-5- Hari buruk

14 4 0
                                    

'Let's Play:)'

Bibir Amel langsung tersenyum lebar, "Ayoo!" Katanya bersemangat. Amel kembali bertanya, "Kita mau main apa'?" raut wajahnya antusias sekali menunggu permainan.

Kongu menulis,
'Main ABC'
'Nama barang'
'Tapi, nanti pakai gambar'

"Gimana tuh, boleh contohin'?" Amel masih bingung dengan permainan yang dimaksud Kongu.

'Misal'
'C untuk cincin'

Kongu mulai menulis huruf C lalu membuat garis, bulatan, dan memberi garis tebal pada huruf C. Hingga membentuk gambar sebuah cincin.

"Wahhh," Amel takjub dengan gambaran Kongu, serta penjelasan dari Kongu. Ia juga memberi tepuk tangan.

Setelah itu Kongu mengeluarkan kertas dan alat gambar dari kantong kostumnya.

"Wah keren banget," Amel kagum dengan kantong kostum Kongu yang bisa mengeluarkan banyak barang. "Kalo gitu langsung mulai'?"

Kongu mengangguk. Dan mereka memulai permainan tersebut. Mereka terus bermain hingga senja tiba.

"Woyy lu gak turun?"

Pertanyaan dari seorang pemuda berkacamata membuyarkan memori kejadian Amel kemarin.

Spontan Amel langsung menoleh ke arah pemuda berkaca mata yang kini tengah menatapnya dengan sinis, "Tu-run," jawab Amel dengan gugup karena takut dengan tatapan pemuda itu.

Dengan cepat Amel langsung menuruni Bis. "Makasih," ucap Amel kepada pemuda itu.

Pemuda itu dengan santainya langsung melengos menuju kampus, tak membalas ucapan terimakasih Amel.

Amel memandangi pemuda itu yang mulai menjauh dari halte. Amel menghela nafas kasar lalu berjalan menuju kampus. Sepanjang perjalanan Amel hanya memerhatikan punggung pemuda itu. Di dalam hati, Amel merasa perasaannya campur aduk. Amel merasa kesal ketika mengingat sikap dingin pemuda itu. Di sisi lain ia merasa sangat sedih dan takut karena tatapan pemuda itu. Di sisi lain ia berterimakasih dengan pemuda itu karena memberi tahunya kalau sudah tiba di halte kampus.

Tiba-tiba terbesit sebuah pertanyaan di dalam pikirannya. Bagaimana cowok itu tau kalau Amel anak Universitas Andita Pandita? Amel sendiri saja tidak tahu pemuda itu siapa dan anak jurusan mana. Tiba-tiba Amel mengecek seluruh atribut di tubuhnya. Tidak menemukan, gadis itu mengecek tasnya dan benar saja Amel menemukan gantungan kunci logo Universitas Andita Pandhita yang menggantung di tasnya. Amel menggenggam gantungan kunci itu sambil melempar tatapan datar kepada benda mati itu, "Kamu ternyata."

Jika saja gantungan kunci itu makhluk hidup yang bisa berbicara mungkin saja ia akan protes bilang, APAA KOK AKU SIH?

Amel melepas genggamannya, kembali memakai tas ranselnya dan tetap membiarkan gantungan kunci dengan logo Universitas Andita Pandhita mengantung di tasnya. Amel tertawa geli sendiri mengingat, "Baru aja mau ngira kalau aku terkenal." Gadis itu menggeleng-geleng karena kepedean. Tapi, Amel memang terkenal cuman dirinya sendirilah yang tidak sadar kalau ia terkenal.

Tiba-tiba kejadian kemarin muncul lagi di pikirannya. Amel kembali girang di sepanjang perjalanan menuju kampusnya.

Memasuki area kampus terlihat Rena tengah berjalan menuju gedung kampus, namun tali sepatunya terlepas, mau tak mau ia harus mengikat tali sepatunya terlebih dahulu. Rena tak ingin ada kejadian memalukan yang menimpanya. 

"RENAAA... RENAAA..." panggil Amel dari kejauhan sembari berlari mendatangi Rena.

Rena menghadap ke arah suara, dan tersenyum melihat tingkah gemas sahabat nya itu.

My Boyfriend is ClownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang