KOUSHIK

28 1 0
                                    

Pada Akhirnya Yang Mencintai Tanpa Tapi. Pernah Bertahan Tanpa Paksaan, Dan Pernah Sabar Menantipun Akan Melepaskan Tanpa Pesan.

“susah yah jadi kamu. Egois! Aku bilang kalau sakit ngga usah kerja”

“Aku cuma demam biasa aja ko, nanti malam juga udah sembuh lagi”

“jangan suka bikin aku khawatir”

“terus mau gimana, orang bang firman ngga ada yang bantuin”

“iya ngerti, tapi bukan berarti kamu sakit terus maksain kerja deswita. Udah ayo cepat pulang!”

Daswita tau kekasihnya itu sangat marah, namun Deswita juga tau bahwa telah semampunya kekasihnya untuk tidak menunjukan raut wajah marah kepadanya.

Sepanjang perjalanan mengantar pulang, tak ada sedikitpun kata yang keluar dari mulut Dasrial, melihat sikap kekasihnya,  Deswita tersenyum begitu bahagia dan memeluknya begitu erat, menyandarkan kepalanya di pundak kekasihnya.

“ngga mau pulang. Muter muter dulu” pinta Deswita dengan manja dengan tangan yang terus memeluk begitu erat.

“ngga ada-ngga ada! Udah Istirahat!”

“yaudah ngga mau turun”

“udah jangan aneh-aneh, kamu lagi sakit”

“kata dokter, obatnya muter-muter kota serang bareng kamu”

Dasrial tetap keukeuh dengan pendiriannya, ia hanya mengantarkan kekasihnya beristirahat ke kostan, sebelah timur Stadion Maulana Yusuf.

Setibanya di depan gerbang Deswita turun, masih dengan senyum tipisnya.

“cie maraaah, hehehey baru kali ini aku liat kamu marah” canda Deswita sembari mencubit halus.

“ngga usah bercanda, udah malam Sana gih masuk kamu istirahat”

“yaudah, aku masuk ya sayang. Makasih loh udah mau jemput jangan marah-marah lagi yah nanti cepet tua.”

Keduanya pulang beristirhat, kembali memproduksi rindu dari industri perasaan yang tengah mereka bangun.

Ting…
Deswita tersenyum membaca pesan whastapp dari kekasihnya.

“Aku ingin mencintaimu sebanyak dua kali. Di Dunia, dan di kehidupan selanjutnya.”

Dasrial mengirim pesan pengantar tidur untuk kekasih tercinta dan kembali melanjutkan dunianya masing-masing, bahkan beberapa waktu diantaranya, mereka melewati hari-hari tanpa temu; Hanya berkabar melalui telepon dan pesan -prsan WA, sesekali juga Dasrial mengirimkan puisi.

“kau adalah buku yang kubaca setiap saat
Aku belajar darimu dengan penuh cermat
Cerita tentangmu dirajut literasi
Mengalun dan membuai imajinasi
Ada paraghraf tawa yang hendak kusaksikan
Juga bait-bait luka yang ingin kusembuhkan
Kau adalah buku yang kubaca setiap saat
Jatuh cinta kepadamu tak pernah tamat”

“aku baca ini ketawa sayang hahaha… sejak kapan pacar aku yang cuek ini bisa buat puisi”

“gimana bey suka? Udah ala-ala Fiersa Besari belum?”

Tamu-Tamu LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang