Hari sudah berganti. Dan aku masih mencintaimu

51 0 0
                                    

Kalaulah aku satu-satunya yang kau pilih, aku demikian. Bahkan bermimpipun aku cukup denganmu

Kabar baik

ting...

"sayang, semalam aku dapat kabar dari orang rumah" deswita melalui pesan whats app.

pagi itu bukan lagi ucapan selamat pagi seperti yang biasa Dasrial dapat setiap paginya, pagi itu berbeda karena ada hal istimewa yang ingin Deswita sampaikan.

"anatar aku belanja sore ini, bantu aku pilihin sepatu buat bapak"

" kenapa emang, bapak ulang tahun?"

"Alhamdulilah. jadi kemarin bapak diangkat jadi PNS"

"Ohh"

"udah? kamu cuma bilang gitu doang"

"ia, syukur alhamdulillah. Jadi kapan mau beli sepatunya?"

"nanti sebelum jemput, aku kabarin kamu"

Tibalah waktu berdua datang. mereka kembali merekatkan rindunya sebeb satu-satu obat dari segala kerinduan adalah temu. keindahan langit sore akan mereka nikmati berdua berkeliling di pasar lama kota serang.

Jajaran toko satu persatu disambangi demi mendapatkan kado untuk sang ayah, hingga pada akhirnya berlabuh di Toko Amanda lantai 2.

"tapi kayanya ngga adil kalau cuma bapak, aku pilih mukena dulu yah buat mamah"

"pilihlah yang terbaik, seperti aku memilihmu" ungkap lelaki itu yang hanya terdengar oleh pemilik bumi

Deswita yang anggun pemilik senyum manis itu tengah sibuk membawa jinjingan plastik berisikan hadiah untuk sang ayah dan ibunya yang tinggal ditangerang dan akan ia berikan minggu ini.

Ternyata rindu tercipta bukan karena jarak, tetapi rindu tercipta karena perpisahan, kadang kita keliru memaknai sebab terciptanya rindu; kadangkala kita menjadikan jarak sebagai alasannya padahal rindu tercipta karena dia sudah ada di hatimu.

Hingga saat itu tiba, untuk pertamakalinya lelaki itu Deswita perkenalkan kepada ayah dan ibunya.

Awalnya tampak begitu tegang, bagaimana tidak? Lelaki itu tau bahwa bapak yang ada di hadapannya adalah orang yang sangat mencintai Deswita.

"izin pak, nama saya Dasrial"dengan nada yang santun lelaki itu berani membuka obrolan lebih dulu, sekalipun terlihat asyik mengobrol, lelaki itu tetap saja tidak dapat menutupi wajah kakunya yang masih begitu nampak terlihat. Sebatang rokok ia nyalakan sebagai penghilang nervousnya, hingga pada akhirnya mereka larut dengan obrolan santai dan saling menjelaskan satu sama lain. Dibalik tembok tengah ada senyum-senyum tipis Deswita yang mengintip dari balik gorden pertengahan rumah. Selayaknya seorang ayah tidak banyak yang ia titipkan selain menjaga, dan tetnunya bantu Deswita selesaikan tugas akhir kuliahnya agar bisawisuda tahun ini.

Demikianlah cinta, bahasanya adalah perasaan, tindakannya adalah kasih sayang. Seraya menularkan tawa-tawa tipis sebagai perekat suasana mesra, hari yang begitu akrab dengan bahagia terpancar dari dalam rumah sebab terbunuhnya perasaan takut dan ragu sebelumnya.

Kala itu. Dasrial yang juga tengah berjuang menyelesaikan tugas akhirnya, sebab ia ingin di tahun ketujuhnya sebagai mahasiswa bisa segera selesai dan meraih tangan kekasihnya untuk sama-sama menuju hubungan yang lebih serius.

"sebelum pulang, makan dulu yah" mamah ani dengan tangan yang sibuk menyiapkan makan sore keluarga

"kamu lagi butuh buku ini kan?" Deswita keluar dari dalam kamar sembari mementeng buku balagulmarom yang menjadi referensii dari skripsi yang sedang di buat kekasihnya.

"pokoknya makan dulu ya a, mamah udah siapin, jangan dulu pulang pokonya makan dulu.

"ia mah. nanti saya makan"

"ia mau kemanapun itu tenang kalau udah makan, yang penting aa makan dulu"

Menjadi budaya dengan menggunakan budi pekerti, akhlak seorang tuan rumah memperlakukan tamu dengan sangat baik.

Pandang memandang dan saling melempar senyum di hadapan sepiring nasi terjadi antara dua manusia yang saling merekatkan perasaan.

Kedua orang tua itu tau bahwa anaknya sedang diterpa badai asmara, merekapun pergi dan membiarkannya makan bersama sebelum pada akhirnya Dasrial pulang kembali ke serang melanjutkan aktivitasnya.

"jangan lupa kabarin kalau udah sampe. Awas kalau ngga!" Deswita mengancam

"siap bos"

" jangan genit! nanti malam aku telpon" tutup Deswita.

Tamu-Tamu LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang