Nayeon berkacak pinggang, menatap puas hasil karyanya pada tripel.
"Mami, aku tidak suka pakai topi bundal begini! Gelah!" Kesal Dahyun menarik-narik tali topi yang terikat dibawa dagunya.
"No, no, no dilepas, yah! Lihat! Kamu tambah tampan pakai topi!" Bantah Nayeon memicingkan mata penuh ancaman.
Tapi, Dahyun adalah Dahyun. Topinya sudah dilepas lalu dibuang begitu saja.
Nayeon menghela napas pasrah. Anak pertamanya memang kepala besi "Yah, sudah. Tapi, kalau kamu kepanasan jangan mengaduh sama Mami, yah!"
Dahyun mengangguk, memberi ibunya dua jempol mungil.
"Chaeyoung? Tzuyu? Mau bukan juga topi kalian?"
"No! Nanti kulitku hitam" Bantah Chaeyoung berusaha melebarkan ujung topinya padahal ukurannya memang sudah dari pabrik.
"Aku suka topi ini, Mami. Bisa me-nye-mbu-nyikan telinga yodaku" Ucap Tzuyu datar.
Nayeon bertepuk tangan senang.
Dahyun memutar bola matanya "Payah!"
Nayeon membimbing tripel menuju belakang mansion. Ada hamparan kebun luas. Kebun sayur pribadinya yang sudah ada sejak pindah kesini dan dirawat penuh kasih sayang.
Tripel berwow takjub melihat banyak macam-macam sayur mayur yang sering mereka makan setiap hari.
Nayeon menjelaskan apa yang harus tripel lakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan, salah satunya adalah jangan mencabut sayur kecuali rumput.
Beberapa menit kemudian setelah tour kesana kemari.
Tripel akhirnya kehausan dan salah satunya mulai merasa kepanasan. Kulitnya yang putih sudah berganti jadi warna merah.
"Siapa suluh tidak mau dengal kata Mami!" Omel Chaeyoung kesal sambil mengipasi Dahyun.
"Gelllaaahhh!" Rengek Dahyun.
Tzuyu balik menatap dua kembarannya "Kemali, ada keajaiban yang halus kalian lihat" Panggilnya pelan agar tidak didengar oleh sang ibu yang masih asik diseberang petak.
Dahyun dan Chaeyoung bergegas duduk disebelah Tzuyu, ikut menatap titik fokus ujung telunjuk mungil sang adik.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
