Secuil kisah kelam

567 82 9
                                    

Hak cipta dilindungi undang-undang

👶👶👶

Lapangan sepak bola yang disulap menjadi tempat bermain khusus anak-anak disore hari minggu ini kembali ramai dipenuhi keluarga yang datang dari berbagai daerah.

Pagar setinggi tiga meter mengelilingi lapangan sebagai pelindung anak-anak dari marabahaya penculikan dan lain-lainnya.

Pintu masuk pun hanya ada satu, berada tepat dibagian tengah yang dijaga ketat oleh dua orang sekuriti. Dan ada juga beberapa sekuriti disebar ke segala titik sudut lapangan.

Jeongyeon dan Nayeon duduk bersandar dibatang pohon beringin. Lima kotak bekal tergeletak rapi dibagian tengah matras.

"Lapangan ini punya kisah kelam" Jeongyeon memulai percakapan lebih dulu sambil memperhatikan tiga balita kesayangannya yang tengah asik main mobil-mobilan.

"Benarkah? Coba cerita!" Kata Nayeon riang, kepalanya bersandar manja dibahu kekar Jeongyeon.

"Dulu ada keluarga yang tinggal dipinggir lapangan sana" Jeongyeon menunjuk sebuah bangunan rumah yang tak berbentuk lagi "Anaknya sangat aktif. Seperti mereka. Suka lari-lari kesana kemari tanpa memperhatikan sekelilingnya. Suatu hari, si anak menyebrang mau ikut main bola disini bersama temannya. Tapi sayang sekali, anak itu ditabrak mobil besar, mati ditempat dan yang lebih parahnya tubuh anak itu tidak utuh lagi. Ibunya menangis setiap hari sampai gila dan berakhir bunuh diri" Lanjutnya dengan mata berkaca-kaca. Napasnya terhela begitu berat, seperti ada beban berat yang menghimpit dadanya.

Nayeon memeluk erat tubuh besar Jeongyeon ketika instingnya langsung menebak kisah itu adalah kisah nyata yang dialami suaminya.

Nayeon tau masih banyak rahasia tentang Jeongyeon yang belum diketahuinya hingga saat ini. Sebab Jeongyeon orangnya cukup tertutup dan tidak suka mengungkit masalalu. Apalagi jika masalalu itu menyakitkan baginya.

"Sebelum meninggal, Ayah anak itu menjual semua hartanya lalu menyuruh sahabatnya untuk membangun pagar tinggi yang mengelilingi lapangan ini supaya keselamatan anak-anak yang kelak bermain disini terjamin. Dan yang lebih utama yaitu mencegah kejadian yang menimpa anaknya tidak terulang lagi!" Jeongyeon menghapus jejak airmatanya saat melihat tripel mulai mendekat.

"Papi menangis?" Tanya Dahyun saat melihat bola mata Jeongyeon memerah.

Jeongyeon menggeleng, mengecup pipi memerah Dahyun "Anginnya terlalu keras jadi ada debu yang masuk ke mata Papi"

Dahyun melebarkan kelopak mata Jeongyeon lalu meniupnya pelan-pelan secara bergantian.

Nayeon memeluk erat Chaeyoung dan Tzuyu. Menciumi leher keduanya. Aduh, bau matahari.

"Mami, sesakkkk!" Kata Chaeyoung lirih, tangan mungilnya menepuk-nepuk bahu Nayeon.

Tzuyu menatap bergantian Papi dan Maminya. Ada kesedihan diwajah orang tuanya. Sepertinya ada yang tidak beres. Harus diselidiki secepatnya!

👶👶👶

"Tripel masih ingatkan kalau mulai senin depan kalian sudah masuk sekolah?" Tanya Nayeon setelah selesai menyiapkan makan malam tripel.

Tripel tidak menjawab, sibuk berjuang mengupas kulit telur masing-masing.

Jeongyeon tertawa terbahak-bahak melihat aksi Chaeyoung meninju telurnya hingga penyet. Ternyata kulit telurnya susah dikupas. Pantas anaknya itu emosi.

Nayeon memang sudah mendidik tripel supaya mandiri sejak berusia tiga tahun. Salah duanya adalah makan dan mandi sendiri. Selebihnya masih ada campur tangannya.

"Tripel bakal sekolah dimana?" Tanya Jeongyeon disela kunyahannya.

"DSS" Jawab Nayeon singkat "Makan yang rapi, sayang! Biar tidak belepotan muka gantengmu ini" Tegurnya lembut pada Chaeyoung.

Chaeyoung tersenyum malu-malu, hidungnya kembang-kempis mendengar pujian Maminya. Hatinya memang lemah kalau sudah dipuji ganteng.

"Mami! Mami, pipiku juga belepotan!" Seru Dahyun girang. Menyodorkan wajahnya dengan sukarela.

"Dasal tukang cali pelhatian!" Desis Tzuyu sinis.

Nayeon terkekeh geli. Jeongyeon mengacak-acak rambut lebat Dahyun.

Chaeyoung menyipitkan matanya tak suka kalau Dahyun ikut-ikutan mau diberi pujian "Cuihh!"

Jeongyeon tertawa terpingkal-pingkal sampai keselek kuning telur saat menyaksikan kembali Chaeyoung meninju telurnya.

"Seharusnya aku yang cemburu melihat Nayeon lebih dekat dengan tripel. Tapi, kok, malah tripel yang saling cemburuan? Aneh juga anak-anakku ini!"

Selesai makan malam tripel langsung tepar, tertidur nyenyak tanpa ada drama rebutan handphone buat nonton youtube seperti kebiasaan mereka disetiap mau tidur.

Tapi tadi sebelum benar-benar tertelan alam mimpi ada titah dari pangeran bungsu "Papi, mulai senin depan aku mau tidul telpisah. Aku tidak mau lagi satu lanjang dengan Dahyun dan Chaeyoung" Begitu katanya.

"Kau tau alasan Tzuyu minta pisah ranjang? Kau tau kan anakmu itu paling penakut" Tanya Jeongyeon heran atas permintaan si penakut yang sok berani mau tidur sendiri.

"Sebenarnya bulan lalu Tzuyu pernah minta mau tidur sendiri. Tapi aku suruh tanya dulu Papi, mau atau tidak. Aku tanya alasannya, Tzuyu hanya diam. Kau tau kan anakmu itu sama persis kamu. Sok pendiam padahal rewel!"

Jeongyeon memijit keningnya "Nanti besok aku tanya alasan pastinya minta tidur sendiri"

👶👶👶

JANGAN LUPA VOTE 😘

OTW libur satu bulan

Selasa, 15 Agustus 2023

School Meal ClubTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang