Hukuman #3

202 7 1
                                    

Happy reading!!

********************

Upacara telah selesai, terdengar helaan lega dari seluruh murid mulai terdengar riuh.
"Baik anak-anak, upacara telah selesai, tapi silahkan duduk terlebih dahulu." Pak Agus mulai mengambil alih mikrofon ditangannya.

terdengar suara ricuh kembali diiringi protes.
"yaelah si bapak, gue udah lemes kek krupuk, ditambah panas gini masih aja ditahan di lapangan." protes siswa sambil mencari tempat untuk meneduh dari teriknya panas matahari.

"Sabar sebentar ya anak-anak, jangan protes lagi, hey kalian semua yang ada disana kesini!" Pak Agus menunjuk siswa-siswi yang berada dibarisan paling depan.

mereka baru saja beranjak untuk duduk, malah di suruh berdiri lagi untuk maju ke tengah lapangan. apes sekali pikir mereka.

"Hadeh Pak Agus punya dendam apasih sama kita? teklok nih kaki gue daritadi berdiri mulu." gerutu liam kesal dan mencak-mencak ditempatnya. tidak habis pikir dengan guru killernya itu, apalagi yang akan dilaluinya setelah ini. liam terlihat meratapi nasib buruknya di hari keramat ini. tidak lagi-lagi berada di barisan ini pikirnya.

"lo pikir kita ga pegel?!" balas Fetro sinis.
"Jangan mengobrol atau hukuman kalian saya tambah!" Pak Agus yang daritadi mendengar suara ricuh di barisan keramat itu langsung buka suara.

"Wes sekarepmu pak." keluh Abas yang sudah pasrah dengan keadaan. dirinya sudah lemas belum sarapan karena terburu-buru, sampai sekolah telat pula, dijemur sudah, dihukum selanjutnya. sangat apes pikirnya.

"Nah anak-anak yang sangat bapak cintai, tolong dengarkan baik-baik nasehat ini." Pak Agus memulai ritual menasehati anak muridnya.
"Cintai tembelekmu."
"Cintai atau siksai?!"
terdengar suara ricuh kembali saat Pak Agus menjeda ucapannya.
"DIAM!!" bentaknya keras.
"Buset galak bener kek mak lampir." gumam Leo yang kaget mendengarnya.
"Itumah bapak lampir yo." balas Liam cekikikan.
"Kalian ini sudah besar, sudah SMA." lanjut Pak Agus lagi.
"lah yang bilang kita masih zigot siape?"
"Abaskara putra, hukuman kamu saya tambah!" ucap Pak Agus mantap karena sedari tadi ia mendengar Abas misuh-misuh tidak jelas.
"Allahuakbar kabiro." ucapnya reflek ketika nama lengkapnya tiba-tiba disebut.
"Bego, udah tau Pak Agus kupingnya sangat sehat, malah misuh-misuh disini." Zero terlihat lelah dengan situasi ini.
"Tumben nyebut lo." Liam cengengesan melihat patner tom and jerrynya kena semprot berkali-kali.

"Kalian ini penerus bangsa, tugas kalian disini belajar dan menaati aturan sekolah, bukan membuat onar dan masalah terus menerus, mengerti semua?!" Pak Agus tidak habis pikir dengan anak muridnya yang terlihat santai setelah melakukan pelanggaran.
"SANGAT MENGERTI PAK!" jawab seluruh murid serentak.
"Baiklah, selanjutnya bapak akan mendata dan menyuruh murid yang berada di barisan keramat ini untuk bersumpah tidak akan mengulangi perbuatan yang sama."

Mendengar hal itu membuat pandangan dan pendapat berbeda-beda dari siswa-siswi di lapangan, ada yang antusias karena penasaran, nama siapa saja yang berada di barisan keramat itu, ada yang mengeluh karena kepanasan dan lamanya mereka ditahan di lapangan, ada yang mengeluh lemas karena belum sarapan dan ada pula yang tidak perduli dan memilih mengobrol dengan temannya.

"yang namanya disebut baris sesuai kelasnya!" perintah Pak Agus galak.

"Liam Detanfel Setra XI Ipa 6."
"Fetro Abriel Gevra XI Ipa 6."
"Leonardo Faxon XI Ipa 6."
"Zero Cakrata XI Ipa 4."
"Andeba Bagasvetra Ipa 6."
"Satria bendra Ips 2."
"Kamila Andini Ips 1"
"Abaskara putra XI Ipa 6."

Satu persatu Pak Agus menyebut nama-nama murid yang telat itu.
setelah mendengar itu, mereka baris sesuai kelasnya.

"Dan yang terakhir----" ucap Pak Agus menjeda ucapannya dan menghela nafas lelah.
"lah emang siapa yang belum disebut?" tanya Liam celingukan.
"si Bos lah anjir! lo ga nyadar emang?" jawab Leo cepat.
"lah iya juga ya" Liam hanya cengengesan sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Begonya mendarah daging." Andre melirik malas kearahnya.
"Tuman!" Abas menjitak kepala Liam.
"BERISIK!!" sentak Drega risih.

"Aldrega Sebba Brauliune XI Ipa 6." lanjut Pak Agus dengan muka julid yang dipasang saat melihat nama itu selalu ada dalam blacklist SMA UNIVERS STAR.
"Nah kan bener!" seru Leo.

Drega maju di barisan paling depan XI Ipa6, ia terlihat tidak peduli dengan tatapan dan bisikan-bisikan seluruh murid yang diperuntukkan untuk dirinya. baginya ini sudah biasa. sangat biasa dan dengan santai ia menanggapinya.

"Kalian harus bersumpah untuk tidak mengulangi hal yang sama lagi!" Perintah Pak Agus cepat.

"SAYA BERSUMPAH TIDAK AKAN MENGULANGI PERBUATAN YANG SAMA SEPERTI INI LAGI!" Ucap mereka bersamaan.
"UNTUK KEDEPANNYA, SAYA BERJANJI UNTUK UNIVERS STAR!" mereka mengucapkan sumpah itu dengan lantang.

Suara tepukan tangan yang serentak terdengar di seluruh lapangan SMA UNIVERS STAR pagi ini.

"gila ya, ga habis pikir gue sama Leopard." gumam Lala tiba-tiba membuat atensi Vera teralihkan padanya.
"Leopard?" beonya bingung.
"Iya, lo gatau siapa Leopard?"
"ga emangnya siapa? Leopard kan binatang" serunya. sedangkan Lala terkekeh mendengarnya, bisa-bisanya pikirnya.

"Leopard tuh nama geng di SMA UNIVERS STAR ini, anggota mereka banyak dan ketuanya pasti lo udah tau sendiri." jelas Lala pada Vera.
"Hah geng? geng motor maksud lo, La?" tanya Vera lagi sambil memposisikan tubuhnya menghadap Lala, dia terlihat penasaran dengan pembahasan Lala.
"Iyalah trus geng apalagi, emangnya?"
"Oh gitu, gue gatau ketuanya, emang siapa ketuanya?" tanya Vera lagi. pasalnya dia tidak tahu menahu tentang Leopard. ia baru mengingat alasan papanya melarang dia dan kedua kakaknya bersekolah disini. ternyata karena mereka pikirnya.

"LO SERIUSAN GATAU?!" seru Lala cepat dan juga kaget saat mendengarnya, mata Lala melotot lebar dan mengguncang bahu Vera.
"Iya gue gatau, emang siapa ketuanya?" tanyanya lagi, karena dirinya sudah diserang rasa penasaran.
"Ketuanya itu----" ucapnya terjeda karena takut-takut menyebut nama itu.
ketika akan berbicara kembali, terdengar suara mikrofon dari Pak Agus, yang langsung menyita atensinya.

"Hukuman kalian kali ini, bersihkan seluruh toilet dan gudang sekolah, setelahnya hormat depan bendera sampai istirahat!" teriak Pak Agus pada mereka yang mulai ribut kembali. ia sampai geleng-geleng kepala menangani anak murid yang berada di barisan keramat ini.
"Untuk semuanya diperbolehkan ke kelas, kecuali mereka!!" lanjut Pak Agus lagi dan menunjuk ke barisan keramat itu dan berlalu pergi.

"yaudah kita bolos aja ke belakang sekolah, kita juga bisa ngumpet disana." saran sesat Abas pada teman-temannya.
"Jangan coba-coba bolos dari hukuman ini, atau bapak akan cari kalian sampe ke rumah!" lanjut Pak Agus lagi sebelum benar-benar pergi, mendengar itu pupus sudah harapan untuk bolosnya.
"Sialan." umpat Drega lelah.
"Jalanin, gue ke toilet dulu." ucapnya lagi dan berlalu pergi ke toilet.
"itu bener si Bos bakal balik lagi?" tanya Leo.
"dia bakal balik lagi." jawab Fetro.
"yaudah kita mulai darimana dulu?" tanya Zero cepat.
"Gudang." jawab Andre singkat.

Mereka pun mengangguk dan mengekor dibelakang Andre untuk menjalankan hukuman dari Pak Agus.

Drega bakalan jalanin hukumannya gak ya?

Jangan lupa vote dan komennya!
See you in the next part!

ALDREGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang