Cinta Terbit di Matamu

18 0 0
                                    

Aku tidak tau apa yang sebenarnya ku tunggu, menunggumu kembali atau mungkin menunggu rasaku padamu habis digerogoti waktu.

Aku merasakan sepi di tengah keramaian, sepi dari riuhnya manusia

Mungkin karena rasaku yang berhasil kamu bawa pergi

Saat ini seperti sedang menunggu, tapi tak ada yang kutunggu; seperti ingin pergi, tapi tidak tau akan kemana setelah ini.

Penulis Hareem Hally, kurang lebih dia berkata bahwa Cinta yang paling jujur adalah ketika engkau mencintai seseorang dan engkau tidak tau kenapa mencintainya.

Deswita adalah candu untuk Dasrial.

Bagi yang sendiri sebab hatinya pernah patah; bisa menyukai kembali adalah anugrah,  karena itu merupakan salah satu ketakutan. Setelah ditinggalkan adalah kepastian, akankah hati yang terbuka kembali setelah remuk yang terlalu mengunci- Ragu adalah rantainya, luka sebagai pelakunya melingkar menjadi pagar dan sunyi sebagai perekat seluruh sekat hingga berkarat. Hidup laksana bianglala, beputar menebar bahagia seakan semua baik-baik saja lalu lupa poros gerak tetap diam tak kemana-mana.

“ada kabar baik sayang, sebentar lagi aku sidang”

“aku ngga tau harus senang atau kaya gimana ngadepin sikap kamu yanh sekarang. Apa yang harus aku perbuat setelah satu bulan lebih tanpa kabar, aku tau sedang ada sesuatu yang kamu kejar tapi bukan berarti kamu seenak udel aku kamu asingkan, sadar ngga sih aku kaya orang lain sekarang."

“aku di depan, buka pintunya”

Hanya api yang menyala yang bisa membakar kayu, hanya kayu yang menyala yang mampu membakar kayu yang lain. Hanya ketulusan yang mampu meluluhkan hati, hanya hati yang tulus yang mampu meluluhkan hati yang lain.

Dasrial melakukan itu, hatinya kembali melelehkan amarah Deswita yang hendak memuncak, tatap matanya adalah mantra.

Di emperan waktu yang berganti rupa pada akhirnya semua berpisah, satu persatu berkilah, akhirnya diam sendiri-sendiri di tengah ruang ramai.

Rumpa dan rampung, bersama berkabung. Hingga meletus emosi.

“Plakk....” Dengan balutan emosi yang campur aduk Deswita menampar keras pipi kekasihnya

“aneh aku tuh kenapa sih ngga bisa marah sama kamu!” deswita menarik hidung Dasrial

“Aduduhh sakit...”

“ngeselin” Alih-alih amarah, saat ini berganti rindu menjelma manja.

“Makan di luar yu, kamu belum makankan?” ajak Dasrial

Dibalik Perskutuan Jarak
Ada riak-riak rindu yang harus dijinakan

Warna pelangi yang melingkar terpancar dari rona rembulan kian menyejukan suasana malam yang berubah sedikit lengang, namun perbincangan itu masih saja berlangsung hangat.

“oh iya aku ada sesuatu buat kamu, tapi nanti kalau kamu udah beres sidang”

Deswita sebelum beranjak pulang dari tempat makan.

“apa itu?”

“ya rahasia, nanti aja kalau kamu udah sidang”

“hmmmm, ya udah kita pulang yuk ngga enak udah malam”

“ayo sayang”

Keduanya kembali menuju kost di Jalan Bhayangkara, bermaksud mengantar Deswita kembali ke tempatnya, hingga setibanya di kost, Deswita menarik tangan kekasihnya ke dalam ruangan.

“jangan dulu pulang, tunggu sampe nanda datang”

“nanda kemana?”

“lagi di luar, lagi cari makan tunggu dulu sebentar”

“yaudah, oh iya mana kata kamu ada  sesuatu”

“yee,,, emang kamu sidangnya kapan, udah nanti aja kalau kamu udah sidang”

“ngga apa-apa sekarang aja”


“yaudah cari aja sendiri, intinya barangnya ada di ruangan ini kok”

Dasrial diberi tantangan untuk menemukan sesuatu yang sebelumnya sudah Dewita siapkan
“ayo cari kalo bisa temuin bawa sama kamu”

Dengan kekuatan felling, Dasrial tidak perlu waktu lama menemukan satu bungkus hampers berisikan Bingkai yang memuat photo gambar keduanya.

“nah ini kan”

“jangan dulu lah yank, nanti aja kalau kamu udah beres sidang biar surprice”

“ngga usah surprice-surpricean, kaya apa aja”

Hingga tak lama berselang terdengar suara dari balik pintu

“assalamualaikum iwit” Suara Nanda datang

Melihat kawan satu kostnya tiba, Dasria tidak menunda nunda ia segera beranjak pulang kerumah.

Tamu-Tamu LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang