Koma

10 1 1
                                    

Aku membuka mata. Tubuhku sedang berada di ruang putih. Langkah kaki kumulai menuju sembarang arah. Aku tidak peduli apakah ini mimpi yang selalu kudapati selama bertahun-tahun ataukah berbeda. Pandangan kosong kudapati. Kakiku hanya melangkah tak tahu arah dan waktu.

"Zora..."

Ada yang memanggilku. Aku membalik badan. Terlihat seorang gadis remaja dengan seragam hitam berdiri di hadapanku.

"Kau... Zora. Iya kan?" Aku mengangguk.

"Baiklah, aku tidak tahu kenapa kita bisa bertemu di sini. Dan izinkan aku untuk memperkenalkan diri." Dia melangkah maju. Memperkenalkan dirinya.

"Namaku Jaya Ragakusuma." Dia mengulurkan tangannya. Aku menerima ulurannya.

"Zora Vannesa. Apa yang terjadi pada dirimu?" Aku mengambil tanggapan bahwa dia juga tidak sadarkan diri di dunianya.

"Aku gagal menjalankan misiku. Terbakar dalam larutan asam. Aku bahkan tidak tahu bagaimana keadaan tubuhku di sana." Dia duduk bersila, aku mengikutinya. Sekarang posisi kami saling berhadapan.

"Kurasa akan aman jika aku menceritakan ini kepadamu. Apalagi sekarang mungkin aku sudah mati." Aku mengangguk bersiap untuk mendengarkan.

"Aku adalah assasin. Dan pada hari ini aku mendapat misi untuk membunuh seluruh karyawan sebuah laboratorium illegal di China. Sayangnya, salah satu rekanku mengkhianatiku. Dia adalah pemilik laboratorium itu. Dia menjebakku dalam ruang produksi asam. Dan membakarku disana."

"Kau... Assasin?" Aku terkejut mendengar ceritanya. Bagaimana mungkin seorang gadis remaja melakukan misi se-ekstrim itu?

"Ya, aku assasin. Paling muda di antara assasin lainnya. Tapi pengalamanku lebih banyak dari masa lalu. Membuatku lebih pandai dari yang lain. Dan... Bagaimana denganmu?" Dia melirikku dengan mata datarnya.

Pikiranku berputar sekarang. Hingga aku mendapat suatu pertanyaan. "Tapi sebelum itu. Bagaimana kau bisa tahu namaku? Bahkan kita tidak saling kenal."

"Kecelakan yang terjadi lima tahun yang lalu menayangkan nama dan wajahmu. Bagaimana mungkin aku tidak tahu jika aku ikut menyaksikan kejadian itu."

"Baiklah... Itu masuk akal walaupun seharusnya orang-orang telah melupakan itu."

"Kurasa kau disini bukan karena kecelakaan itu."

"Kenapa kau mengatakan itu?"

"Aku lebih dulu ada di sini sebelum kau muncul di hadapanku."

"Ya... Aku tidak tahu, kurasa kau tahu apa itu transmigrasi."

Dia memiringkan kepalanya. "Jadi kau tidak sadarkan diri di dunia barumu? Itu kesempatan langka untuk mendapatkan kehidupan yang kedua."

"Ya, memang langka."

Tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari arah belakang kami. Pintu aneh muncul dari bawah.

"Ya, kurasa ini saatnya kita pulang." Jaya beranjak berdiri.

Aku ikut berdiri. "Secepat ini?"

"Waktu tidak akan terasa jika kau melewatinya. Baiklah waktunya menyampaikan perpisahan. Semoga kita bisa bertemu lagi."

"Menurutmu begitu?"

"Hanya sekedar feeling."

Kemudian kami berjalan menjauh mendekati pintu masing-masing. Aku membuka pintu, cahaya terang muncul di dalamnya. Aku menoleh ke belakang, Jaya melirikku sekilas lalu memasuki pintu. Aku melakukan hal yang sama, seketika tubuhku diselimuti cahaya terang.

I'M BACKWhere stories live. Discover now