p

157 27 7
                                    

Jay tiba di depan rumah Jongwoo saat sudah malam, Ia terengah-engah sebab berlari dari halte, detik berikutnya ia menepuk keningnya karena melupakan sesuatu.

"kok gak pulang dulu?! mommy pasti nyariin!"

Jay puter balik arah, setelah sampai didepan rumahnya, Jay buru buru masuk, menaruh tasnya, "mommy! Jay udah pulang ya! Jay mau ke rumah kak Jongwoo!" teriaknya dari ambang pintu, tas miliknya tergeletak sembarangan di ruang tamu.

"Jay! kamu baru pulang, salin baju dulu!"

teriakan mommynya full Jay abaikan, ia berlari kembali ke rumah Jongwoo. rumah itu gelap, seperti tidak ada seseorang didalamnya, tapi masa bodo, ada tak ada Jay tetap mengetuk pintu kayu tersebut.

tok tok tok!

"kak Jongwoo!? ini Jay"

tidak ada sahutan, beberapa menit Jay menunggu juga tidak ada respon dari dalam, tapi Jay gak nyerah gitu aja, Jay tetap mencoba mengetuk pintu tersebut.

"kak Jongwoo! buka gak?!"

brak!

"cepet! buruan bukain! diluar dingin!"

Jay beberapa kali menendang pintu itu, Jay gak bohong saat bilang diluar dingin, kenyataan memang begitu, apalagi Jay masih menggunakan seragam sekolahnya yang berlengan pendek.

"ka―!"

pintu yang sejak tadi Jay tendang, terbuka tiba tiba, menampakan Jongwoo dibelakangnya, tanpa basa basi Jongwoo menarik Jay untuk masuk ke dalam rumahnya.

"kamu gak tau ini udah malem?!"

"kakak!!"

omelan Jongwoo dianggap angin lalu, sangking senangnya bisa melihat Jongwoo kembali setelah terakhir kali, Jay langsung memeluk erat kakak kelasnya tersebut, Jay menyembunyikan wajah lelahnya di dada yang lebih tua.

Jongwoo sendiri terlalu terkejut, tangannya tiba tiba kaku, bahkan dagunya bisa merasakan puncak kepala Jay, helaian rambut adik kelasnya tersebut mengenai lehernya, pelukan yang ia rasakan sangat erat, Jongwoo sama sekali tak bisa bergerak.

ditengah keterkejutannya, Jongwoo merasa Jay mendorongnya perlahan, ia dapat merasakan cengkraman dipundaknya, saat ini Jongwoo tak bisa melihat jelas wajah Jay sebab ruang tamu itu tidak ada penerangan, sengaja memang dimatikan lampunya.

"d-dengerin! aku suka kakak!, bukan, bukan suka sebagai temen atau kakak kelas, a-aku suka kakak lebih dari ituu!! harus diterima!! kalo gak Kamden mau sama aku! jadi plis, jangan ditolak"

Jay lega bisa mengucapkan hal barusan, hatinya memang berdebar saat kata kata itu terucap, tapi setidaknya sudah tidak ada kebingungan disaat ia mempertanyakan kenapa ia selalu ingin menempel dengan Jongwoo, kenapa ia merasa malu saat Jongwoo memujinya, kenapa semua sentuhan Jongwoo terasa nyaman di dirinya.

semua itu sebab Jay menyukai kakak kelasnya tersebut.

Jongwoo dengan jelas mendengar, sepersekian detik kemudian, Jongwoo menarik Jay masuk ke dalam kamarnya, pintu itu kembali ditutup dengan Jay yang ada di belakangnya, Jongwoo menahannya. dengan penerangan kamarnya, sekarang Jongwoo dapat melihat jelas wajah Jay. rambut yang acak acakan, wajah yang lelah, serta masih mengenakan seragam sekolah.

"kamu mau bercanda sama kakak? mau main main??"

"aku gak bercanda, aku serius!!"

"setelah kamu ciuman sama Kamden di taman sekolah, sekarang kamu ngaku suka kakak??"

"ituu― ah, aku gak bisa jelasin!"

dengan mengingat wejangan terakhir Kamden, Jay berani menangkup wajah Jongwoo, lalu mengecup bibir kakak kelasnya tersebut, hanya kecupan, tidak lebih.

a. woojay [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang