Kamu jahat, Mas!

12 4 0
                                    


“Mas jahat!” Yuni berteriak marah pada Anto, suaminya.

“Aku benci sama Mas!” Nafas wanita itu terengah-engah.

Anto yang sedang dalam posisi berjongkok karena sedang membersihkan rantai motor mendongak dan melihat istrinya berjalan mendekat.

Laki-laki itu berdiri saat istrinya datang tepat di hadapannya.

“Mas jahat!”

“Aw, aw, sakiit!” Anto berteriak kesakitan, Yuni tidak hanya meneriakinya ‘jahat’ tapi juga memukul-mukul lengannya.

“Kamu jahat, Mas. Aku benci sama Mas. Huu ... huu....” Ibu dua anak itu memang berhenti memukul lengan suaminya, tapi dia mencengkeram bagian tubuh Anto yang itu dengan sangat keras, lalu menangis pilu.

Anto sebenarnya ingin protes atas kelakuan Yuni yang tiba-tiba. Tapi karena dia menangis tersedu-sedu seperti itu, jadi tidak tega memarahinya.

“Ada apa sih, Mah? Kok datang-datang marah-marah?”

Laki-laki itu mencoba  meraih pundak istrinya untuk menenangkannya.

“Jangan! Jangan sentuh aku. Aku benci sama Mas. Aku benci...!”

Anto tercengang dengan kemarahan Yuni  yang semakin bertambah-tambah. Dia menatap istrinya dengan raut bingung.

“Kenapa, Yun?”

“Mas selingkuh,” jawab Yuni.

“Hah? Kapan?” Anto tidak mengerti kenapa tiba-tiba ia dituduh selingkuh.

“Tadi! Tadi aku lihat Mas jalan sama Dinda, mantan Mas waktu SMA. Kalian berpegangan tangan mesra sekali.”

“Hah?!” Anto terlihat melongo, dia mengira-ngira apa yang sedang terjadi dengan sang istri.

“Aku gak pernah jalan sama Dinda, ketemu aja gak pernah.” Dia membela dirinya sendiri.

“Jangan bohong! Aku lihat sendiri Mas jalan sama dia di pasar tadi.”

“Tadi? Tadi kapan?” Anto tambah bingung.

“Tadi, waktu aku pergi ke pasar.” Yuni semakin emosi karena sang suami mengelak dari tuduhannya.

Dua anak mereka yang sejak tadi berada di kamar mendekati ayah ibunya akibat keributan yang mereka buat.

“Memangnya tadi kamu dari pasar?” tanya Anto.

“Iya!”

“Bukannya kamu dari tadi di kamar?” tanya Anto.

“Tadi Aku ke pasar, kamu sendiri yang nganterin.”

Anto melihat motornya, sejak satu jam lalu dia memperbaiki kendaraan roda dua itu, rantainya copot dan beberapa spare partnya harus diganti.

“Bukannya dari tadi Mamah ada di kamar?” tanya Faiz si anak sulung.

“Iya, kan Mamah bilang mau bobo siang.” Zaki si anak bungsu menimpali perkataan kakaknya.

Yuni seperti mendapat sebuah siraman kesadaran.

“Bukannya tadi Mamah ke pasar diantar Papah, ya?” tanya Yuni pada anak-anaknya.

“Motor Papah rusak, Mah, tuh lihat!” jawab Faiz.

Wanita itu membalik badannya, melihat motor bebek merah yang ada persis di samping Anto. Setelahnya, beralih menatap sang suami yang terlihat sedang menahan kesal.

“Hehehe, Mas, Sayang.” Yuni tertawa garing, lalu mendekati Anto dan bergelayut manja di lengan kekar laki-laki itu.

“Hehehe -Anto tertawa sinis- Jadi kamu cuma mimpi?” Yuni merasa malu mendengar pertanyaan itu.

“Kayaknya sih gitu, Maaf ya, Mas. Hehehe....” Dia menggaruk  alis matanya yang tidak gatal.

Anto mengelus-elus lengannya yang dipukuli oleh sang istri dengan sekuat tenaga, Yuni jadi merasa bersalah.

“Bikinin kopi sana!” Laki-laki itu memerintah seraya membentak.

Yuni tidak mau mengambil resiko, dia berlari ke dapur untuk membuat kopi sesuai perintah suaminya.

Semoga, saat ia menghidangkan kopi nanti, amarah sang suami sudah reda.

Haduh, bagaimana bisa dia bermimpi lalu marah-marah karena terbawa emosi? sungguh konyol.

Semua ini gara-gara cerbung berjudul “Pelakor itu Mantan Pacar Suamiku” yang dia baca sebelum tidur siang tadi.

Selesai.

Salam sayang

Kamu Nyebelin Aku Ngeselin (kumpulan cerpen drama rumah tangga)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang