Epilog

1.2K 97 39
                                    

Terkadang kehidupan yang kita inginkan tidak berjalan seperti apa yang kita selalu bayangkan. Kerikil - kerikil kecil akan selalu mengikuti kemana langkah kaki kita berjalan.

Begitu pula dengan Haruto. Setelah perceraiannya dengan Junkyu tiga tahun yang lalu, dia mulai menyadari bahwa keegoisan kita bisa menghancurkan kita kapan saja.

Pentingnya komunikasi dalam sebuah hubungan adalah kunci dari keharmonisan. Haruto sadar, mereka berdua sejak awal memiliki komunikasi yang berantakan. Haruto dengan ego dan pandangan sempitnya. Junkyu dengan traumanya.

Sekarang mereka mulai menata hati mereka masing - masing. Haruto yang sesungguhnya mulai jatuh cinta dengan Junkyu, dan dia baru menyadarinya saat Junkyu sudah tidak ada dalam hidupnya.

Walaupun memulai hubungan baru dengan Junkyu itu ditentang habis - habisan oleh kedua orangtua Junkyu, tapi Haruto tidak henti - hentinya berjuang.

Dia selalu melakukan kunjungan ke Kanada satu bulan sekali hanya untuk bertemu dan berjalan - jalan dengan Junkyu.

Junkyu yang pelan - pelan mulai menerima kehadiran Haruto juga merasa bahagia. Walaupun keempat sahabatnya sudah memperingatkannya. Kisah cinta Junkyu bersama Haruto tidak seindah bayangan orang - orang.

Bagaimana Junkyu berusaha melawan traumanya dengan berkonsultasi serutin mungkin dengan dokter psikolognya disini. Bagaimana Junkyu belajar berdamai dengan dirinya dan masa lalunya. Sulit? Tentu saja.

Tapi bedanya sekarang dia mulai melangkah bersama - sama dengan Haruto. Haruto yang mulai menunjukkan perubahannya dan Junkyu yang mulai membuka diri lagi dengan Haruto.

Cinta Junkyu terlalu dalam untuk dia lupakan.

...

Alarm pagi ini membuat Haruto terbangun, dia melihat tanggal yang berada di meja nakasnya.

Haruto tersenyum sendu, hari ini datang juga.

Haruto terbangun dari tidurnya dan masuk ke dalam kamar mandi. Dia tidak boleh telat di hari bahagia Junkyu.

Haruto memakai pakaian yang sudah disiapkan oleh asisten pribadinya. Setelan suit hitam yang membungkus tubuhnya membuatnya sangat tampan.

Haruto menata rambutnya dan menyemprotkan parfum secukupnya. Dirinya mengenakan jam tangan dan mulai mematut dirinya sendiri dicermin.

"sempurna" gumamnya.

Pintu kamarnya diketuk dari luar oleh seseorang.

"masuk" ucap Haruto.

Haruto bisa melihat ayahnya berdiri diambang pintu.

"kau sudah siap?" tanya Sehun.

Haruto mengangguk.

"sudah ayah, dan aku rasa Junkyu juga sudah siap disana"

Sehun tersenyum lembut kepada putra semata wayangnya ini.

"kau benar - benar berubah Haru, dan ayah bangga melihatnya"

"terkadang pengalaman pahit adalah pelajaran yang paling mahal ayah" ucap Haruto sambil tersenyum tipis.

"kau sudah sangat dewasa"

Haruto dan ayahnya mulai berjalan keluar dari kamar Haruto.

Sedangkan disisi lain, Junkyu gelisah. Dia terus saja berjalan ke kanan atau ke kiri, berputar - putar membuat Jihoon kesal.

"duduklah Kim Junkyu" ucap Jihoon.

"aku gugup" ucap Junkyu.

"tenanglah, ini bukan pernikahan pertamamu, kau sudah pernah melewatinya sebelum ini" ucap Jaemin.

The Devil (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang