PART 4

150 19 1
                                    

Dara membuka mulutnya terkejut melihat asisten dosen kali ini berbeda, agak lebay tapi itulah Dara, biasanya Zion alias teman kakaknya itu yang menggantikan Mr. Lewis tapi kali ini berbeda.

"Masih ada waktu lima menit lagi sebelum mulai." kata Abin yang berada di depan.

Chelsea belum menampakkan batang hidungnya, karena kelas belum di mulai Dara memutuskan untuk menghubungi Chelsea sekarang.

"Hallo? Dimana? Asdos udah dateng jangan ngaret!" katanya pada Chelsea.

"Lagi naik tangga ini bentar lagi juga sampai kelas, rajin banget asdosnya jam segini udah di kelas."

"Beda lah didikan Mr. Lewis Calpadi tuh."

"Nama siapa yang lo sebut, Dar?"

"Penyanyi itu loh."

"Capaldi." ralat Chelsea.

"Dah itu pokoknya, nama orang susah bener."

"Terserah orangnya lah."

"Emak bapaknya yang namain, Chel! Terserah mereka jadinya."

"Gatau ah! Pagi-pagi udah bikin emosi aja lo."

"Oh iya ini masih pagi, lupa belum sarapan."

"Sorry gak bisa nitip ini gue bentar lagi sampai lantai empat."

"Siapa juga yang mau nitip wuuuu!"

●●●

Selesai kelas.

"Dara lo tau gak itu Kak Abin!" jerit Chelsea tertahan setelah Abin keluar kelas.

"Ya emang, gue juga denger kok pas di awal dia ngenalin diri, Bintara Waldemar lengkapnya."

"Bukan gitu Dara, dia dulunya tentanggan sama gue, tapi.." Chelsea mendadak serius, raut wajahnya juga berubah, ada sorot kesedihan di sana, mungkin sedang mengingat sesuatu.

"Hah?" Dara belum menangkap jelas maksud Chelsea.

"Bukan apa-apa, lupakan."

"Chel? coba cerita sama gue." kata Dara yang mengubah posisi duduknya menghadap Chelsea.

"Kak Abin itu sosok penting di hidup gue." jeda sebentar, "Jadi dulu mungkin sampai sekarang gue pernah jadi tuduhan atas pembunuhan seseorang, Kak Abin ada buat temenin masa-masa mental down gue walaupun dia gak tahu gue bener bersalah atau enggak."

Dara menggebrak meja karena terkejut dengan cerita Chelsea, "S-serius? Lanjut lanjut."

Selain Bintara, Dara adalah orang yang tepat untuk Chelsea menumpahkan semuanya. Iya, semuanya dimulai dari Chelsea berteman dengan Ariella lalu masuk ke dalam lingkar pertemanan Avangers Gang hingga Ariella menjadi korban.

Dara belum mengeluarkan suaranya sama sekali, ia hanya mencerna apa yang Chelsea katakan, ceritanya cukup familiar, ia menggaruk tengkuknya sembari mengerutkan keningnya.

"Chel, Samudera yang lo maksud itu sebenarnya kakak gue."

Chelsea mengelap air matanya, karena tanpa sadar ia menangis di sela-sela cerita, "Wait.. What? Oh iya nama belakang kalian sama, kenapa gue gak notice hal sekecil itu."

"Lo bisa-bisanya masuk circle itu, jadi gini kan akibatnya!"

Chelsea diam.

"Chel, kata gue mending jujur aja deh kalau lo itu saksi bukan pelaku, kenapa juga harus melindungi si pelaku?"

"Bukan! Gue bukan melindungi orang itu tapi gue menjaga pertemanan mereka."

"Mereka aja gak peduli, ngapain coba?"

"Tapi Dar, lo tau gak? Gue sama tristan mulai deket lagi."

"Tristan tau yang sebenarnya?"

Chelsea menggelengkan kepalanya pelan, "Kalau gue kasih tau mungkin Tristan udah ngebela gue di depan mereka."

Dara berdecak kesal, ia ikut larut dalam cerita Chelsea, rasanya ingin memberitahu Samudera juga teman-temannya bahwa Chelsea itu tidak bersalah tapi ia tidak mengatakannya karena itu bukan keinginan Chelsea.

Ngomong-ngomong soal Tristan, Chelsea mengecek ponselnya apakah ada balasan pesan dari Tristan, tapi tak ada sama sekali bahkan pesannya pun tidak di baca.

Tristan salah paham tentang pelukan itu.

●●●

Ini kebetulan bagi Chelsea saat melewati gedung fakultasnya lewat teknik, suasana di sini sangat sejuk karena banyak pohon rindang dan banyak tempat duduk tersedia area outdoor ini. Salah satunya Tristan dengan gitar yang ada di pangkuannya, melodi yang keluar dari petikan gitar diiringi suara deep miliknya padahal Tristan menyanyikan dengan asal tapi Chelsea masih bisa menikmati.

Tidak berpikir panjang, Chelsea menghampirinya dan menempati tempat kosong di sebelah Tristan, cowok itu mengenakan kacamatanya, hal itu yang membuat Chelsea terus melontarkan pujian pada Tristan yang kelewat tampan dalam batinnya sendiri.

"Hai?"

Tristan menyimpan gitar di sampingnya yang kosong, kehadiran Chelsea membuatnya tersenyum tipis sampai lupa kalau ia sedang marah, lebih tepatnya cemburu.

"Kamu kenapa gak balas pesan aku?" tanya Chelsea.

"Kamu juga tau, Chel."

"Gara-gara Kak Abin? Kamu cemburu?"

"Ada hubungan apa kalian? Jujur Chel aku cemburu, aku sayang kamu dan gak mau kehilangan kamu untuk yang kedua kalinya, tapi aku rasa kamu udah nemuin orang yang tepat, Kak Abin contohnya."

"Tristan denger, aku dan Kak Abin itu tumbuh bersama, dia selalu jagain aku bahkan ketika kita udah tinggal berjauhan, kebetulan kita masih satu kampus sekarang."

"Serius?"

Chelsea mengangguk yakin.

"Jadi kamu gak ada rasa apapun ke Kak Abin?"

Damn! Kenapa Chelsea terdiam dan lidahnya kelu menjawab pertanyaan mudah yang Tristan lontarkan.

"Aku ngerti, Chel." kata Tristan pada akhirnya dengan senyum kecut.

●●●

CIRCLE (BOYS PLANET)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang