12| Ban serep

2.2K 65 1
                                    








Gadis itu terbangun, meringkuk di balik selimut yang menutupi seluruh tubuh. Saat membuka mata, dia sendirian, di tengah gelapnya kamar dengan Jeffrey yang entah kemana. Ini masih pukul tiga pagi, tapi pria itu sudah meninggalkan nya begitu saja.

Rasanya Biru, tidak. Ini pilihannya, dia yang mulai menggoda pria itu lebih dulu, sejak pertama melihat Jeffrey dan mendengar laki-laki itu memiliki kelainan seksual, Biru mulai penasaran dan mencoba hal gila yang tak pernah dia duga.

Sekarang, setelah apa yang terjadi, dia tidak boleh menyesalinya. Ini bukan kesalahan, tapi di sengaja karena rasa penasarannya. Jeffrey gak salah, tapi tubuhnya yang terlalu murah.

Sayup-sayup terdengar suara pintu terbuka, Biru menyibak selimut, berlari berhambur ke pelukan Jeffrey yang menatapnya dengan raut kaget. Laki-laki itu lantas tersenyum gemas, tubuh polos Biru bersentuhan langsung dengannya.

"Kamu nangis?” Dengan lembut, jarinya mengelus pipi basah Biru.

Jeffrey menggendong tubuh Biru kembali ke ranjang, mendudukkan gadis itu di sana. Tatapannya menatap nyalang tubuh Biru dari atas sampai bawah, tanpa bisa di cegah jakunnya bergerak naik turun.

“Hey, Ada yang sakit?”

Biru gigit ibu jari Jeffrey yang masih bertengger di pipinya. “Mas Jeffrey tinggalin aku! Aku gak suka, kenapa lampunya di matiin?!"

Jeffrey entah kenapa tergelak, tolong sadarkan dia untuk tidak mengulangi apa yang di lakukannya semalam, dia takut hilang kendali dan menerkam gadis itu hingga pagi. Berdehem, demi keamanan bersama dia membawa tubuh gadis itu berbaring, menutupi seluruh bagian tubuhnya dengan selimut.

"Tadi ada Leon pulang bawa Cara, saya ngobrol sebentar dengan dia. Kamu kenapa bangun? Ada yang gak enak?"

Gadis itu menggeleng, beranjak lalu tanpa aba-aba tiduran di dadanya dengan posisi tengkurap. Dalam keadaan seperti ini membuat degup jantungnya bertalu keras, Jeffrey tersenyum tipis saat merasakan dada gadis itu menyentuh kulit perutnya langsung. Jari Biru dengan nakal bermain-main di area bibirnya, menusuk-nusuk gemas.

“Salah gak sih. Di luar sana Biru punya tunangan, tapi di sisi lain, Biru lagi lakuin ini sama Mas Jeffrey.”

Jeffrey menggusrak rambut lepek Biru, wajah sembab dan kantung mata hitam gadis itu membuatnya semakin terlihat cantik. Jeffrey tidak tahu apa yang gadis itu lakukan padanya, hingga seorang Jeffrey Graciano Pradana bertekuk lutut dalam waktu singkat.

"Salah. Saya gak akan membenarkan perbuatan kita, terlepas dari kamu sudah punya tunangan atau belum."

Biru anteng, menikmati elusan di kepala hingga matanya memberat. Namun, saat akan terpejam, rasa penasarannya lebih mendominasi dia kembali mendongak.

"Terus, kenapa Mas Jeffrey lakuin?"

"Cinta?" Suaranya tercekat meragu karena pertemuan mereka terlalu cepat, belum ada sebulan tapi rasanya Jeffrey ingin terus berada di tempat yang sama dengan Biru.

“Oh, dulu aku pernah dengar. Cinta pandangan pertama adalah gairah, seperti yang tengah kita lakukan sekarang.”

Laki-laki di bawahnya terdiam kaku. Biru tak dapat menyembunyikan wajah tak sukanya, bahkan nada bicaranya tadi terdengar merendahkan.

Dari dulu, setiap tindakan yang di lakukan, Biru selalu mengutamakan pemikiran buruk dari pada hal baik. Itu salah satu sifat buruknya yang membuatnya urung melangkah maju, Biru selalu merasa nyaman dengan posisinya sekarang.

Saat pertama kali kabur dari rumah dan berhasil menggoda Jeffrey, itu adalah awal dia melangkah lebar.

“Aku mau tidur,” ujarnya setelah lama terdiam.Jeffrey menggeleng, menahan tubuh Biru yang akan beranjak.

𝘿𝙄 𝘾𝙐𝙇𝙄𝙆 𝙈𝘼𝙎 𝘾.𝙀.𝙊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang