Second

1 0 0
                                    

Terdengar suara langkah kaki yang keras melewati lorong. Selayaknya sedang berlari. Menuju arah kamarku.

Tok!.. Tok!.. Tok!..

Aku membuka pintu kamar. Melihat siapa yang sedang berdiri di depannya. Mataku langsung membesar saat melihatnya. Gadis tomboy itu langsung memelukku dengan perasaan bahagia.

"Halo, sepupu! Akhirnya kita bertemu..."

Aku merasa sesak. Pelukannya sangat erat. "Iya iya iya... Aku tahu. Dan kau tampak banyak berubah... Dari penampilan bocilmu."

Yelena melepaskan pelukan. "Hahaha... Kakak ini... Ya, ini memang penampilanku yang sekarang. Dan kau tahu, kak. Aku lebih suka jika rambut panjangmu itu tidak dipotong sama sekali."

"Kenapa? Apa kau lebih suka melihatku seperti orang tua yang beruban?"

Dia menggeleng. "Bukan. Supaya ada saingan Pak AL. Kalau rambutmu masih panjang, pastinya bakalan couple sama Pak AL. Kakak rambut putih, dia rambut hitam."

"Hei hei hei tidak baik membicarakan orang lain."

"Ya, Ngomong-ngomong.. " Dia merogoh sakunya dan mengambil sebuah ponsel hologram. Tangannya meng-scroll beberapa media. Dan berhenti di satu foto.

"Lihat!" Aku memperhatikan foto itu.

"Hah?! Itu... Aku? Tapi kenapa wajahku penuh dengan coretan?"

Yelena menggeser layar. Memperlihatkan dirinya saat berusia sepuluh tahun memegang sebuah spidol dan selfie dengan latar diriku yang masih terbaring.

"Kuharap kau tidak memberitahu siapapun. Itu sangat memalukan."

"Rencananya sih iya. Aku akan memposting ke sosmedku dengan hastag #lihatsiapayangbangun. Hahaha.. Kurasa itu akan menjadi trendy topik satu sekolah."

"Janganlah.." Aku memohon kepadanya.

"Ya, kubatalkan rencana itu. Sebagai gantinya kakak harus ikut denganku. Aku akan memperkenalkan kakak pada teman-temanku. Aku yakin kalau kakak pernah bertemu dengan mereka."

"Baiklah.. Baiklah... Aku ikut."

"Bagus! Aku akan menunggu kakak di pintu gerbang asrama. Dah... Semoga hari kakak menyenangkan." Dia berjalan pergi.

Aku memperhatikannya. 'Itu beneran Yelena sepupuku yang dulu sering kucubit habis pipinya. Pas udah besar malah keliatan sangar dan nggak bisa tersentuh. Kayaknya dia juga nunggu aku pas koma. Kasian juga melihatnya selama itu sendirian.'

Masuk kekamar lalu aku bersiap-siap. Aku tidak tahu kapan Yelena akan menungguku. Aku hanya mempersiapkan diri agar tidak membuatnya menunggu.

Aku mengambil jaket anti peluru dan sepatu boot. Aku hanya merasa cocok dengan itu. Mengenakan jaket yang menutupi kaos hitamku dan jangan lupa untuk memasang tudung kepalanya.

Berjalan keluar kamar tak lupa untuk mengunci pintu. Aku melihat sekitar, para murid melakukan aktivitas di jam kosong mereka. Aku melanjutkan perjalanan menuju tujuanku. Saat tiba di pintu gerbang aku mendapati Yelena yang sedang menungguku sambil bersandar di dinding.

"Ayo kita pergi, kak. Mereka pasti sudah menunggu di pulau pelatihan."

"Pulau pelatihan?"

"Ya. Pulau dimana para murid berlatih menggunakan sihir. Juga tempat bersantai terbaik. Kita akan melakukan teleport untuk ke sana."

"Baiklah."

Kami berjalan menuju lantai teleportasi terdekat. Saat menginjaknya Yelena menyebutkan lokasi yang akan kami tuju.
"Ke Pulau Pelatihan Utara."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 15 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I'M BACKWhere stories live. Discover now