BRUGH!
Pukulan tepat menggunakan buku-buku jari tangan membuat darah mengalir di sudut bibir Tristan juga ia tersungkur karena pukulan keras dari Jordan.
Ini masih di kampus tapi untungnya sepi di sekitar taman belakang area fakultas teknik hingga mereka tidak jadi pusat perhatian orang-orang.
"Gue bilang gak usah main tangan!" peringat Sabiru pada Jordan, lalu ia membantu Tristan berdiri.
"Bi, kenapa lo bela tuh orang? Dia bolos matkul gara-gara Chelsea! Inget Chelsea! Orang yang bikin Ricky kehilangan sosok kakak perempuan yang paling di sayanginya." jelas Jordan penuh emosi.
"Ya tapi gak usah main tangan juga bego." kesal Sabiru pasalnya segarang garangnya mereka tak ada yang berani main tangan apalagi ke sesama temannya.
"Bukan bego lagi lu tapi gak punya pikiran!" ralat Sabiru.
"Udah Bi udah, Jordan marah ke gue dan gue siap menerimanya." Tristan mendekat pada Jordan seolah menyerahkan diri, "Pukul gue sampai lo puas karena percuma kalau gue membela diri ataupun jelasin alasan lain, lo tutup telinga."
Jordan menurutinya, ia hendak memukul Tristan kembali namun Sabiru dengan cepat menghalanginya hingga terkena pukulan keras Jordan.
BRUGH!
Sabiru terjatuh dan terluka, seketika Jordan meringis pelan merasakan penyesalan begitu dalam, sebenarnya sejak pukulan pertama untuk Tristan saja ia marah pada dirinya sendiri telah melukai temannya itu, kini bertambah murka pada tangan itu, teman dekatnya menjadi korban.
Tak terima melihat darah yang keluar di wajah mereka, Jordan ikut melukai tangannya sendiri dengan memukul-mukul tangannya pada pohon yang ada di sana.
Kalau saja Tristan dan Sabiru tidak menghentikannya mungkin luka di buku-buku jari Jordan lebih parah.
Di sisi lain Abin mendengar semua apa yang mereka ributkan, sayangnya sosoknya terlihat Sabiru dan mereka kontak mata, tadinya Abin akan berbalik mencari arah lain menuju perpustakaan, ia merasa tertangkap basah padahal tidak sengaja lewat.
"Bang?" Sabiru memanggilnya lalu menghampiri Abin yang tak jauh dari mereka.
"Kenapa?"
"Lo denger?"
"Maaf, gak sengaja."
"Gak masalah karena emang lo tahu kan masalah ini."
"Iya. Gue boleh saran gak?"
"Boleh, Bang." kata Sabiru, Tristan dan Jordan pun menghampiri mereka.
"Kalau kalian mau tahu yang sebenarnya mungkin kalian bisa ngobrol baik-baik sama Chelsea, dan jangan sampai di tempat terbuka, gue yakin kalau kalian mohon penjelasan tanpa menuduh atau menunjukkan sikap kurang baik, dia akan ungkap."
"Meskipun menyakiti salah satu di antara kalian." lanjut Abin, "Gue gak bisa berbuat apa-apa setelah tahu yang sebenarnya terjadi, tapi di sisi lain Chelsea sangat tertekan, mungkin Tristan juga tahu." lanjutnya lagi.
Tristan mengangguk setuju, ia juga penasaran dengan yang sebenarnya.
●●●
Keadaan Jordan agak kacau sekarang, sampai sore ini ia masih memilih stay di kampus daripada di basecamp nyamannya.
Jordan masih menyesali perbuatannya tadi, bisa dikatakan tampang cowok itu memang sangar tapi sebenarnya sisi lain Jordan sangat lembut, setelah obrolan dengan Abin ia langsung pergi tanpa meminta maaf pada Tristan dan Sabiru.
Gue emang goblok, bener kata Sabiru, eh dia bilang gue bego deh. Iya Bi gue bego, mukul kalian gitu aja tanpa mikir panjang.
Monolognya dalam hati.
Jordan menatap buku-buku jarinya yang terluka, ternyata perih sampai ia meringis pelan tanpa di sadari.
"Ck, luka gitu doang kesakitan, apa kabar lo yang suka nyebelin tiap harinya?" Ujar seseorang.
Jordan tengah duduk di kursi bawah pepohonan, suara itu dari belakangnya, gak perlu nengok ke belakang ia tahu siapa sosok yang menyindirnya itu.
"Berisik lo Sa." jawabnya.
Isyana yang sering di panggil Isa oleh teman-temannya itu beralih ke samping Jordan dan duduk di sampingnya yang kosong, Isa dan Jordan bisa di bilang mortal enemy yang setiap hari kerjaannya ribut di kelas, ada aja yang jadi bahan keributan mereka.
Dengan Isa duduk di samping Jordan juga sebuah sejarah karena mereka biasanya tidak bisa berdekatan seperti sekarang.
"Sini gue liat lukanya!" pinta Isa yang tak di dengar Jordan, namun karena Isa termasuk spesies tidak sabar, ia menarik tangan Jordan dengan paksa lalu di telitinya.
"Bentar gue cari P3K, tunggu di sini."
"Gak-"
Jordan telat melarang, Isa sudah pergi meninggalkan tasnya sebagai jaminan bahwa Isa akan kembali dengan bahan dan alat yang di perlukan untuk mengobati Jordan.
Kalau sudah seperti ini, Isa peduli padanya. Bagaimana dengan reaksi Jordan setelah Isa pergi? Ia penuh keheranan dengan si sosok musuh abadinya itu.
●●●
KAMU SEDANG MEMBACA
CIRCLE (BOYS PLANET)
FanfictionSTORY FOR KPOP FAN ~ Avengers Gang Perkumpulan anak laki-laki yang terbentuk karena pengaruh orang tuanya. DISCLAIMER FOR THIS STORY - FIKSI - BOYS X GIRLS - RANDOM PAIR - NO SALTY - HAPPY READING