3. Tertarik lagi

55 6 0
                                    

Sean tidak mengalihkan pandangannya dari gadis yang duduk disebelahnya. Satu minggu sudah mereka sebagai teman sebangku, cukup menarik melihat Jessika suka membaca buku tentang astronomi sampai sedalam itu. Sean penasaran dengan gadis itu, satu-satunya gadis yang tidak menunjukkan raut kagum padanya. Tatapan gadis itu berbeda, terlihat kosong, entah apa yang membuatnya begitu, yang pasti Sean ingin mengisi kekosongan itu.

Kelas ramai karena bel masuk baru saja berbunyi, guru belum juga datang dan Jessika memilih untuk membaca buku yang ia pinjam dari perpustakaan kota. Jessika suka ke perpustakaan dan planetarium. Jalan-jalan gadis itu hanya seputaran tempat itu, tidak pernah ada yang baru.

Merasa diperhatikan, Jessika menolehkan pandangannya pada teman sebangkunya. Benar, Sean menatapnya begitu dalam.

"Kenapa?"tanya Jessika.

Sean menggeleng pelan. Ia memainkan jari tangannya yang beberapa waktu lalu terluka dan Jessika membalutnya dengan plester luka. Sean ingat ia merasa tidak rela melepas plester itu, bahkan selalu tersenyum melihatnya.

Seorang guru wanita masuk ke dalam ruangan, membuat siswa-siswi yang daritadi berisik langsung terdiam tenang.

"Kumpulkan tugasnya!"

Baru saja masuk sudah seperti ini, guru kimia mereka memang seperti itu, menyebalkan.

Jessika panik, bukunya tidak ada. Sedari tadi gadis itu mencari di dalam tas, kolong bangku dan setiap sudut di dekatnya. Buku tugasnya, ia lupa membawa hal sepenting itu.

"Siapa belum mengumpulkan?"

Jessika pasrah, gadis itu mengangkat tangannya bersamaan dengan Sean. Jessika menoleh, ternyata laki-laki itu tidak membuat tugas atau ketinggalan juga sepertinya.

"Wah, Seandra. Sebenarnya saya senang kamu mengikuti kelas saya, tapi ternyata kamu tidak memenuhi kewajiban kamu."

Sean merotasikan matanya, gurunya amat menyebalkan baginya, bagaimana ia tidak selalu kabur setiap mapel kimia dimulai. Ia membenci guru itu, bukan materinya.

"Tunggu, Jessika? kamu melupakan tugas kamu?"

"I-iya bu."ucap Jessika gugup.

"Baiklah,"

Jessika hanya berdoa agar ia tidak mendapatkan hukuman, ia ingat guru ini gemar sekali menghukum siswa yang terlambat, tidak mengumpulkan tugas, ataupun berisik di kelas.

"Kalian berdua berdiri di lapangan, hormat pada tiang bendera sampai jam kimia berakhir."

Senyum tipis Jessika pudar, pada akhirnya dia harus merasakan hukuman guru itu. Ia melirik Sean yang baru saja berdiri, lalu dengan lemas ia mengikuti laki-laki itu.

"Jangan coba-coba kabur."ucap guru wanita itu.

"Iya bu."sahut Jessika.

Mereka keluar dari kelas dan berjalan menuju lapangan, Jessika menunduk sepanjang perjalanan sedangkan Sean berjalan santai dengan kedua tangan yang bersarang di saku celananya, hukuman seperti ini bukan sekali dua kali ia hadapi.

"Hei, ayo kabur."celetuk Sean membuat Jessika terkejut.

Jessika mendelik dan berkata "Jangan aneh-aneh, nanti hukumannya nambah."

Hati Sean tergelitik mendengar ungkapan gadis itu, terdengar lucu padahal gadis itu tidak mengunakan nada imut atau apapun yang kedengarannya seperti itu. Gadis itu hanya terlihat lucu dimatanya.

Mereka berhenti di depan tiang bendera, belum saja mereka melakukan hal yang guru itu perintahkan, seorang laki-laki yang Jessika ketahui adalah ketua osis menghampiri mereka dan tertawa, Jessika cukup tau kalau tawa itu adalah tawa mengejek.

JEANDRA (About Loneliness and Happiness) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang