"Sisakanlah dalam sehari, waktu untuk Tuhanmu juga. Bermunajat, merendah, dan curhat kepada-Nya. Karena demikian akan menghadirkan ketenangan hati dan semakin dekat dengan Tuhan. Oleh karena itu, sebab berkhalwat di goa Hira' lah, Nabi Muhammad mulai mendapat risalah kerasulan."
***
"Loh, Pak Arman mana Kak?"
Usai acara, Kamelia terheran karena tak mendapati Pak Arman yang tidak ada di tempat acara."Iya Mel, beliau tadi terburu-buru entah mau kemana. Beliau titip salam untukmu karena ada urusan penting."
Kamelia termanggut. Ia memakluminya karena memang Pak Arman ini orang penting. Dan orang penting pasti akan banyak urusan menanti.
Tinggallah Kamelia dan Arya berdua. Karena memang hari ini Pak Karman sedang menjalani cuti. Sebab itu dirinya tidak membawa mobil sendiri. Sebenarnya dirinya bisa menyetir sendiri. Tapi, sayangnya ia malas melakukannya dengan dalih lebih suka menjadi penumpang daripada menyetir sendiri.
Waktu itu, Arya mendapati wajah Kamelia terlihat bingung. Dan ia tahu itu.
"Kamu tenang aja. Aku anterin pulang kok," jelasnya.
"Berdua? Satu mobil? Emang kamu mau?" tanyanya keheranan.
"Emang kenapa?"
"Enggak. Bingung aja. Kamu kan santri. Setahuku santri itu jaga diri banget."
Arya tertegun. Ia terlupa akan hal itu. Justru sekarang dirinya memasang wajah kebingungan karena malu. Kamelia yang mendapati itu menjadi tertawa geli.
"Kamu tenang aja. Aku bisa naik grab kok," ucapnya disela tawa.
"Eh, jangan!"
Kamelia tersentak, memasang wajah yang bertanya-tanya."Bareng aku aja. Kan sama saja, nanti kamu berdua satu mobil dengan sopir grab. Lagian kalau terpaksa nggak apa-apa kok," sambungnya.
Kamelia semakin tertawa mendengarnya. Ia merasa aneh dengan Arya yang polos. Seperti ada rasa yang ia sembunyikan darinya. Setelah berpikir, ia pun menerima tawaran Arya.
Di mobil Arya, Kamelia memilih duduk di kursi tengah. Ia sangat menghargai Arya sebagai santri. Ia juga turut menjaga batas-batasnya.
Selama perjalanan, Kamelia hanya terdiam. Dirinya menyenderkan punggung di kursi sambil memijit kepalanya yang agak pening. Arya yang mendapati temannya demikian, merasa cemas.
"Mel, kamu sakit?" tanyanya sambil menyetir.
"Nggak kok."
"Nggak usah bohong. Wajahmu terlihat pucat." Arya tahu itu karena melihat dari spion dalam mobil. Sejenak Arya berhenti.
"Ini kamu pakai jaket aku!" Sambil menyodorkan jaket yang baru saja ia lepas dari tubuhnya.
Kamelia tak menolak. Langsung ia ambil dan segera ia pakai.
"Terima kasih Kak.""Kamu pasti kecapekan." Arya pun melanjutkan menyetir.
"Hm, iya. Kalau ada proyek album baru pasti begini. Emang suka kecapekan. Tapi kalau dibuat istirahat dua hari pasti udah sembuh. Aku udah biasa. Jadi tahu kondisi diri," jelas Kamelia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Derita Asmara Tiga Hati (DATH) TERBIT✓
Romance"QOBILTU NIKAKHAHA WATAZWIJAHA BILMAHRIL MADZKUR HAALAN!" "Kak Arya?" Kamelia masih tidak percaya dengan apa yang dilihat. Dengan perasaan yang hancur, ia mendapati sosok Arya mengucapkan kalimat sakral. Tapi, ia tak bisa melihat begitu jelas sosok...