-10- Piknik

13 3 2
                                    

Amel terburu-buru berlari menuju halte bus. Karena sebentar lagi bus akan berhenti di halte terdekat dari rumahnya.

"Mba..., Mba..." Panggil seseorang.

Dengan terpaksa Amel menoleh, "Ada apa Mas'?" tanyanya dengan tergesa-gesa.

"Kartunya," Tangan pemuda itu memegang kartu transaksi bus milik Amel yang sempat terjatuh.

"Makasih Mas," Amel mengambil kartu miliknya dan kembali berlari.

Tepat sekali, ketika hendak tiba di halte, bus dengan rute menuju kampus berhenti di halte tersebut. Amel mempercepat langkahnya agar tidak ketinggalan. Dengan segera ia memasuki bus yang sudah di penuhi oleh beberapa orang. Jari-jari kecilnya menempelkan kartu transaksi ke alat scan yang ada di dekat kursi supir. Setelah melakukan transaksi, Amel langsung mengedarkan pandangan ke seluruh bus untuk mencari kursi. Namun, kali ini dirinya kurang beruntung, semua kursi telah di duduki orang-orang yang naik terlebih dahulu darinya. Mau tak mau, ia harus berdiri.

"Amelll" Sapa Yudha yang tengah berdiri sambil memegang pegangan bus.

"Eh Kak Yudha," Amel balik menyapa dengan senyumannya.

"Lu gak diantar Mel'?"

"Gak Kak, setiap hari aku naik bus kok, cuma kemarin ada banyak bawaan aja makanya dijemput."

"Oh gitu." ucap Yudha sambil mengangguk-angguk. "Kok gue gak pernah ketemu lu ya'?" Yudha bingung mereka tidak pernah bertemu padahal mereka satu rute.

"Aku memang baru-baru aja Kak naik bis. Biar mandiri."

"Bagus itu bagus."

Karena keasikan mengobrol, mereka tidak menyadari pemberitahuan kalau bis ini akan segera berangkat. Saat supir menancap gas, Amel yang tidak berpegangan langsung terjatuh ke dekapan Yudha.

"Aduh maaf Kak," Amel langsung berusaha berdiri.

"Iya, gak papa," Yudha turut membantu Amel berdiri.

Amel langsung mencari pegangan agar kejadian seperti tadi tidak terulang lagi. Yudha terdiam menatap ke luar jendela bis.

"Makasih kak, kalau gak aku udah jatuh tadi," Amel berterima kasih. Untung saja ada Yudha yang menahan Amel, kalau tidak ia sudah jatuh ke lantai bus.

Yudha hanya tersenyum menanggapi Amel.

Bis telah sampai di depan halte depan kampus. Yudha tersenyum tipis dan langsung turun berjalan memasuki kampus. Amel heran.

Amel berjalan memasuki kampus. Tiba-tiba Rena muncul dari sampingnya jalan dan langsung menggenggam tangan Amel. Hal itu membuat Amel terkejut.

"Amel lu beneran ga sih?" Raut wajah Rena terlihat cemas.

"Hah apaan Ren'?" Amel bingung dengan maksud sahabat nya itu.

"Itu lo lu serius pacaran sama badut? Gue masih gak percaya Mel." Rupanya Rena masih tidak percaya dengan pernyataan Amel kemarin. Rena mau meyakinkan dirinya kembali. Ia berharap Amel tidak serius dan hanya bercanda. Rena sangat khawatir dengan keadaan Amel.

Amel tersenyum, "Iya Ren serius, ngapain aku bercanda."

Rena makin menampakkan wajah cemasnya, "Mel lu kalo ada masalah bilang Mel," Nada bicara Rena terdengar sedih.

Amel tertawa kecil, "Enggak Ren, Aku gak ada masalah kok, nanti aku bakal ajak kamu ketemuan deh sama dia, Ok."

Rena tak dapat berkata-kata. Rena terlihat bingung dengan Amel. Ia takut kalo Amel sedang tidak baik-baik saja.

My Boyfriend is ClownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang