09| Kandidat baru

2.9K 83 0
                                    










Biru terlentang menatap langit-langit kamar, suara desahan Jeffrey di kamar mandi membuat sebagian tubuhnya ikut panas dingin. Biru tahu apa yang di lakukan laki-laki itu, seperti yang terjadi pada laki-laki kebanyakan.

Pipinya terasa panas saat Jeffrey menyebut namanya sebagai bahan fantasi, Biru memilih melipir sejenak ke arah balkon. Menikmati udara dingin dengan mata memejam, tanpa sengaja dia melihat hasil lukisannya yang baru setengah jadi.

Mengambil tempat, dia ingin segera menyelesaikan lukisan wajah Cara, rencananya setelah itu dia akan melukis Jeffrey. Biru ingin lukisannya menjadi kenang-kenangan di saat dia sudah pergi nanti. Oleh karena itu, dia ingin melakukan yang terbaik pada hasil lukisannya.

“Biru,”

Biru menoleh lalu kembali fokus ke kanvas. Sayangnya, seseorang yang memanggilnya itu seperti tidak ingin di abaikan. Jeffrey beberapa kali mencari perhatian dengan mencium pipinya, berganti posisi memeluk menyembunyikan wajahnya di leher sang gadis lalu dengan sengaja menempelkan bibirnya di sana.

Biru berdehem, merasa geli. Tidak ingin membuat kesalahan, gadis itu akhirnya berhenti. Jeffrey tersenyum puas, dengan rambut yang masih basah menuntun tangan Biru mengelus belakang kepalanya.

“Mas Jeffrey udahan?”

“Kamu tadi denger?” Biru menggeleng akan tetapi rona merah pada wajah gadis itu seolah berkata lain, Jeffrey mengecup keningnya lama. “Saya malu banget, maaf.”

Biru memilih diam, masalahnya dia juga malu. Tangannya menyentuh rahang Jeffrey mengelus lembut lalu berhenti di pundak laki-laki itu yang terekspos, shirtless.

Tanpa sadar Tangannya yang bertumpu di pundak mengerat.“Mas Jeffrey percaya gak, kalo aku udah punya tunangan?”

“Tunangan?” Beonya.

“Sebelum aku aku di culik. Aku udah punya tunangan, namanya Jaeden.” Biru menyembunyikan wajahnya di leher Jeffrey, mengingat kembali sosok Jaeden. “Tapi aku gak mau. Mungkin kalo aku gak kabur, dan ketemu orang-orang yang culik aku. Aku udah nikah sama dia.”

“Kenapa gak mau?” Tanya si laki-laki, penasaran. Jeffrey menyamankan duduknya, bersila di lantai dengan Biru yang ada di pangkuannya. “Calon kamu jelek?”

Biru refleks menabok pinggang Jeffrey. “Ck! Gak gitu, Jaeden ganteng! Banget malah tapi ya gitu serem, suka ngatur-ngatur aku, posesif akut. Tapi aku tahu, dia sayang aku.”

“Pede,” Cibir Jeffrey, terdengar menyebalkan. “Kenapa kabur kalo tahu dia sayang?”

Di lain sisi, kepalan tangan di pinggangnya menandakan laki-laki itu sedang menahan sesuatu yang hampir meledak, entah kenapa rasanya Jeffrey tidak rela nama pria lain keluar dari mulut gadis didepannya.

Mendongak, Biru bersitatap langsung dengan tatapan tajam Jeffrey. “Belum siapa aja punya suami kayak Jaeden, belum apa-apa udah ngekang aku, apa lagi kalo udah jadi suami istri. Aku juga milih-milih.”

Jeffrey mengendus geli. Tak ingin menanggapi perkataan Biru, Jeffrey sedikit menunduk untuk melihat apa yang gadis itu lakukan, menggambar abstrak di bagian dadanya yang telanjang.

Biru nyengir. “Aku sebenarnya mau lihat reaksi Jaeden waktu tahu aku udah tidur sama laki-laki lain, kalo dia masih terima aku, berarti mau gak mau aku juga harus terima dia.”

Jeffrey bungkam, jantungnya seketika berdetak dua kali lipat, antara tak suka dan tak berhak mengatur kehidupannya. Lama mengamati wajah tanpa dosa Biru, Jeffrey mulai mendekat mempertemukan dahi keduanya lalu turun melumat bibir Biru kasar.

𝘿𝙄 𝘾𝙐𝙇𝙄𝙆 𝙈𝘼𝙎 𝘾.𝙀.𝙊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang