PART 5

135 17 0
                                    

Dara tanpa diundang sudah berada di kamar Chelsea dengan merebahkan tubuhnya di atas kasur, sudah biasa seperti ini karena Chelsea kesepian ketika di rumahnya, kedua orang tuanya sibuk juga ia hanya seorang anak tunggal.

Chelsea masuk dengan membawakan minuman untuk Dara lalu ia duduk di tepi kasurnya, "Dara, menurut lo gue ada kumungkinan gak suka sama Kak Abin?" 

Dara langsung terbangun dan mengubah posisinya menjadi terduduk, "Gila lo! terus Tristan gimana?" 

"Sebenarnya Tristan tanyain gue tentang perasaan gue ke Kak Abin setelah gue jelasin kenapa gue bisa pelukan sama Kak Abin." 

"Lo jawab apa?"

"Gue gak tahu, gue pikir perasaan ke Kak Abin itu cuma sekedar nyaman karena kita deket dari kecil."

"Coba Chel jawab pertanyaan gue, gimana kalau Tristan ninggalin lo?" 

"Jelas gue gak mau!" jawab Chelsea tanpa pikir panjang.

"Kalau sebaliknya? Kak Abin yang ninggalin lo?" 

Chelsea terdiam, seharusnya ia jawab semuanya akan baik-baik saja karena belakangan ini Abin tak ada di sisinya, hanya karena ia sangat menyayangi sosok Bintara yang selalu ada di sisinya sejak dulu walaupun akhir-akhir ini hidup Chelsea tanpa Abin.

"Lo masih ragu! saran gue sih jangan terlalu buru-buru memutuskan, lo jalani aja perlahan pasti tahu kemana hati lo bertahta." kata Dara serius.

Chelsea tersenyum kecil mendengarnya, pasalnya ia jarang melihat mode seperti ini dalam diri seorang Dara yang dikenal cewek bar-bar itu.

"Btw Chel, gue sebenarnya lagi kabur dari rumah, malam ini gue nginep ya?" lalu Dara kembali merebahkan tubuhnya di kasur nyaman milik Chelsea.

"Kenapa lagi lo?"

"Biasalah! males sama bokap nyokap banyak banget aturan di rumah kayak putri kerajaan aja gue."

"Lo nakal sih!" 

●●●

Sedangkan keadaan di kediaman Dikara suasanya cukup ribut, hari semakin larut malam, namun Dara tak kunjung pulang, seisi rumah dibuat heboh oleh salah satu penghuninya.

"Kak di angkat gak?" tanya nyonya besar Dikara yang mengkhawatirkan Dara.

"Enggak Ma padahal aktif."

"Nomor mama sama papa di blokir jadi gak bisa hubungin dia."

Samudera tidak terkejut lagi mendengarnya, ia hanya menghela napasnya pasrah, "Biarin aja Ma jangan di cari biar ilang sekalian."


"Kakak, dia adik kamu loh." peringat sang mama dengan lembut.


"Kak Dara bener-bener ya! Nomor gue aja di blokir Kak, kayaknya dia lupa blokir lo." sahut adik laki-laki Galen.

"Mungkin, kan emang gak ada akhlak syaiton yang satu itu."


"Pa? Gimana Pa?" kini mamanya beralih pada Dikara sosok kepala keluarga di rumah ini yang baru masuk ke dalam.

"Papa udah perintahkan beberapa orang untuk nyari Dara."

"Padahal mah si Dara lagi baik-baik aja." celetuk Samudera yang yakin adiknya itu sedang bersenang-senang di luar sana.

"Mama heran deh kenapa Dara tuh ajaib banget anaknya."

●●●

"ADARA DIKARA!" panggilan tegas yang membuat langkah Dara terhenti, lalu gadis itu memejamkan matanya sejenak.

Pagi ini Dara baru pulang ke rumahnya namun sepertinya akan di sambut ceramah panjang lebar dari papanya yang menunggunya di sofa.

"Pa, aku mau kuliah jam 9 nanti telat."

"Kamu kemana semalam?" tanya papanya tanpa memedulikan perkataan Dara tadi.

"Di rumah Chelsea! Aku gak kelayaban loh Pa!"

"Ponsel kamu mana?"

Dara mengeluarkannya, "Ini."

"Berikan pada papa, kamu juga gak gunain ini dengan baik kan? Buat apa pegang ponsel kalau di hubungi saja susah."

Tangan Dikara terulur, namun Dara memeluk ponselnya seraya melindungi agar tidak di ambil sang papa, "Please, Pa."

"Adara!"

Dara sebenarnya takut tapi otaknya terus berpikir, akhirnya ia menyerahkan benda pipih itu dan berniat akan membelinya yang baru.

"Dompet serta isinya juga kunci mobil, serahkan pada papa." pinta Dikara lagi.

Adara memasang raut wajah memelas karena itu harta benda yang di milikinya sekarang, "Terus aku gimana kuliah, Pa?"

"Kamu bisa bareng Sam atau nanti Supir yang antar kamu." Ujar papanya sembari memberikan lima lembar uang cash pada Dara karena seluruh sekarang ia tidak memegang apapun lagi.

"Oh my gosh." umpatnya sepelan mungkin agar tidak terdengar papanya, "Lebay banget gak si pa ke kampus aja pake supir?"

"Kelakuan kamu yang buat papa jadi lebay Adara! Papa sampai gak tau lagi gimana caranya mendidik kamu."

"Pa, aku gak nakal." bela Adara untuk dirinya sendiri.

"Adara kamu itu seorang perempuan, semalaman gak ada di rumah gak jelas ada dimana itu di sebut gak nakal?"

"Tadi penjelasan aku kurang?" Adara mulai pasrah, melawan orang tua memang bukan hal yang tepat, "Mama.." adunya ketika sang mama menampakkan diri.

"I can't help you." kata sang mama angkat tangan, "Sekarang kamu mandi abis itu sarapan biar gak telat kuliah."

Adara benar-benar pasrah, lalu beralih menaiki anak tangga dan ketika hampir sampai ia berpapasan dengan Samudera.

"Lah? Masih inget punya rumah?"

Emosinya memuncak mendengar cibiran Samudera, refleks memukul perut kakak laki-lakinya itu.

"Aww! Sakit bege!"

"Semua di sita papa, gak punya harta benda sekarang, cuma punya ini." kata Adara mulai bercerita dan menunjukkan lima lembar uang tadi.

"Mampus, mending tobat deh lo."

"Ih apaan sih orang gue gak salah apa-apa, tambahin duit gue dong."

"Gak ah buat kabur kan?"

"Kepo."

"Gak bakal gue kasih."

"Yaudah sih gue masih punya Galen."

●●●

CIRCLE (BOYS PLANET)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang