Kantin yang ricuh #5

172 7 2
                                    

Happy reading!!

*********************

Sesampainya di kantin, mereka berlima memilih meja kosong dan langsung memesan makanan mereka masing-masing.

Suasana kantin yang sangat ramai membuat Vera yang tadinya ingin mencari kedua kakaknya itu mengurungkan niatnya. Lala yang melihat Vera sedari tadi celingukan pun merasa heran.
"Ra, lagi nyariin siapa sih?" tanya Lala.

Saat Vera akan menjawab, mang Ucok menghampiri meja mereka dengan membawa pesanan yang mereka tunggu sedari tadi.
"Silahkan dinikmati makanannya, nona-nona cantik." ujar mang Ucok pada mereka berlima.
"Makasih mang!" seru Nara. mang Ucok pun mengangguk dan berlalu pergi.

Mereka pun mulai memakan makanannya masing-masing. dihiasi ramainya suasana kantin. sedang hikmatnya Vera memakan bakso pedasnya, sebuah bola basket melaju cepat kearahnya, membuat mangkok bakso itu langsung pecah dan kuah bakso pedas itu membanjiri seluruh bagian seragam Vera.

Atensi semua orang yang berada di kantin itu langsung menoleh kearahnya. sungguh malu sekali pikir Vera.

Vera hampir menangis karena menahan perihnya kuah bakso pedas yang masuk ke matanya.
"Ra, astaga!" Lala langsung mengambil tisu yang ia bawa di sakunya.
"HEH YA AMPUN! SIAPA YANG LEMPAR NIH BOLA KE VERA?!" bentak Tresa keras. emosinya meledak sudah, ketika melihat temannya dengan keadaan seperti ini.
"Vera, mata lo perih ga?" tanya Nara panik ketika melihat mata Vera yang mulai memerah. ia langsung merebut tisu kantin untuk membersihkan kuah yang membanjiri muka Vera.
"Ra, ayo kita bantu bersihin, di toilet aja ya?" ujar Lina prihatin melihat keadaan Vera yang sudah berantakan dengan rambut dan seragam yang basah karena kuah bakso.

"GA ADA YANG JAWAB HAH?!" teriak Tresa lagi pada seluruh orang yang berada di kantin. hening sudah, tidak ada yang berani menjawab. membuat Tresa semakin kesal dan mulai berbicara kembali.
"GUE TANYA SEKALI LAGI, SIAPA YANG LEMPAR BOLA KE VERA TADI?!"
"GUE, KENAPA?" suara bariton dengan nada dingin itu menyapa Tresa dari arah belakangnya. Tresa membalikkan badannya dan mematung. hilang sudah setengah nyalinya jika sudah berhadapan dengan orang ini.

"Buset kena cewe bolanya!" bisik Abas pada Liam. mereka berada dibelakang Drega, mengekor kemanapun ketuanya pergi, diikuti dengan Andre, Fetro, Leo dan Zero.
"Ho'oh tuh si bos, tapi tuh cewe cakep woy!" bisik Liam lagi pada Abas.
"Urusan cewe aja lo cepet nyet." balas Abas lagi, setelah menempeleng kepala Liam.

Hening sudah, suasana kantin yang tadinya terdengar sangat ricuh.
"Kenapa?" tanya Drega lagi dengan tatapan datarnya.
"lo, kenapa lempar bola ke Vera kak?" tanya Tresa hati-hati.

Drega tak mengindahkan pertanyaan Tresa. ia melirik kearah Vera yang sudah basah kuyup dengan rambut yang berantakan.
"Ga sengaja." jawabnya singkat. ia beranjak pergi meninggalkan kantin. diikuti anggota inti Leopard dibelakangnya.

"UDAH SANA BUBAR KALIAN SEMUA! GA ADA PERTUNJUKAN DISINI!" bentak Tresa pada seluruh orang yang masih menatap kearah mereka.

Suasana kantin pun kembali seperti semula, tapi tidak dengan Vera.

"Hikss sakit banget mata gue La, tuh cowok siapa sih, awas aja gue bejek mukanya klo ketemu." ringis Vera sudah tak tahan dengan perih dimatanya. sebenarnya Vera tidak melihat dengan jelas laki-laki yang melempar bola kearahnya, namun suara pria itu terasa tidak asing di telinganya. sedangkan Tresa sedikit terkejut mendengar makian Vera yang di lontarkan untuk kakak kelasnya itu.

"Eh jangan nangis, kita ke toilet dulu yu, abis itu ke UKS." ujar Lala memeluk sahabatnya itu.
"Iya Ra, ke toilet dulu yu, bersihin baju lo dulu." ujar Nara.
"gue ke koperasi dulu ya, beliin baju buat Vera, ntar gue nyusul kalian ke toilet." ujar Lina, lalu ia berlalu pergi ke koperasi dengan tergesa-gesa.

Ketika mereka akan beranjak dari meja kantin, dua orang laki-laki menghampiri mereka dengan muka yang sudah panik.
"Ra, ya ampun lo kenapa?" tanyanya.
"De, kamu kenapa sayang?" tanya satu pria yang lain.

Vera yang mendengar dan melihat kedua kakaknya pun langsung memeluknya dengan erat dan pecah sudah tangisnya di dada kakaknya itu.
"Hey kenapa nangis?" Varo mengelus lembut pucuk kepala Vera. ia berusaha menenangkan adik perempuannya itu.
"Ra, kenapa? cerita sama abang kenapa bisa gini?" tanya Varen bertubi-tubi.

Sementara keempat teman Vera hanya cengo melihat itu. pasalnya mereka tidak tau siapa dua laki-laki ini.

Varo menghela nafasnya dan beralih menatap Lala untuk bertanya.
Lala yang ditatap Varo menjadi gugup dan langsung menggigit bibir bawahnya.

"Vera kenapa bisa gini?" tanyanya pada Lala.
"Hah?" mulai sudah Lala yang lemot.
"ishh dongo sumpah!" bisik Tresa dan langsung menarik Lala ke belakangnya.
"eumm itu kak, Vera tadi kena bola basket pas lagi makan bakso." ujar Tresa mencoba menjelaskan kronologi awalnya.
"Iya kak, tadi mata Vera juga kena kuah bakso pedesnya." tambah Nara.
Varo mengernyit, lalu bertanya lagi.

"Siapa yang ngelempar bolanya?" tanyanya lagi.
"Hah?" Lala kembali lemot.
"La, lo bisa ga lemotnya ditunda dulu." Nara yang sudah kesal itu menjitak kepala Lala pelan.
"Anu kak----" ucap Tresa ragu-ragu dan menjeda ucapannya.
"Siapa?" tanya Varo lagi dengan tatapan yang sudah berubah menjadi dingin dan tajam.

"bang jangan ditatap kaya gitu, dia takut." ujar Varen melihat Varo yang menatap Tresa tajam, sedangkan Varo mengehela nafasnya dan sedikit merubah ekspresinya.
"Kak Drega yang lempar bola ke Vera kak." finalnya sembari meremas rok seragamnya karena ikut gugup.
"DREGA?!" ucap Varo dan Varen bersamaan.
"Iya kak." jawab Tresa lagi.
"Ren, lo jaga Vera, gue urus hama dulu." ujar Varo dingin dan langsung menyerahkan Vera yang masih menangis kepada Varen.

Namun sebelum pergi, Varo menangkup pipi adiknya yang masih menangis sesenggukan.
"hey liat abang, Vera" panggilnya lembut pada Vera sebelum pergi.
Varo menunduk menyamai tingginya dengan tinggi Vera.
"Kamu sama Varen dulu ya, abang pergi dulu sebentar." ujarnya menatap mata Vera yang sudah merah.

Vera yang masih menangis itu pun berusaha mengehentikan tangisannya dan beralih memegang tangan Varo.
"abang mau ke mana?" tanyanya.
"sebentar aja, nanti balik lagi." Ucapnya sambil mengelus lembut kepala Vera.
"janji bakal balik lagi?"
Varo mengangguk. "janji."

Setelah itu Varo berlalu pergi dengan emosi yang sudah memuncak di kepalanya.
berani-beraninya orang itu menyakiti adik kecilnya.

Wah wah apa yang bakalan Varo lakuin nih? hehe pantengin terus cerita Drega ya!

Jangan lupa vote dan komennya!
See you in the next part!

ALDREGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang