Antara Nafkah dan Uang Jajan

12 4 0
                                    

"Pah! Papah...! Ada kabar gembira nih!"

Yuni memburu suaminya yang sedang asyik membaca portal berita online di ruang tamu.

"Kabar gembira apa?" Anto, sang suami menatap wajahnya.

"Hehehe...." Yuni terkekeh. Membuat suaminya mengerutkan kening.

"Apa kabar gembiranya?"

"Mamah baru baca artikel, nih dengerin ya, 'Tahukah Anda, ternyata nafkah istri dan uang belanja adalah dua hal yang berbeda. Uang belanja berupa uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makan, membayar rekening listrik dan air, dan biaya kebutuhan hidup lainnya. Sedangkan nafkah istri adalah yang khusus yang diberikan suami kepada istrinya atau uang jajan.' Hehe.."

"Ooohh...," ucap Anto. Laki-laki itu kembali fokus pada berita yang sejak tadi ia baca.

"Loh, kok, 'oh' doang sih?!" Yuni protes. "Pah! Papah...!" Berteriak di telinga sang suami.

"Apa sih, Mah?!"

"Minta jajan!" Yuni menodongkan tangan.

"Ya udah, ambil di dompet!"

"Boleh?"

"Lah, biasanya juga kan Mamah ambil sendiri. Buat belanja, buat jajan, beli daster, beli bedak, beli martabak, beli mie ayam. Kalau gak ada di dompet Mamah gesek sendiri di ATM. Emang pernah Papah bilang 'gak boleh'?"

"Gak pernah sih, hehe...."

"Nah, terus...?"

"Mmm...." Yuni bergumam tak jelas

"Ya udah ah, Papah mau baca berita, jangan diganggu dulu! Mending Mamah abisin seblaknya, nanti keburu dingin, gak enak. Ntar minta beli lagi!"

Yuni kembali menghampiri mangkuk seblaknya dengan ceria.

Selesai.

Catatan :

Siapa di sini yang makan seblak aja udah bikin bahagia?

Salam sayang.

Kamu Nyebelin Aku Ngeselin (kumpulan cerpen drama rumah tangga)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang