas.
Tapi pelukan hari ini berbeda.
Soraru balas memeluk Mafu.
Tidak sepenuhnya memeluk, mungkin lebih tepatnya memegang erat jaket Mafu di bagian pinggang dengan malu-malu.
Pelukan antar teman tidak akan menjadi suatu masalah besar tentunya.

Kecuali keduanya terlalu bodoh untuk tidak menyadari apa yang sedang tumbuh di dalam hati mereka masing-masing.

"Soraru-san, Mafu mau sekampus sama Soraru-san nanti."

"Hm? Yah, belajar dulu aja yang bener, jangan kebanyakan maen..."

"Kalo kita sekampus, Mafu mau kita barengan lagi."

"Heh, jangan seolah-olah kita ngga bakal ketemuan lagi napa?"

"...'kan harus antisipasi."

"Antisipasi boleh, negative thinking jangan."

"Mm, keluar deh bijaknya."

"Udah, jangan gelayutan terus, ke kelas sana..."

"Soraru-san sendiri masih megangin jaket Mafu, lho?"

Soraru terdiam dan memerah di tempat.
Sementara Mafu? Ada seringai tipis selagi ia merasa puas dengan reaksi Soraru.

to fit the mood:
bitersweet chocolate - mr.hong

(Uwaaa, pertama kalinya nulis beginian! Monmaap kalo ada salah kata atau gaje atau mbosenin ceritanya yaa ;^;

Cerita ini muncul karena kurasa kapel mafusora masih sangat jarang(?) ditemukan ceritanya (walau di p*xiv bertebaran) dan ide yang ada di kepala banyak tapi gak diolah-olah. Jadi semoga suka dengan random mfsr ini ya! ^^)

-pleiadeshush

popping soda °Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang