Kehidupan Kedua

12 1 5
                                    

Merasakan ada sesuatu yang aneh, aku membuka mataku perlahan. Dan menyadari sesuatu. Tubuhku tidak terasa sakit lagi. Semuanya kembali pulih. Dan berbalut kain putih. Bahkan...

Aku melayang?
Tunggu?
Aku ada dimana?

Aku melihat sekeliling, seluruhnya putih. Aku memegang kepalaku lagi. Takut bahwa ini adalah mimpi buruk yang selalu menghantuiku.

"Halo..."

Suara nyaring terdengar di telingaku. Aku mengangkat kepala. Mataku membulat saat melihat sesosok berjubah hitam juga melayang di depanku, hanya saja dia berdiri tegap seolah-olah menginjak udara. Aku ketakutan, tapi pandanganku tidak bisa ku alihkan.

"Tenanglah, Zora. Aku tidak akan menyakitimu. Aku hanya ingin memberitahu sebuah berita baik untukmu." Katanya sambil menggerak-gerakkan kepalanya.

"Siapa?" Pertanyaan pertama yang ku lontarkan kepadanya.

"Aku adalah Penentu Nasib. Tugasku adalah menentukan nasib setiap makhluk. Dan kau, adalah salah satu manusia yang beruntung." Dia menunjuk ke arahku.

"Kenapa?"

"Kau mendapat kesempatan hidup. Kau akan menjalani hidup pada kehidupanmu yang kedua. Hanya saja ingatanmu tidak akan terhapus sepenuhnya. Kalau kuhapus, sama saja dengan memunculkan makhluk baru. Jangan salahkan aku jika kau akan mengalami dejavu. Itu tergantung apa yang kau alami."

"Kenapa kau memberikanku kehidupan lagi?"

'Ni anak nggak ada rasa bersyukurnya apa'
"Bersyukur gitu kek. Udah dikasih idup malah mau mati! Nanti kucabut lagi terus ku lempar ke neraka! Baru tau rasa!"

"..."

Splash!!!

Muncul sebuah portal bercahaya di belakangku. Sosok tersebut mendekat dan meletakkan tangannya ke dadaku. Lalu mendorongku ke arah portal. Kalimat terakhir yang diucapkannya adalah,

"Hiduplah dengan bahagia, Zora!!"

Tubuhku memasuki portal. Dan pandanganku dipenuhi oleh cahaya putih.

~

Di sebuah rumah sakit, tepatnya di salah satu ruangan bersalin di sana. Seorang wanita sedang berusaha mati-matian untuk melahirkan bayinya. Di sampingnya ada seorang suami yang terus memberikan semangat dan dukungan kepada istrinya.

Hingga beberapa waktu berlalu, dan terdengar lah suara yang memecahkan ketegangan di sana.

Seorang bayi laki-laki telah dilahirkan. Dokter membedung bayi tersebut dengan lembut dan menyerahkannya kepada orang tua dari si bayi.

Senyum bahagia muncul di wajah mereka. Sang ibu mencium pipi tembem dari si bayi. Sang ayah yang selalu berada di samping Sang ibu terus mengelus lembut rambut pendek dan halus dari putra mereka.

"Lihatlah, Ryuza. Putra yang kita nanti nantikan telah lahir." Sang ibu berkata kepada sang ayah tanpa mengalihkan pandangannya dari si kecil.

"Aku tahu, Rossalina. Dia sangat tampan. Lihatlah rambut dan kulit putihnya. Aku tidak sabar melihat bagaimana dirinya saat besar nanti." Kata Sang ayah sambil mengelus pelan pipi anaknya.

"Dia tampan sama seperti dirimu. Apakah kau ingin memberikannya nama?" Rossalina menoleh kearah suaminya.

"Aku sudah mendapatkan nama yang cocok untuknya." Rossalina tersenyum mendengar ucapan Ryuza. Sepertinya mereka memiliki pemikiran yang sama.

"Kita namai dirinya.....

...Thyaga"

~

Ruangan bayi...

I'M BACKWhere stories live. Discover now