PART 11

99 14 3
                                    

09.00 AM

Satu jam sudah, Tristan masih belum mendapat balasan dari Chelsea padahal seharusnya ia menjemput gadis itu jam delapan untuk mata kuliah pagi. Karena khawatir akhirnya Tristan mendatangi rumah Chelsea dan dengan sangat kebetulan penghuninya keluar dari rumah dengan kondisi lemas.

"Chel? Kamu udah telat banget, ayok naik." kata Tristan tanpa turun dari motornya.

Chelsea menutup pagar rumah dan sekarang berdiri dekat motor Tristan, "Aku kesiangan, kayaknya masuk matkul kedua aja."

"Jadi sekarang mau bolos?"

"Eum."

Tristan menyadari mata gadis berpipi chubby itu, lingkar hitam di matanya akibat kurang tidur semalam, ia juga tahu penyebab Chelsea seperti ini.

"Kamu masih kepikiran tentang Ariella?"

Chelsea diam dan menunduk, perasaannya sekarang tak menentu apalagi Tristan yang berusaha menatap matanya.

"Hey, aku di sini, kita masuk dulu ya sekarang, kayaknya kamu gak baik-baik aja," ujar Tristan membawa Chelsea masuk lagi.

Setelah berada di dalam, Tristan membiarkan gadis itu duduk dan ia mengambilkan air putih setidaknya Chelsea tenang, "Jadi ada apa?" tanyanya sambil menempati samping Chelsea.

"Aku gak tahu harus gimana." lirihnya yang terdengar sangat lemah, tak membiarkan Chelsea menahan luapan emosinya sendirian, Tristan membawa gadis itu ke dalam dekapannya, menepuk-nepuk pelan punggungnya memberikan kekuatan bagi Chelsea yang lemah dalam pelukan Tristan lalu perlahan menangis mengingat kembali Ariella.

Bukan hanya itu, ancaman dari pelaku yang semalam memberikan Chelsea peringatan kembali bahwa ia harus menutup mulutnya, jika pelaku tak ada hubungannya dengan Avangers Gang mungkin ia akan membongkar semua itu, Chelsea terlalu baik memikirkan tentang pertemanan mereka yang bisa saja seketika hancur.

"Gak papa kalau belum siap cerita."

"Maaf." kata Chelsea.

"Aku percaya sama kamu, Chel."

"Tristan," panggilnya sambil melepaskan pelukan itu, "Makasih udah percaya, makasih juga selalu ada buat aku."

Senyum di wajah Tristan tak dapat lagi di sembunyikan setelah mendengar perkataan barusan, "Anything for you." jawabnya sambil menghapus sisa air mata Chelsea menggunakan ibu jarinya.

"Chel, tau gak?"

"Apa?"

"Dara kemarin marah-marah ke aku."

Kini raut wajah kesedihan Chelsea tergantikan meskipun belum berbagi cerita sedikitpu dengan Tristan, "Dari kemarin emang aneh banget Dara, kamu di marahin kenapa?"

"Dara bilang 'kalau lo sayang sama Chelsea lepasin dia buat bahagia sama Kak Abin bukan malah maksain hubungan kalian' gitu."

"Jangan di denger dia aneh."

"Aku pengen denger apapun dari kamu, gak masalah kalau itu bikin aku sakit, jujur sama aku Chel."

Chelsea rasa kebimbangannya antara Tristan dan Abin terjawab hari ini, bukan perihal siapa yang menemaninya di kala jatuh melainkan perasaan nyaman, bahagia dan tenang ketika bersamanya, ini semua ada di sosok Tristan yang ia rasakan, Chelsea yakin itu.

"I love you." bisik Chelsea yang tentu di dengar jelas Tristan hingga senyum simpul yang menampilkan lesung pipit dan terkesan manis menularkan senyumannya pada Chelsea.

"Can i be your boy? Can i love you more?" tanya Tristan.

Belum juga di jawab Chelsea tersadar sesuatu, "Ayok berangkat ke kampus nanti aku telat lagi jam kedua!"

●●●

Setelah kelas usai Dara hendak keluar kelas, namun sebelum itu Abin memanggilnya membuat Dara menghembuskan napasnya pasrah.

"Kenapa?" tanyanya malas namun tetap menghadap kakak tingkat sekaligus asdos kampusnya itu.

Kini di dalam ruangan menyisakan mereka berdua, Abin jadi leluasa menegur Dara yang melakukan kesalahan. "Chelsea hari ini gak masuk tapi di sini present, siapa lagi kalau bukan ulah kamu?"

Mampus!

Umpat Dara dalam hatinya, kenapa ia melupakan fakta kalah Abin yang menjabat jadi asisten dosen itu sangat mengenal Chelsea? Kalau seperti ini sama saja Dara mencari masalah baru dengan Abin.

Tapi bukan Dara namanya kalau gak bisa ngeles.

"Lagian siapa suruh kampus elit absennya masih pake kertas kayak gini? Sekarang kan ada yang namanya teknologi kenapa gak dimanfaatkan?"

"Iya Dara iya aku ngerti maksud kamu, bahkan udah terpikirkan juga sama aku, tapi tetap aja kamu salah."

"Coret aja, beres kan?"

"Tanggung jawab."

"Dengan cara apa?"

"Menghadap Mr. Lewis."

"What? Kak Abin gila."

Abin hanya tertawa kecil melihat Dara yang agak panik, "Jangan ulangin lagi ya, kalau Mr. Lewis tahu bisa-bisa bahaya kamu." ujar Abin sambil mengelus pelan kepalanya. Dara membeku melihat perlakuan manis Abin padanya, namun tidak berlangsung lama karena terdengar dehaman seseorang dari ambang pintu yang menyadarkan keduanya.

"Kaiden?" kata Dara lebih panik dari yang sebelumya. "Sana samperin dulu." Abin justru mendorong bahu gadis itu agar menghampiri sosok di ambang pintu itu.

●●●

CIRCLE (BOYS PLANET)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang