Permintaan maaf #8

141 4 0
                                    


Happy reading!!

*******************

Setibanya di depan ruang UKS, Drega terlihat ragu untuk masuk. ia menghela nafasnya lalu melangkah masuk, disana terdapat guru penjaga UKS yang sedang mengotak-atik monitor.

Bu Sari yang menyadari ada yang datang langsung menoleh kearahnya.
"Cari siapa Aldrega?" tanya Bu sari.
jangan tanya kenapa Bu Sari bisa tau namanya, itu semua karena Drega sudah menjadi langganan keluar masuk UKS karena seringnya ia berkelahi dengan murid lain dengan wajah babak belurnya yang sudah Bu sari hafal.

"engga Bu, biasa ini." jawabnya sambil menunjuk wajahnya yang sudah bonyok.
"aishh kebiasaan, yasudah sini biar Ibu bantu obati." Bu sari bersiap mengambil kotak P3K dilaci mejanya.
"gausah Bu, saya bisa sendiri."
"yakin?" tanyanya lagi.
Drega hanya mengangguk.

Drega pun mulai mengobati lukanya dibantu dengan pantulan kaca dari ponselnya.
suara Bu Sari mengalihkan atensinya.
"Berantem sama siapa lagi Aldrega?" tanyanya.
"Cowok Bu." jawabnya kelewat santai.
"ya Ibu tau kalau pastinya yang berantem denganmu itu cowok, kalau pun cewek ga bakal separah ini Aldrega." Bu Sari sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban Drega itu.

"Seburuk-buruknya saya, kalau sama cewek, saya ga bakal main fisik lah Bu." ujarnya lagi sedikit kesal. Bu Sari terkekeh mendengarnya.

Tiba-tiba seorang gadis cantik berjalan menuju kearah mereka.
"Bu, ada obat pereda sakit kepala ga?" tanyanya pada Bu Sari.
Bu Sari pun menoleh kearahnya.
"Ada, kepala kamu sakit, Vera?" tanyanya.
"Iya Bu, mata saya udah mendingan tapi kepala saya mulai pusing." jawabnya lemah.
"Baiklah, tunggu sebentar, Ibu ambilkan obatnya dulu, mau sama air hangat minumnya?" tanya Bu Sari lagi beranjak dari kursinya untuk mengambilkan obat pereda sakit kepala untuk Vera.
Vera pun hanya mengangguk dan berjalan menuju kasur UKS yang kosong.

Drega yang melihat gadis itu, kembali teringat tentang pilihan yang harus dilakukan secepatnya atau kalau tidak Pak Agus akan memanggil orang tuanya hari ini.

Drega berdecak dan berpikir sejenak. bagaimana bisa gadis itu tidak melihatnya sedikitpun. apa karena kepalanya yang sedang pusing? ah sudahlah lelah sudah pikiran dan fisiknya sekarang.

Bu Sari kembali membawa obat dan gelas yang berisi air hangat untuk Vera. melihat itu Drega punya kesempatan yang tidak boleh ia sia-siakan kali ini.

"Bu, biar saya aja yang anterin obat sama minumnya." ujarnya cepat menahan Bu Sari.
Bu sari berhenti dan menoleh kearahnya dengan heran.
"tumben banget kamu, kesambet ya?" tanyanya meledek.
"udah Ibu disini aja, biar saya yang nganterin." jawabnya lagi.
Bu Sari pun mengangguk menyetujui.

Drega melangkahkan kakinya ke kasur yang ditiduri Vera.

Awalnya ia ragu membangunkan gadis yang sedang tertidur pulas itu, namun mengingat jika sakit kepala tidak cepat diobati akan terasa menyiksa, Drega pun mulai menepuk pipi Vera pelan berharap gadis itu bangun.
"hey bangun." ucapnya sambil menepuk-nepuk pipi Vera tak berperasaan.

Vera yang merasa terusik karena pipinya ditepuk-tepuk pun mulai membuka matanya perlahan. ia sedikit terkejut ketika melihat wajah Drega yang sangat dekat dengan wajahnya.

Drega langsung menjauhkan wajahnya.
ia pun berdehem mencairkan suasana yang awkward ini.
"nih obat lo." ucapnya sambil menyodorkan obat sakit kepala dan gelas yang berisi air hangat padanya. Vera mengambil obat itu lalu meneguknya.
"Makasih." ujarnya lemah.
Drega tak membalas, dia hanya diam sambil mengamati keadaan gadis didepannya.

"Mata sama kepala lo masih sakit?" tanyanya sambil mengamati mata Vera yang masih memerah.
"klo mata udah mendingan, sekarang kepala gue yang mulai sakit." ujarnya menjelaskan.
Drega hanya mengangguk menanggapinya.
"maaf." ujarnya tiba-tiba. gengsinya masih saja tinggi saat mengatakannya.
"maaf buat apa?" beo Vera sedikit terkejut mendengarnya.
"soal bola yang gue lempar, gue ga sengaja." ucapnya lagi masih dengan ekspresi datarnya. Vera terkejut, ternyata pria ini yang melempar bola basket padanya tadi. ia sebenarnya sangat kesal, tapi berhubung kepalanya sedang sakit jadi dia hanya berdehem lalu membuka matanya dan beranjak duduk menatap Drega.
"makasih udah minta maaf, lain kali klo main bola basket hati-hati bolanya kelempar ke siapanya ya?" ujarnya tersenyum menatap Drega.

Drega yang melihat itu, membuat perasaannya gelisah tak tenang, ada rasa sedikit lega melihat senyuman gadis di depannya. Drega hanya mengangguk menanggapinya.

Perasaan apa yang tiba-tiba muncul dibenaknya ini pikirnya. Drega berusaha menepis pikiran-pikiran itu dengan cepat.
lalu ia beranjak dari kasur, membuat Vera heran melihatnya.
"mau kemana?" tanya Vera heran.
"Kelas." jawabnya singkat. ia berlalu pergi keluar UKS meninggalkan Vera yang masih cengo.

"Dia kenapa? Aneh banget tuh cowok" gumamnya pada diri sendiri.

Vera kembali tidur di kasur UKS dan menuju ke alam mimpi.

************************

Jangan lupa vote, komen dan share cerita Aldrega ke teman-teman kalian ya! See you in the next part!

ALDREGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang