15

8.3K 540 20
                                    

Tiga semprul itu kaget refleks mereka melempar asal botol yang sudah habis tak tersisa dan rokok yang masih di sela-sela jari mereka.

Jeffry merampas rokok dari sela-sela jari sang anak bungsu nya. "Kau anak dari keluarga Dirgantara bukan? Dan kau anak dari keluarga Valentino?" Ucap Jeffry menatap datar Brian dan Joshua. Dua Curut itu mengangguk ragu-ragu. Lalu Jeffry memberikan kode kepada bodyguard di belakang nya untuk membawa dua semprul ini pulang.

Setelah dua semprul itu di tarik untuk pulang begitu juga dengan Jenoel yang di tarik dengan kasar oleh Jeffry, Jenoel meringis kesakitan karena genggaman tangan Jeffry yang terlalu amat keras menggenggam tangan kiri nya.

Jeffry membawa Jenoel ke kamar nya lalu menyuruh anak bungsu nya itu duduk di kasur. "Hukuman yang Dady berikan belum puas memberikan mu pelajaran Jenoel?" Ucap Jeffry menatap tajam anak nya yang sedang menggenggam pergelangan tangan kiri nya.

Jeffry melihat pergelangan tangan anak nya memar, itu pasti karena diri nya pikir Jeffry sudah sangat tepat tetapi ia abaikan saat ini. Tidak ada jawaban dari Jenoel sekarang.

"Bukan kah kau punya mulut Jenoel? Mengapa tidak menjawab?" Ucap Jeffry lagi dengan tatapan yang makin membuat hawa panas dingin.

"Apan sih gue cuman minum sama ngerokok salah emang? Gue dulu begitu setiap hari badan gue sehat-sehat aja jangan sok peduli kemana aja Lo dulu. Gak masuk akal kalo Lo nyari gue belasan tahun tapi tanpa hasil sedangkan tangan kanan lo banyak" ucap Jenoel terpancing emosi ia menatap Jeffry dengan tatapan sangar.

Jeffry juga tersulut emosi ia hendak menampar anak bungsu nya tetapi ia mulai sadar "kenapa gak jadi? Tampar ya tampar aja" ucap Jenoel tanpa takut.

"Kau ini,,, jangan keluar dari kamar sebelum Daddy membuka pintu untuk mu" ucap Jeffry lalu pergi meninggalkan Jenoel dengan menutup pintu tidak sopan karena ia menutup pintu sangat kencang lalu mengunci kamar Jenoel.

Jenoel menghempaskan tubuh nya di kasur lalu menghela napas "di kurung lagi, udah kayak burung dalam sangkar" ucap Jenoel asal sambil melihat ke atap kamar nya yang luas.

"Apa kabur aja gue?" Ucap nya lalu berdiri melihat ke bawah balkon tetapi sayang sekali di bawah balkon kamar nya ada lima bodyguard yang menjaga.

"Segala di jaga biasa nya kga, gila emang si Jepri" lalu Jenoel berjalan lesu ke arah kamar mandi, ia ingin mandi sekarang meskipun ia sudah mandi tetapi ia ingin menghilangkan rasa sakit di kepala nya.

.
.
.

Waktu sudah dini hari lebih tepatnya nya jam tiga dini hari, Jenoel masih asik dengan laptop baru nya ia sedang menonton film Marvel yang berjudul Avengers and game.

"Yah bapak gue mati" ucap nya asal melihat iron man mati. Setelah itu dia mematikan laptop nya lalu ia taru dengan rapih, Jenoel adalah tipe orang yang baru mendapatkan barang baru ia akan menjaga nya.

Jenoel merebahkan diri nya dan menarik selimut ia memutuskan untuk tidur karena mata nya sudah tidak tahan.

.
.
.

"Sayang bangun nak" ucap Tirta lembut sambil mengelus pipi sang anak khawatir.

"Nanti ah" balas Jenoel dengan suara serak.

"Mau ikut bubu tidak?" Ucap Tirta.

"Mau mau" ucap Jenoel tanpa rasa curiga ia langsung bangun dari tidur nya tetapi setelah ia liat jam di dinding nya teryata baru jam 6 pagi arti nya ia tidur hanya 3 jam.

"Yasudah sana siap-siap dulu, lalu pergi sarapan baju nya sudah bubu siapkan ya sayang" ucap Tirta sambil mengecup kening sang anak lalu keluar kamar. Jenoel dengan senang hati ia mandi akhirnya ia keluar dari mansion ini hahaha.

Kini Jenoel sudah rapi dengan pakaian di pilihkan oleh Tirta. Lalu dia bergabung bersama keluarga nya "wah adeknya kakak ganteng banget" puji Mark melihat adik nya yang baru datang.

"Baru nyadar? Dari dulu kali" ucap Jenoel sambil menyisir rambut nya kebelakang dengan jari nya sendiri.

"Ayo di makan, sini bubu ambilkan makanan nya" ucap Tirta mengambilalih makanan Jenoel, Jenoel sekali-kali melirik Jeffry yang sibuk dengan sarapan nya tanpa menatap diri nya.

'om-om ini ngambek kali ya? Kok dia yang ngambek padahal gue yang tadi malem mau di tampar, ah bodo amat' batin nya. Lalu Jenoel memakan sarapan nya dengan tenang.

.
.
.

Kini Jenoel berada di mobil dengan Jeffry,Tirta dan Mark. Jenoel duduk dengan Mark di belakang dan orang tua nya di depan dengan Jeffry yang menyetir, bodyguard mereka berada di belakang dengan mobil berbeda.

"Lah kok ke rumah sakit" ucap Jenoel melihat bangunan keramat yang tidak ingin ia masukki, melihat saja ia sudah takut.

"Bubu mau jenguk temen bubu dulu" ucap Tirta santai sambil bermain handphone nya Jenoel hanya mengangguk percaya, lalu mereka dari mobil Rian dan Bagas langsung berdiri di samping tuan kecil nya.

Mereka masuk dengan tenang, tetapi orang yang di rumah sakit besar ini heboh karena kedatangan pemilik rumah sakit ini. Keluarga itu masuk ke dalam ruang rawat pribadi.

"Ah kalian sudah datang rupa nya, silahkan ganti baju dulu Mark dan kamu pasti Jenoel bukan?" Ucap sang dokter.

Jenoel seketika bingung, kenapa ia suruh ganti baju dengan baju rumah sakit? Wah ada yang tidak beres. Lalu dia menatap Tirta meminta penjelasan.

"Daddy kamu mendaftarkan kamu untuk melakukan medical check up rutin, kakak mu juga dari kecil menjalan kan medical check up" ucap Tirta memberikan pengertian kepada sang anak, Jenoel mulai pucat karena ia tidak tahu harus seperti apa dengan jurus seribu bayangan dia lari sekencang-kencangnya.

"Kalian kenapa bengong? Cepat kejar" ucap Jeffry membuka suara nya. Bodyguard lain pun mengejar anak itu Jeffry pun sama.

"Anjir gue di tipu, gimana ini kabur kemana gue" ia melirik ke kanan kiri tetapi ia sudah di kepung oleh bodyguard Dady nya.

Sungguh Jenoel malu, tidak sengaja ia menabrak bangkar kosong, dengan akal yang ajaib dia terjatuh lalu pingsan.

Jeffry datang melihat semua itu lalu mengendong sang anak dengan sesekali ia memukul pantat sang anak.

"Daddy tau kamu pura-pura pingsan" bisik Jeffry tepat di telinga Jenoel, Jenoel yang mendengar nya menciwit punggung sang Dady.

.
.
.

"Ayo bangun, mau Daddy gendong terus?" Ucap Jeffry, lalu Jenoel bangun ia memberontak ingin turun dengan pelan Jeffry menurunkan anak nya dari gendongan nya. Jenoel melirik ke arah Mark yang sedang di periksa.

"Ayo no ganti baju nya, bubu temenin okey?" Ucap Tirta yang ia dapatkan hanya gelengan kepala.

"Ayo pakai atau Daddy umbar aib mu tadi, mau?" Ucap Jeffry, Jenoel terpaksa memakai baju rumah sakit nya.

Setelah itu ia berbaring di kasur rumah sakit yang sangat besar dan nyaman, tetapi tetap saja ia benci rumah sakit.

"Hai Jenoel perkenalkan nama saya Arlan" ucap sang dokter berdiri di samping kasur Jenoel, Jenoel menatap dokter itu malas tetapi Arlan tersenyum lalu ia menyiapkan suntikan.

"Anjir apan itu, gue gak mau di suntik" ucap Jenoel mulai memberontak saat melihat jarum suntik dengan sigap Jeffry menahan sang bungsu, tetapi tenaga Jenoel sangat kuat seperti nya anak ini kerasukan badak pikir Jeffry. Dengan inisiatif Tirta memanggil Rian dan Bagas untuk membantu suami nya.

Jenoel kini di rejang dan di paksa untuk di suntik, sudah ia bilang kan ia takut jarum suntik bahkan dia benci jarum suntik. Tetapi kali ini Jenoel di paksa.

Jenoel dapat merasakan suntikan mencolok kulit nya seketika ia hilang pandangan "Yah tuan kecil pingsan" ucap Rian melihat tuan kecil nya pingsan karena ketakutan. Padahal Jenoel hanya ingin di ambil darah saja.



























































Bersambung....

Maaf kalo banyak typo...

Jangan lupa vote and komen ya❗
Komen banyak-banyak kalo bisa❗

Jenoel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang