Kecelakaan Pertama

26 2 1
                                    

Brukk!!

"Aduh, kepalaku sakit sekali. Kenapa setiap aku mendapat mimpi itu selalu saja aku jatuh dari kasur?" Aku melirik kearah jam dinding. "Sudah 8 pagi? Sepertinya aku telat sarapan."

Setelah membasuh wajah di kamar mandi, aku berjalan menuju ruang makan panti asuhan. Oh iya, aku lupa bilang.

Ngomong-ngomong aku tinggal di panti asuhan milik mendiang orang tuaku. Sekarang saudara ayahku yang menjadi pengurus panti ini. Di sinilah aku tinggal dan bersekolah, sampai SMA. Dengan kamar sendiri, lumayan lah. Bagi yang nolep sepertiku pastinya jarang keluar kamar. Apalagi kalau libur, sudah seperti hewan yang sedang berhibernasi.

Sesampainya di ruang makan, kudapati sudah tidak ada orang disana. Tidak, yang kumaksud adalah orang-orang di panti asuhan, bukan sahabatku. Lihat, mereka masih menunggu di salah satu bangku sudut ruangan yang dekat dengan jendela. Melihat ada tiga nampan yang ada di hadapan mereka, aku langsung mendekati mereka berdua.

"Pagi." Sapaku dengan dingin kepada mereka.
"Selamat pagi, Zora. Apa tidurmu nyenyak?" Balas ramah Moly.
"Nggak terlalu." Aku duduk berhadapan dengan mereka dan mengambil jatah makananku. Kuperhatikan Reza yang nampaknya ingin menyampaikan sesuatu.

"Oh, wibu nolep sohib gue tercuek terdingin sejagat raya! Lo tau kan kalau kami udah nungguin lo lebih dari dua jam?" Apa kubilang.

"Jadi?" Jawabku singkat. Wajah Reza mulai berkerut.

"Jadi... Lo harus membayarnya." Reza melipat tangannya di atas meja.

"Gua nggak punya uang." Aku sibuk menyantap bubur kacang hijauku..

"Heh, lo kira membayar itu cuman pakai duit. Nggak! Kami nggak butuh!"

Moly menyambung kalimat Reza,

"Kami hanya ingin kau menghabiskan waktu bersama kami. Aku tahu kau tidak suka dunia luar, tapi yakinlah pasti tidak seburuk yang kau kira." Moly memohon seolah-olah ini adalah kesempatan terakhirnya bersamaku.

Aku selesai dengan sarapan ku. Lalu merapikan posisi duduk, dan mulai membuka mulut.
"Biar kupikirkan."

Lalu aku pergi membawa nampan ku ke tempat pencucian. Mereka mengikut dari belakang, sambil membawa nampan masing-masing.

Selepas mencuci, mereka menghampiriku dan menanyakan perihal tadi. Kukatakan kalau aku harus memikirkannya terlebih dahulu dan temui aku jika mereka menginginkan jawabannya. Lalu kau meninggalkan mereka dan pergi ke kamarku.

Setiba dikamar, rasa kantuk mulai menyerangku. Tanpa berpikir panjang aku langsung berbaring dikasur. Menutup mata, memasuki alam mimpi yang telah menunggu ku.

~

Sebelas tahun yang lalu...
Sebuah ledakan terdengar pada dini hari. Lalu, gumpalan asap hitam membumbung tinggi ke angkasa. Seluruh warga histeris. Petugas aparat kepolisian dan pemadam kebakaran tiba dilokasi, melaksanakan tugas mereka masing-masing.

Sebuah kasus peledakan dan kebakaran terencana yang hanya diketahui oleh seorang bocah berumur lima tahun penderita autis. Entah apa yang dirasakan oleh bocah tersebut saat tubuhnya digendong oleh sang ibu yang terus berusaha berlari menghindari api.

I'M BACKWhere stories live. Discover now