TEGANG.
Sekujur tubuh Jungwon seketika menegang bilamana mendengar suara ibunya. Di ambang pintu kamar, dia berdiri dengan senyuman yang redup.
"Jawab aku, kenapa kakek dibunuh?" tanya sang kakak lagi. Suaranya mulai bergetar, dan amarahnya perlahan-lahan memuncak.
Sang ibu hanya menggelengkan kepalanya sembari menekan saklar lampu, membuat kamar menjadi terang. "Tidak sopan sekali, masuk ke kamar orangtua."
Wanita itu berjalan pelan-pelan menuju lemari pakaian, ia mengobrak-abrik barang-barangnya disana lantas mengeluarkan sebuah berkas dan melemparkannya tepat di hadapan Jungwon dan sang kakak. Surat perjanjian dengan simbol burung berwarna biru tua.
"Ini bukan, hal yang kalian cari?"
Napas Jungwon tersengal dan mulai tak beraturan. Gawat. Ia menjadi cemas berlebih lagi. Dengan jemari yang gemetaran, anak laki-laki itu memungut beberapa lembar kertas yang tadi dilempar ibunya, kemudian membaca satu persatu kalimat yang tertulis disana bersama kakaknya.
Disana terdapat identitas kedua orangtuanya, kemudian satu identitas yang asing, yang tampaknya milik seseorang dari pemerintahan. Dan dibawahnya, tertulis sebuah isi perjanjian yang aneh. Terlalu aneh untuk Jungwon pahami. Sebab ia mendapati nama dan identitasnya sendiri di dalam perjanjian itu.
... menerangkan bahwa yang bersangkutan, secara sadar dan tanpa paksaan, memberikan izin kepada :
YANG JUNGWON
Seoul ; February 9th, 2004 | Male
untuk memenuhi perjanjian sebagaimana mestinya, termasuk diantaranya; menjadi subjek penelitian kepentingan umat, tinggal di kawasan penelitian selama yang dibutuhkan, putus sekolah selama yang dibutuhkan, dan lain-lain.
Perlu diketahui, bahwasanya penelitian ini ditujukan untuk menyongsong kemajuan dan termasuk upaya memperkuat keamanan negara. Dan bahwasanya setiap wali dari partisipan masing-masing pantas mendapatkan penghargaan dan hadiah ...
Tangan Jungwon semakin bergetar, sampai-sampai kertas-kertas itu terjatuh dari genggamannya. Kakaknya menggeram pelan.
Jungwon menatap mata ibunya itu. "Apa maksudnya ini?"
Wanita yang melahirkannya itu menghela napasnya sambil bersandar ke dinding di belakangnya. "Hal yang bagus, bukan? Mengirimmu untuk kepentingan negara ini. Kau bisa saja menyelamatkan seluruh negeri kita, Jungwon."
"Ibu sengaja mengirim Jungwon? Jadi ... dia tidak diculik? Apa maksudnya semua ini?" sang kakak mengutarakan pertanyaan dalam kepalanya.
"Ya, ibu dan ayah yang mengirimkan Jungwon. Dia tidak pernah diculik."
Mendengar itu, Jungwon merasa semakin lemas. Tak percaya dengan kata-kata ibunya. Jadi, orangtuanya memang sengaja memasukkannya ke Niñogiz. Jadi, ia memang dimaksudkan untuk mati.
Penelitian. Sengaja dikirim. Kepentingan negara. Kata-kata itu berputar terus dalam kepala Jungwon, membuatnya termenung.
"Ibu yang membuat adikku jadi sakit!" sang kakak setengah berteriak.
"Kenapa kamu begitu marah? Kamu berkata seperti itu seolah Jungwon bukanlah anak ibu. Ini adalah bentuk abdi negara! Ibu dan ayah sangat kecewa saat adikmu itu melarikan diri dari tugas mulia seperti ini!"
KAMU SEDANG MEMBACA
After Gizhi | ft. ENHYPEN and TXT
Fanfic[ a sequel of Niñogiz ! ] Jungwon kira, Tuhan sudah mengizinkannya untuk hidup bebas. Nyatanya, tempat bersandar yang ia anggap aman, telah mengkhianati setiap mimpinya. TW !! this story might contains ; gore, disturbing descriptions, suicidal thoug...