PART 4
Kemeja putih, celana abu dan dasi abu yang panjang.
Kulitnya coklat tapi tak legam.
Senyumnya enak untuk dipandang.
Suaranya berat jika didengar.
Orangnya mudah untuk dikenal.
Kalau aku panggil namanya, satu sekolah akan tahu aku suka dia.
Maka kupanggil dia, si manis saja.
Dingin, memikat, tak hangat, tak ramah, tapi aku tetap suka.
Dia, adalah Naka.•••
Naya baru saja kembali dari kamar mandi karena pembalutnya bocor ditengah jam pelajaran. Dia memastikan darah di roknya sudah tidak ada meski harus merelakan rok yang Naya kenakan basah akibat dibasuh dengan air. Ekor matanya menangkap sosok Naka yang berseragam putih rapih baru saja menginjak tangga masjid di SMA Taruna.
Seutas senyum menghiasi wajah cantik Naya saat dia sadar akan tujuan Naka ke masjid sana.
Satu hal lagi yang Naya sukai dari cowok itu disenjang waktu masuk pelajaran kedua. Naka pasti membelokan tujuan belajarnya untuk pergi ke masjid dan menunaikan sholat dhuha. Naya sudah hapal betul kegiatan Naka yang satu ini. Tak jarang Naya ikut membolos mapel dipertengahan jam kalau dia melihat Naka keluar dari kelas yang kebetulan bersebrangan dengan kelasnya, hanya untuk sholat dhuha bersama.
Naya suka setiap mendengar suara serak ketika Naka berdo'a. Yap, dia pernah mendengarnya beberapa kali sewaktu masjid tak terlalu ramai. Kakinya melangkah kearah masjid tanpa perlu Naya perintah. Berdiri tepat didekat sepatu hitam milik Naka. Naya berjongkok lantas mengelus lembut ujung sepatu itu. Sesederhana ini hanya untuk membuat Naya bahagia dalam hal menjadi pengagum rahasianya Naka.
Naya buru-buru sembunyi saat Naka keluar dan mengenakan sepatunya sambil duduk diemperan tangga.
Dalam senyap, Naya membuntuti jejak Naka sampai gedung kelas yang berbeda memisahkannya dari cowok itu. Tak apa, walau begitu Naya tetap senang.
•••
Meski tidak satu kelas bersama Revina dan Katya, hal ini sama sekali bukan kendala bagi cewek yang menjabat sebagai sekretaris OSIS itu untuk datang ke kelas mereka sepersekian detik usai bel istirahat berbunyi.
Lihat saja sekarang, Naya yang begitu sabar menanti kedua sahabatnya selesai belajar di koridor depan kelas mereka. Dia menyandarkan tubuhnya ke tembok pembatas dengan santai sambil mengetuk-etukan jari.
Tepat saat guru di kelas dua cewek itu keluar, Naya langsung menyerbu meja Revina dan Katya. Wajahnya full senyum mendapati respon kedua cewek ini yang kaget.
Revina mengelus dadanya seraya mencibir, "bisa gak kalo datang ke kelas orang tuh assalamu'alaikum dulu?"
Naya menggaruk tengkuknya disertai cengiran. "Gak sempet Rev. Hehe."
"Dosa loh," sambung Revina, memposisikan badannya sedikit miring karena sedang memasukan buku kedalam tas. "Apalagi tujuannya mau ngebahas cowok. Ya ampun, entar Tuhan marah lihat lo maksiat mulu." Kepalanya menggeleng-geleng dengan tujuan meledek Naya yang mudah ditebak kehadirannya pasti membahas Naka.
"Iya-iya, Rev. Assalamu'alaikum." Naya menyerah pada cibiran Revina dan mengucap salam juga.
Revina mengangkat kedua jempol tangannya, sebelah matanya mengedip. "Bagus. Kalo gitu kan baru pantes disebut anak pak haji," timpalnya kemudian.
Bibir Naya mengerucut tatkala Revina menyebut embel-embel papanya. Dia paling tak suka disebut anak pak haji, sebab penampilan Naya tidak sealim anak-anak haji lainnya. Tidak berhijab, tidak berpakaian syar'i ataupun gamisan dan gemar bermaksiat.
![](https://img.wattpad.com/cover/344083561-288-k360298.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
There's Only You
Teen FictionNaya dilema, pada sebuah pilihan yang mengharuskan dia mengorbankan perasaannya. Tadinya, perasaan itu selamanya hanya milik Naka~cowok manis yang namanya sudah lama tersemat di hati Naya. Namun, kehadiran Shaka~santri yang tak kalah manis dari Naka...