Hari ini hari kerja, jalanan macet dan orang-orang tampak sangat sibuk. Belum lagi teriknya matahari terasa begitu menyengat kulit. Tapi, selagi Sunoo belum menyerah mencari ibunya, Yeonjun juga tidak akan berhenti.
Entah berapa jam mereka habiskan untuk memutari kota, mencari sosok wanita yang melahirkan Sunoo itu. Keduanya telah menghampiri rumah lama Sunoo, tapi tetangga disana mengatakan bahwa ibu Sunoo sudah pindah dari sana sejak beberapa bulan. Kemudian Yeonjun dan Sunoo juga pergi ke tempat yang Sunoo ingat adalah tempat ibunya bekerja. Namun, pegawai lain di tempat itu bilang kalau ibu Sunoo sudah berhenti bekerja disana.
Banyak sekali tempat yang sudah mereka kunjungi, tapi wujud wanita itu masih nihil. Yeonjun dan Sunoo sudah mampir ke toko bunga kesukaan ibu Sunoo, ke taman kota, ke tempat-tempat yang biasa wanita itu kunjungi. Setelah semua usaha itu, tak ada yang membuahkan hasil.
Akhirnya kedua pemuda rubah itu duduk di halte, sama-sama menenggak minuman yang mereka beli dari minimarket.
"Mungkin Bunda sudah nggak ada di dunia ini, hyung." celetuk Sunoo asal.
Yeonjun mendesis. "Aish, jangan berkata seperti itu. Bundamu pasti ada di suatu tempat."
"Tapi kita sudah berkeliling dari pagi."
Yang lebih tua tampak berpikir, sembari memerhatikan wajah Sunoo yang sepertinya kelelahan. "Hey, bisa kau coba beritahu aku, bagaimana Bundamu itu?"
Sunoo menaikkan sebelah alis, lalu melepaskan satu helaan napas. "Bunda orang yang pekerja keras–"
"Bukan itu maksudku." potong Yeonjun gemas. "Ciri-cirinya, ciri fisik."
"Apa ya?" Sunoo berpikir keras. "Sudah lama aku nggak lihat Bunda, tapi seingatku dia tidak jauh berbeda denganku, mungkin. Badannya kurus, terakhir kali rambutnya sepinggang, dan dia selalu tersenyum."
Kemudian Sunoo menatap Yeonjun. "Apa deskripsi itu membantu?"
Sejujurnya itu kurang detail, tapi entah mengapa, informasi itu lebih dari cukup bagi Yeonjun. Sebab kini matanya menangkap sosok seorang wanita bertubuh kurus dengan rambut dikuncir tengah berbicara dengan wanita yang lain. Dan oh, senyumannya begitu mirip dengan milik Sunoo.
"Sunoo."
"Ya?"
"Apakah itu Bundamu?" tanya Yeonjun tanpa mengalihkan pandangannya. "Itu, yang di seberang jalan."
Sunoo menoleh dan memperhatikan sosok wanita berpakaian biru muda yang ditatap Yeonjun. Sosok familier, sosok yang dulu setiap pagi memasak sarapan untuknya, sosok yang akan selalu memberikan Sunoo hadiah kecil setiap nilai ujiannya naik, sosok yang selalu ada di sisinya.
"Iya." Sunoo menghela napas. "Itu.. pasti Bunda."
"Sungguhan?!" Yeonjun lantas berdiri, wajahnya tampak senang. "Kalau gitu ayo kita hampiri dia!"
"Tidak."
"Apa?"
"Tidak usah."
"Hey, kenapa begitu? Kita sudah susah-susah mencarinya. Ayo susul sebelum kita kehilangan jejaknya."
Sunoo menarik tangan Yeonjun agar pemuda itu kembali duduk. "Bunda kelihatannya bahagia saat ini, tanpaku."
Yeonjun mencebik malas. Bisa-bisanya anak laki-laki di depannya ini menolak menemui ibunya yang begitu ia rindukan? Ia sedang sakit atau apa? Padahal bisa saja kesempatan seperti ini hanya datang satu kali, bukan?
"Berhenti berpikir yang tidak-tidak, Sunoo–!"
"Sunoo? Kim Sunoo?"
Suara yang lembut itu memotong ucapan Yeonjun. Entah bagaimana, sosok yang terduga ibu Sunoo itu kini sudah ada di belakang keduanya, menatap intens pada anak laki-laki yang termuda.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Gizhi | ft. ENHYPEN and TXT
Fanfiction[ a sequel of Niñogiz ! ] Jungwon kira, Tuhan sudah mengizinkannya untuk hidup bebas. Nyatanya, tempat bersandar yang ia anggap aman, telah mengkhianati setiap mimpinya. TW !! this story might contains ; gore, disturbing descriptions, suicidal thoug...