Guardian Angel for Rain | Bab 8

142 21 68
                                    

SAMAR-samar, Rain bisa melihat pemilik netra biru bak lautan itu menghampirinya. Di sampingnya, pria berwajah kekanakan menatapnya keheranan bercampur iba bersama dengan seorang gadis cantik berambut pirang yang terlihat sinis.

"Kalian.." ujar Rain tersengal. Rain tidak bisa melanjutkan ucapannya, napasnya sesak dan tubuhnya terasa begitu lemas.

"Bertahanlah," ucap si pemilik netra biru. Kemudian dia merentangkan tangannya di atas jantung Rain sambil mengucap mantra hingga Rain merasakan sesuatu yang hangat mengalir di tubuhnya. Tiba-tiba saja cahaya pada jantung Rain meredup dan gadis itu kehilangan kesadarannya.

"Damn!" umpat Damian sambil menghela napas lelah.

"Bawa dia, Liam. Kita pergi ke tempatku sekarang," titah Damian dengan nada dingin.

"Baiklah," jawab Liam cepat. Meskipun kepala Liam dipenuhi pertanyaan tapi dia tidak akan mengusik Damian dengan keingintahuannya saat ini. Damian tampak sangat kesal sekarang dan jelas kecerobohannya adalah salah satu penyebab kekesalan Damian.

"Dami..!" pekik Rose tak percaya. "Aku tak mengerti, bagaimana bisa benda suci Savier yang hilang selama ratusan tahun ada ditubuhnya?!"

Liam lantas memelototi Rose, "Please, Rose. Not now," gumam Liam pelan kepada gadis pirang itu.

"Why?" balas Rose mengernyit tak mengerti.

Liam hanya bisa menghela napas lalu merotasi bola matanya malas. Oh yeah, dia tidak mungkin meladeni Rose yang tak peka dan penuntut itu sekarang. Berdebat dengan Rose tentunya hanya akan membuat Damian semakin murka.

Damian menoleh kearah Rose dengan sorot dingin netranya, "Kita bicarakan nanti dirumahku," jawab Damian singkat.

Rose terdiam. Gadis itu tidak dapat membantah Damian apalagi memprotesnya. Rose kemudian mengikuti kedua pria itu berteleportasi menuju condo milik Damian.

🧚‍♂️🧚‍♂️🧚‍♂️

Di sebuah bangunan kastil berdinding batu abu-abu, seekor makhluk berkepala singa dan bertubuh seperti kambing berlari menyusuri koridor dengan tergesa. Makhluk itu kemudian membuka pintu kayu besar berwarna hitam dan masuk ke sebuah ruangan yang gelap. Mahkluk itu lantas membungkuk sambil menunduk dalam ketika Tuannya tiba-tiba muncul dari bayangan dinding.

"Vesper mati, Tuan. Malaikat yang membunuhnya adalah Malaikat yang pernah berhadapan dengan anda," ucap Cipero penuh penyesalan.

"Tidak mungkin!" seru Sean, "Apa Vesper tidak melakukan sesuai rencanaku?!"

"Vesper telah melaksanakan sesuai perintah anda, Tuan. Tapi Malaikat itu tiba-tiba muncul di lokasi Vesper tanpa diduga. Hamba juga sudah mengawasi diam-diam seluruh keadaaan dan tidak ada tanda Malaikat itu mengetahui keberadaan manusia itu sebelumnya."

"Malaikat sialan!" Sean menghujamkan kepalan tangannya ke dinding, wajahnya terlihat murka, "Ini tidak masuk akal. Apa kau benar-benar yakin gadis busuk itu tidak memberitahu padanya kemana dia akan pergi?"

"Tidak, Tuan. Gadis itu justru pergi dari rumahnya untuk mencari Tuan Rowan. Dia berpikir Tuan Rowan sedang berada di universitas tempat Tuan Rowan selama ini menyamar."

Sean mendesis, kilatan licik tampak dinetranya, "Menarik.. jadi gadis busuk itu ternyata merindukan Rowan kecilku." Sean menyeringai menampakkan kedua taring dimulutnya yang menyeramkan, "Baiklah, sepertinya aku memang harus bersabar menunggu hingga Rowan pulih. Saat itu tiba, permainan akan kembali dimulai dan aku akan mendapatkan Atalier ditanganku."

"Tuan, apakah sekarang hamba bisa menggantikan tugas Vesper? Hamba juga ingin membalaskan kematian Vesper."

Sean menatap dingin kearah Cipero yang masih membungkuk, "Tidak, tugasmu tetap mengawasi keadaaan diluar dan melaporkannya padaku."

Guardian Angel for RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang