10. Ketahuan

38 5 0
                                    

Jessika membereskan alat tulisnya, sebentar lagi ia akan bersiap untuk tidur. Membuat Sean belajar ternyata bukan hal yang mudah, karena semua yang Jessika jelaskan terpental begitu saja dari kepala si laki-laki. Gadis itu sekarang kembali merenungi keberadaan Sean di kehidupannya.

"C'mon jes, you should to be happy. Sean itu yang nemenin lo beberapa bulan terakhir ini, lo gak kesepian lagi."monolog si gadis.

Ia masuk ke kamar mandi, setelah sikat gigi ia akan langsung tidur untuk menyegarkan pikirannya.

"Astaga, kenapa habis sih?"keluh gadis itu pada pasta gigi di depannya.

"Huh, jadi harus keluar deh."keluhnya lagi sembari melihat jam di nakasnya yang menunjukkan pukul setengah sepuluh malam.

Jessika mengambil dompet dan segera meninggalkan apartemennya menuju minimarket, ia tidak menggunakan jaket karena sudah memakai kaos lengan panjang. Melihat jalanan damai malam ini, terbesit di pikirannya untuk melakukan sesuatu.

"Mumpung diluar jalan-jalan dulu ah."gumamnya.

Jessika suka jalan kaki di malam hari sejak Sean mengajaknya. Sean selalu memiliki ide untuk menghabiskan waktu berdua, dan ide itu adalah hal yang tidak pernah Jessika pikirkan sebelumnya.

Gadis itu berjalan menikmati semilir angin malam yang dingin, semakin jauh ia melangkah semakin sepi kawasan itu. Jessika tidak takut, ia tahu ini sudah malam dan tidak ada yang jalan-jalan seperti dirinya.

Ia memasuki gang yang cukup jauh dari apartemennya seingatnya ada sebuah lapangan basket di ujung gang itu.

"Astaga."gumam Jessika melihat gerombolan remaja laki-laki yang saling memukul. Ia sendiri sedang berdiri di ujung gang yang tak jauh dari posisi gerombolan laki-laki itu.

Makian dan umpatan mengudara seiring suara pukulan kian terdengar banyak. Ini menyeramkan, Jessika tidak pernah melihat sesuatu seperti ini secara langsung.

"Sean?"gumam Jessika ketika menyadari presensi seseorang yang ia kenali.

Jessika bingung, ingin sekali menghentikan ini, melihat kekasihnya ada dalam pergelutan itu tapi kalau ia kesana bisa bisa ia tinggal nama saja. Akhirnya si gadis memutuskan untuk pergi dari sana, tapi

"WOII ADA CEWEK!"

Mata Jessika membulat mendengar seseorang meneriaki dan menunjuknya. Semua orang disana menatapnya seakan ingin membunuhnya saat itu juga, dengan ragu ia mengalihkan netranya pada Sean yang kini juga menatapnya, mata mereka bersinggungan, tepat saat itu juga seorang laki-laki dengan balok kayu di tangannya memukul Sean.

"SEANDRA!"pekik Jessika terkejut, tanpa ba-bi-bu ia melangkahkan kakinya dengan cepat mendekati Sean.

"WOI BRENGSEK!"

"KITA UDAH SEPAKAT PAKE TANGAN KOSONG!"

"PECUNDANG LO!"

Teman teman Sean yang tidak terima langsung menyerbu lawan mereka, kecuali Farel yang berdidi kini menatap bingung Jessika dan Sean.

"Seann, bangunnn."Jessika menepuk-nepuk pipi laki-lakinya yang terbaring di atas lapangan.

"Pleasee Sean jangan nakutin guee."tangan gadis itu gemetar, ia menahan air matanya agar tidak jatuh saat ini juga.

Sementara Jessika panik dan hampir menangis karena Sean pingsan dan yang lain bertarung hebat, Farel malah sibuk dengan isi pikirannya. Sedekat ini Jessika dengan Sean? bukannya Jessika maupun Sean sudah memiliki pasangan masing-masing. Apakah mereka selingkuh, karena duduk berdua di sekolah?.

"Gue kira Jessika cewek setia, kenapa Sean bisa kepincut sama dia padahal udah punya cewek?"gumam Farel.

"Sean bangunnn, jangan ginii, nanti gue gak marah deh kalau lo ngeluh belajar."Jessika mengelus kepala Sean yang kini berada di pangkuannya.

JEANDRA (About Loneliness and Happiness) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang