4. Hah, gimana?

43 7 0
                                    

Sean berdiri di luar kelas, menatap seorang gadis yang tengah membersihkan kelas sendirian. Setahunya, gadis itu mendapat jadwal piket sore hari ini, dan dua rekannya langsung pulang begitu mengangkat beberapa tempat duduk dan meletakkannya di atas meja, tentunya dengan beralasan sibuk.

Sean menunggu gadis itu selesai dengan piketnya, ia bersandar di dinding sebelah pintu dan memasukkan kedua tangannya ke saku celana. Kepalanya penuh akan pertimbangan yang akan ia lakukan berikutnya, antara benar atau salahkah yang akan ia perbuat sebentar lagi. Tapi ia yakin, dan ia sudah mempertimbangkan konsekuensi yang akan datang.

"Astaga!"kaget gadis itu menyadarkan Sean yang bergelut dengan isi pikirannya.

"Kok belum pulang?"tanyanya.

"Nungguin."ucap Sean setelah menegakkan tubuhnya dan menghadap si gadis.

"Hah? nungguin gue?"tanya gadis itu spontan.

"Hm."

"Ngapain?"

"Nih."Sean dengan gamblang menyodorkan tiga gelang yang ia beli kemarin.

Jessika hanya menatap gelang itu dan Sean bergantian. "Hah? maksudnya?"

Sean menarik tangan kanan Jessika, dan tanpa sepatah kata dari bilah bibirnya, ia memakaikan salah satu gelang yang paling ia sukai pada pergelangan tangan gadis itu.

"Lo jadi pacar gue."

"HAH? GIMANA?"kaget gadis itu.

Sean tersenyum miring "Kita pacaran."

Gadis itu mengerjab lucu "Kok?"tanya Jessika.

Reaksi alamiah yang Jessika berikan ternyata membuat sesuatu pada perut Sean bergerak tidak nyaman.

"Gue suka."

Jessika menarik tangannya yang sedari tadi di pegang Sean. "Bentar, lo suka sama gue? tapi kenapa?"

Sean mengangkat bahunya acuh "For no reason."

Jessika bingung dengan laki-laki dihadapannya. Ia menggaruk pelipisnya yang tak gatal.

"Kok lo bisa suka sama gue?"ucapnya bingung.

Sean mendekatkan wajahnya pada Jessika. Menahan senyum yang hampir mengembang saat menatap mata cerah Jessika "Gak tau."katanya kepalang santai.

Wajah Jessika merah padam saat memperhatikan Sean dari dekat, nafas Sean yang menerpa wajahnya bahkan terasa sangat dingin dengan wangi mint yang juga menambah kesan dingin itu sendiri.

"Pulang, gue anter."ucap Sean menarik pergelangan tangan Jessika tanpa aba-aba.

Jessika hanya menurut, otaknya tidak dapat berfungsi dengan benar untuk sekedar mengucapkan kata penolakan. Ia menunjukkan jalan ke apartemennya dan sampai disana Sean memarkirkan motornya di basement padahal si gadis dengan jelas mengatakan untuk berhenti ketika mereka tiba di depan gedung.

"Kok parkirnya disini? tadi kan gue bilang sampe depan aja."ucap Jessika saat turun dari motor Sean.

"Hm."

"Ish."Kesal Jessika sambil melepaskan helm yang Sean berikan tadi dengan kasar hingga rambutnya cukup berantakan.

"Ikut."

"Hah?"

Lama-lama Sean cukup kesal pada gadis ini, yang terlalu sering berucap seperti tukang keong.

"Ck, gue ikut ke apart lo."

Jessika mengerjabkan matanya, kenapa Sean susah sekali mengungkapkan sesuatu tanpa harus dua kali kerja seperti itu.

"Oohh, oke."ucap Jessika sekedarnya.

JEANDRA (About Loneliness and Happiness) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang