BOUND 03

39 5 0
                                    

"Darimana?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja.

Perempuan bergaun hitam dengan kedua heels ditenteng di kedua tangannya. Rambutnya yang semula tertata rapih kini mulai berantakan dengan banyaknya anak rambut yang keluar dari jalur tatanan.

Nora menatap wajah pria yang kini sedang bertopang pada dinding tembok bercat whitecream bergaya klasik. Kedua tangannya bersedekap dengan satu kaki menjulur ke depan guna menahan bobot tubuh dan satu lagi di simpan dibelakang tertempel pada dinding.

Nora menatap kesal pria di depannya. Tanpa berniat menjawab perempuan itu langsung beranjak melewati pria itu merasa tak wajib untuk menjelaskan kemana ia pergi.

Agrio menelan salivanya kasar, ia tarik kaki kirinya yang dia simpan di belakang ke depan. Langkahnya berjalan cepat mengejar pelan perempuan yang kian menjauh dari radius edarannya. Kedua tangan Agrio terangkat mengusap wajah lelah.

"Lepas, Bajingan!" Nora benggeliat kasar merasakan tarikan Agrio pada lengan kecilnya. Pria itu bahkan mengurung tubuh gadis itu dalam kukungannya bersandarkan pada dinding ruang tamu itu.

"Aku tidak meminta apapun padamu. Aku hanya mau kau jelaskan kemana kau pergi hari ini dan apa kegiatanmu." Agrio mengikis jarak dari Nora, sehingga kini wajah keduanya saling mendekat.

Nora melebarkan matanya tanda kekesalan tak terkendali.

"Takkan sudi aku memberimu informasi tentang diriku, kau tahu itu!" sentak Nora mendorong tubuh besar itu menjauh dari tubuhnya.

Nora segera bergerak hendak melarikan diri dari tatapan tajam bak elang Agrio. Namun tangan kekar itu segera menggagalkan tujuannya, pinggang rampingnya ditarik hingga kini tubuhnya kembali dalam kurungan tubuh besar itu. Kedua tangannya di tahan oleh Agrio di atas kepalanya.

"Ketahuilah, Nora. Tanpa informasi darimu, aku akan tetap mengetahui pergerakanmu," ucap Agrio penuh peringatan.

Nora memalingkan wajahnya dengan mata terpejam. Kemudian kelopaknya mulai membuka kembali namun dengan pandangan goyang dan memburam menahan tangis.

"Aku membencimu, Agrio. Kumohon lepaskan aku dari ikatan pernikahan sialanmu. Aku tersiksa dengan status menjijikan ini," lirih Nora dengan pandangan gamang dengan arah pandang pada bahu lebar Agrio.

Agrio menghela napas pelan, menahan kecewa yang teramat mendalam. Amarahnya terganti dengan suasana suram kesedihan yang tidak dapat ia jabarkan lagi.

Cekalannya mengendur, ia melepaskan kungkungannya dari tubuh Nora, istrinya. Ia mundur dengan teratur, tubuhnya berbalik berjalan menjauhi Nora dengan pandangan sorot kesedihan. Jemarinya terangkat menyentuh kening dan kelopak matanya.

"Maafkan aku. Aku terlalu tidak tahu diri dengan mengekangmu, padahal aku bukanlah siapa-siapa bagimu." Bola mata Agrio menggenang.

"Tapi ku mohon, jangan pernah ucapkan jika status yang melekat padamu sebagai istriku adalah suatu yang menjijikan."

Agrio meninggalkan Nora setelah keluhan itu keluar dengan sendirinya. Tanpa berniat menoleh sedikitpun pada wajah istrinya yang kini menatap punggungnya.

"Hahaa.... Kau kira aku akan bangga dengan status ini? Kau yang mengikatku, sialan. Lalu kau menuntut untuk di perlakukan layaknya suami? In your best dream, Agrio Fallgenzo Palca."

Tawa itu menggema layaknya wanita jahat dalam serial berperankan antagonis. Mimik wajahnya bahkan menunjukan betapa tak berhatinya Nora.

"Kau dengar aku? Hei pria menjijikan, melakukan cara kotor untuk menikahi perempuan impian itu adalah hal paling memalukan. Dasar payah!"

Bound Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang