2. Teman sebangku

56 6 0
                                    

Seorang gadis berjalan lunglai sepanjang koridor menuju kelasnya, senyumnya terpampang entah untuk siapa, karena sedari tadi tidak ada yang membalasnya. Sudah biasa, ia tidak heran lagi. Di kelasnya bahkan tidak banyak yang berbicara padanya, jika bukan karena tugas kelompok. Mungkin ia bahkan tidak berinteraksi dengan satupun dari penghuni lain kelasnya.

Liburan tengah semester telah usai, hari ini hari pertama sekolah pada semester kedua. Kelas 10 IPA 2 sedang riuh karena tadi beberapa siswa ada yang pindah tempat duduk, dan berakhir semuanya pindah tempat duduk. Ketua kelasnya membiarkan saja, karena nanti yang repot juga sekretarisnya.

Jessika yang datang lebih siang berakhir duduk di pojok belakang, padahal sebelumnya ia duduk di barisan depan. Sebenarnya mau dimana pun ia duduk, gadis itu tidak akan mendapatkan teman sebangku, semua teman perempuannya sudah memiliki teman sebangku yang sangat kompak dan beberapa bisa dibilang tidak bisa dipisahkan, jauh berbeda dengannya yang selalu sendiri. Jessika memilih duduk dekat dengan jendela agar bisa melihat ke luar dengan mudah. Lagi-lagi gadis itu harus duduk sendiri dan kesepian lagi.

Jessika menyernyitkan keningnya, ketika mendapati seorang laki-laki melempar tas di meja sebelahnya dan duduk disana. Ia tidak pernah melihat laki-laki itu sebelumnya, sama sekali tidak pernah. Atau mungkin karena ia tidak terlalu peduli dengan keadaan kelasnya? Jessika selalu asik dengan dunianya sendiri, belajar, musik dan konstelasi bintang. Tak jarang beberapa siswa menyebutnya autis atau antisosial. Jessika tidak menyangkal dan berdebat dengan mereka, itu terlalu menguras tenaganya yang berharga. Oke cukup, lihatlah kembali pada laki-laki yang duduk disebelahnya dengan wajah masam dan datar persis tembok yang tidak di cat dengan rata.

"Cie, sama cewek."goda laki-laki yang Jessika ketahui namanya Farel pada teman sebangku Jessika.

"Berisik."sentak laki-laki itu. Cukup membuat si gadis terkejut.

"Hahahaha, selow bos."Farel berlalu menjauh sambil tertawa renyah. Jessika tidak tahu letak lucu yang membuat laki-laki itu tertawa bak kuda.

Senyum Jessika terbit beberapa menit setelah kepergian Farel, ia mengulurkan tangannya pada laki-laki yang duduk disebelahnya. Teman sebangku perdananya, setelah enam bulan bersekolah.

"Hai, gue Jessika, lo siapa?"

Laki-laki itu melirik Jessika dan berdecak pelan. "Sean."ucapnya tanpa membalas uluran tangan Jessika.

Jessika tersenyum canggung lalu menarik tangannya yang diabaikan laki-laki itu. Ada rasa penasaran yang merambat ke kerongkongannya, ia benar-benar tidak pernah melihat presensi laki-laki itu selama enam bulan itu.

"Lo murid baru?"

"Bukan."

"Kok gue gak pernah liat lo di kelas?"

Sean tidak menjawab, laki-laki itu menelungkupkan kepalanya di atas meja.

"Cowok aneh."batin Jessika.

....

Waktu istirahat tiba. Jessika memang biasa tidak pergi ke kantin, selain tidak ada teman dekat dan malas dengan keramaian. Jessika juga lebih suka membawa bekal sendiri, untuk menghemat walaupun masakannya tidak terlalu enak.

Jessika yang biasanya duduk sendirian di kelas saat istirahat kini ditemani oleh teman sebangkunya yang sedari tadi tidur menghadapnya.

Gadis itu makan dengan tenang, dan beberapa kali melirik Sean yang memejamkan matanya. Dalam pikirannya berisi spekulasi kalau laki-laki disebelahnya gemar tertidur dikelas.

Tapi sebenarnya, Sean tidak sepenuhnya tertidur. Matanya sedikit terbuka untuk melihat gadis disebelahnya yang sedang makan. Entah perasaan apa yang muncul pada hati laki-laki itu setiap melihat teman sebangkunya menyuap dan mengunyah makanan.

JEANDRA (About Loneliness and Happiness) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang