hojicha [2]

354 34 48
                                    

Sial, Soraru tidak bisa berkutik.
Diri mungilnya baru saja terlihat oleh sang manusia, ia tidak ingin menghadapi rumor takdir yang para liliput jadikan kabar burung itu.
Apa ia akan dikerangkeng oleh manusia ini dan dijadikan tontonan publik?
Apa ia akan dienyahkan begitu saja layaknya serangga?
Atau ia akan mengalami hal-hal yang sudah pasti tidak mengenakkan menurut kaumnya?

|

Sang manusia, Mafu, perlahan mendekati meja kerjanya dan menatap lekat pada Soraru.
Sang liliput, Soraru, perlahan melangkah mundur sampai tubuh mungilnya menyentuh pojok meja.

Kalau kalian jadi Soraru, pasti akan melakukan hal yang serupa.
Kalau kalian jadi Mafu, pasti akan ikut menatap lekat-lekat sang liliput dari dekat.
Manusia mungil itu sungguh menggemaskan, cantik, sekaligus berjasa! Bagaimana tidak tertarik?

"K-kamu peri...?"

"..."

"Um, halo?"

Soraru bersembunyi di balik kertas tisu yang tadi sudah ia ambil.
Manik safir itu sedikit menengadah dan dipertemukan dengan bola warna rubi milik sang manusia.
Mengumpulkan keberaniannya, Soraru mulai angkat bicara.

"A...aku bukan peri."

Pemilik rumah itu begitu sumringah ketika mendengar balasan kecil yang Soraru lontarkan.
Mafu lekas duduk dan mengamati Soraru dari jarak yang lebih dekat.

"Kalo bukan peri, apa dong? Manusia mungil?"

Soraru mengangguk sembari masih berlindung di balik kertas tisu.

"Nama kamu siapa?"

"...nama?"

"Mm! Kamu pasti punya nama, 'kan?"

Soraru mengambil langkah kecil untuk mendekat pada sang empunya rumah.

"Soraru."

"Soraru-chan! Namaku Mafu-"

"Aku udah tau. Toh aku sering dateng kesini..."

"Eh, dinginnya..."

"Panggil 'Soraru' aja udah cukup, ngga usah pake '-chan'."

"Pokoknya Soraru-chan, soalnya kamu mungil–"

"Jangan sebut-sebut aku mungil."

Mafu mengerucutkan bibirnya usai kalimatnya dipotong oleh si liliput.
Manik rubinya kini mengamati lebih lanjut, mengapa 'Soraru' membawa sebuah tas?

"Tas kamu... isinya apa?"

"Eh-"

"...kamu ngambil sesuatu, ya?"

Harus bilang apa pada manusia albino ini bahwa ia baru saja mengambil sebuah isi pensil yang sudah ia patahkan agar muat di tasnya?

"Anu..."

"Hmm?"

"Maaf, aku perlu patahan isi pensil makanya tadi kuambil beberapa..."

"Ah, kamu ngambil pas aku ngga ada? Pencuri, dong?"

"B-bukan begitu!!"

Manusia ini benar-benar tidak tahu terima kasih!
Masa ide yang ia berikan selama ini tidak ada lebihnya dari beberapa patahan isi pensil?

"Jangan sembarangan ngomong! Aku bukan pencuri, seenggaknya aku udah bantuin kamu selama kebingungan soal musik, tau."

Manik merah itu hanya menatap dirinya tanpa respon jelas.
Ah, ternyata benar, ya?
Manusia itu hanya tahu memanfaatkan, tidak tahu berterima kasih–

popping soda °Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang