Chapter 08

615 124 41
                                    

Seisi ruangan terbungkam. Masih terperanjat sebab presensi Sarah yang tiba-tiba saja muncul di ujung ruangan.

Wanita muda itu berjalan, menghampiri Sunghoon dengan wajah dinginnya. "Bukankah mengulik informasi pribadi seseorang itu adalah hal yang tidak sopan, Sunghoon?"

"Ah.. maaf.." 

Entah mengapa Sunghoon malah meminta maaf, hatinya tengah bimbang. Bukan, dia bukannya sedang merasa takut. Justru ia merasa bahwa ia harus tunduk pada kata-kata Sarah, seolah ucapan wanita itu mengandung sihir.

"Kembalikan."

Pemuda berkulit seputih susu itu menunduk dan menuruti perintah Sarah, ia mengembalikan berkas dokumen itu ke tempat asalnya. Tidak ada yang bersuara setelahnya, dua belas anak laki-laki itu hanya menahan napas sembari menunggu apa yang akan dilakukan oleh Sarah selanjutnya.

Menembak? Melumpuhkan mereka? Menangkap mereka lagi? Atau apakah Sarah bersama orang lain yang akan membantunya menyergap mereka?

"Meskipun kalian akan dengan keras menolaknya, kalian tahu sendiri kan?" Sarah menghela napasnya berat, "bahwa saya selalu menginginkan hal yang terbaik untuk kalian?"

Soobin berdecih, menolak mentah-mentah pernyataan yang terlontar dari lisan sang suster. Begitu pula pemuda yang lain, terutama Beomgyu dan Sunoo yang sudah membuat wajah seolah-olah ingin muntah.

"Iya." jawab Yeonjun tiba-tiba.

Sontak yang lainnya menoleh sembari mengernyit, melayangkan tatapan yang seakan-akan berucap : Apa-apaan kau ini?!

Tapi Yeonjun sedikit mengacuhkannya. "Aku.. dulu selalu meyakini itu. Bahwa kau dan suster yang lain pasti menginginkan kebaikan."

Sarah mendengus lantas menggeleng pelan. "Tidak, hanya saya saja. Suster yang lain tidak seperti saya."

"Yeonjun hyung, jangan dengarkan dia! Ayo cepat-cepat pergi dari sini!" Soobin membentak dari ujung pintu dengan wajah cemasnya.

Yeonjun melirik sekilas, tapi masih ingin melanjutkan konversasinya. "Aku ingin memberimu satu kesempatan."

"Hmm?"

"Kalau kau mau bicara, aku akan mendengarkan." tambah Yeonjun.

"Hyung?!" 

Seketika adik-adiknya yang lain menolak menyetujui pendapat tiba-tiba dari Yeonjun. Siapa juga yang mau lama-lama berhadapan dengan suster dari Niñogiz itu? Bukankah lebih baik mereka segera kabur sebelum ditimpa malapetaka yang lain lagi?

"Memangnya kau sudah siap mendengar hal yang sesungguhnya?" tanya Sarah, basa-basi.

Melihat itu, Soobin sedikit muak. "J-jangan ucapkan satu kata pun! Hyung, kumohon ayo segera pergi dari sini."

"Hyung! Yeonjun hyung!"

"Oh ayolah!"

"Ng? Mortem bilang kita sebaiknya nggak buru-buru meninggalkan tempat ini." celetuk Sunoo.

"Persetan!" umpat Soobin keras-keras. "Kau itu gila, Sunoo! Jangan dengarkan makhluk yang hanya ada dalam khayalanmu itu!"

Sunoo terbungkam. Begitu pula seisi ruangan. Mereka menatap Soobin dengan tatapan sangsi dan kecewa.

"Gila, ya?" ulang Sunoo.

"Tidak, kau tidak gila, Sunoo." Beomgyu menatap Soobin marah. "Kau sadar kau barusan bilang apa?"

Kacau lagi. Soobin hanya terlalu panik, dia tidak berniat mengatai Sunoo sebagai anak yang gila. Sungguh. Ia hanya ingin cepat-cepat pergi.

Sarah menghela lagi napasnya, berbalik dan berjalan menuju pintu ruangan. Sebelum akhirnya benar-benar pergi, Sarah menengok ke belakang sebentar.

After Gizhi | ft. ENHYPEN and TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang