Guardian Angel for Rain | Bab 2

86 20 23
                                    


SATU kata yang bisa menggambarkan seorang Damian Dominic adalah sempurna. Pria itu berwajah sangat tampan layaknya pahatan dewa Yunani, tatapannya tajam dengan netra biru pekat, tubuhnya tinggi atletis dan warna rambutnya berwarna coklat keemasan seperti madu.

Damian saat ini sedang duduk membaca naskah di atas sofa putih di kondominiumnya. Pria itu terlihat serius, sesekali bibirnya bergumam menghapalkan dialog. Sejak Damian memerankan sebuah karakter untuk pertama kalinya, sejak itu jugalah dia jatuh cinta dengan dunia perfilman. Damian sudah menjalani berbagai jenis pekerjaan sebelumnya dan menurutnya menjadi aktor adalah pekerjaan yang paling menyenangkan. Dia bisa menjadi apa saja dan mendalami berbagai peran melalui film yang dibintanginya.

"Kau masih disini?" Seorang pria muncul di sampingnya sambil menggaruk kepala, pria itu terlihat bosan melihat Damian.

"Sudah kubilang jangan muncul seenaknya di rumahku," tukas Damian dengan suaranya yang berat dan dalam tanpa menoleh ke arah pria disebelahnya.

"Bagaimana kalau kau bersantai sedikit, Dami? Ayo kita pergi keluar dan bersenang-senang."

"Apa kau tidak lihat kalau aku sedang bersenang-senang sekarang?" Damian menggeleng kecil lalu kembali menekuni skrip naskah di hadapannya.

Pria di samping Damian menatap Damian dengan wajah tidak percaya, "Justru aku harus bilang kalau kau sekarang benar-benar terlihat membosankan. Kita sudah bersahabat sejak lama dan aku malas mendengarmu mengatakan kalau membaca naskah film adalah cara untuk bersenang-senang."

"Aku memang menyukai film, Liam. Kau tahu itu, kan?"

Liam Kenneth merotasi netranya, "Aku tahu kau sangat menyukai film dan aku menyesal mengenalkan hal itu padamu dulu. Kau bahkan benar-benar menekuninya dengan menjadi seorang aktor terkenal. Ayolah Dami, lupakan dulu sejenak isi naskahmu itu dan pergi keluar bersamaku."

Damian menghela napas singkat, "Memangnya kau mau kemana, sih?" tanyanya malas. Dia tahu sahabatnya itu tidak akan pernah menyerah jika ingin mengajaknya pergi ke suatu tempat.

"Kau ikut saja, aku ingin memperlihatkan sesuatu padamu," jawab Liam ceria.

Damian mengangkat salah satu alisnya, "Ini tidak berkaitan dengan wanita, kan? Kalau iya aku tidak tertarik untuk ikut."

"Hei, ada apa memangnya dengan wanita? Tidak ada salahnya kan kalau kita bergaul dengan wanita. Apalagi dengan para wanita cantik." Liam mengedip ke arah Damian.

Damian membelalak melihat tingkah Liam, "Membosankan sekali, kalau begitu aku tidak jadi ikut denganmu."

Liam mendengus sebal mendengar jawaban Damian, "Mentang-mentang kau selalu menjadi pujaan wanita kau jadi malas berurusan dengan wanita, huh?" Liam sadar Damian selalu dikelilingi wanita sejak dulu, mungkin karena itulah Damian sepertinya menjadi bosan.

"Anggap saja aku sedang malas sekarang."

"Bahkan untuk pergi hangout dengan sahabatmu ini?" tanya Liam kemudian dengan nada memelas.

"Oh baiklah, kau itu memang tidak pernah menyerah ya?" Damian menutup skrip naskah dengan jengkel lalu berdiri dari sofa.

Liam terbahak, "Kalau begitu kenapa kau masih saja mencoba berdebat denganku?"

Damian hanya menanggapinya dengan dengusan. Kedua pria itu kemudian keluar dari kondominium Damian lalu pergi menggunakan mobil sport Liam.

🧚‍♂️🧚‍♂️🧚‍♂️

"Apa kau bekerja sambil kuliah?"

Rain menatap tamu di depannya, seorang pria yang tiba-tiba menoleh ke arahnya setelah membaca buku menu.

Guardian Angel for RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang