6. Jawaban Tanpa Kepastian

325 42 0
                                    

Keindahan pada malam hari merupakan salah satu keindahan tiada banding di dunia ini. Sinar dari bulan yang membantu menerangkan Bumi merupakan salah satu alasan kenapa malam hari bisa terasa begitu cantik.

Jika bulan berada dalam fase bulat sempurna, dunia seperti disinari oleh matahari. Refleksi sempurna yang kebanyakan terpantul pada permukaan air juga menjadi pemandangan indah tersendiri.

Sekalipun hanya sedikit dari bagian bulan yang kasat mata, hal itu tetap memanjakan mata. Terutama bila dibantu dengan terangnya bintang yang membentuk beberapa rasi. Semakin lengkap pula penutup hari itu.

Banyak hal-hal yang terjadi pada malam hari yang tidak akan bisa orang kebanyakan lihat ketika siang hari. Karena hal itu, ada banyak orang yang rela menghabiskan waktunya di luar pada malam hari.

Waktu yang seharusnya digunakan untuk merehatkan diri justru dipakai untuk mengamati keadaan sekitar layaknya hewan nokturnal. Entah hanya sekedar mengamati atau juga menikmati kesunyian pada malam hari yang bisa membawa kedamaian.

Tak jauh berbeda dengan Yoon Jeonghan. Jam digitalnya sudah menunjukkan jam 10 malam. Seharusnya pada jam segitu, dia sudah siap-siap untuk tertidur seperti normalnya anak-anak sekolah tingkatan SMA tidur, bukan?

Sebaliknya, Jeonghan lebih memilih untuk terjaga. Jika tidak sepanjang malam, paling tidaknya bisa sampai pukul 3 malam.

Apakah Jeonghan tidak mengantuk? Apalagi hari ini dan besok dia masih tetap bersekolah. Jawabannya tentu tidak. Dia memang pergi ke sekolah, membawa seluruh rasa kantuknya di pundaknya bersama tas ringannya.

Hanya saja, dia tidak pernah menyelesaikan satu jam pelajaran secara sepenuhnya. Ketika satu jam pelajaran baru berjalan sekitar 20 menit, Jeonghan akan izin pergi ke Unit Kesehatan Sekolah dengan alasan sakit.

Setelah mengantongi izin dari gurunya, Jeonghan tinggalkan tasnya di kelas dan hanya membawa ponsel serta rasa kantuknya menuju UKS. Jeonghan izin ke UKS hanya untuk mengistirahatkan diri, bukan karena benar-benar sakit.

Jeonghan bisa dengan leluasa tidur di UKS pun dikarenakan tidak memiliki penjaga. Memang masih ada yang namanya kamera pengawas, namun Jeonghan memilih abai. Maka dari itu, UKS adalah kamar tidurnya di sekolah.

Singkatnya, siang hari adalah waktu untuknya beristirahat sedangkan malam hari itulah waktu untuknya menikmati hari. Jeonghan benar-benar mirip dengan hewan nokturnal.

Dengusan pun Jeonghan keluarkan kala tangannya mengikat dengan kuat tali sepatunya yang akan dia gunakan untuk bermain futsal. Jam tidurnya tak pernah seberantakan ini. Dia juga tidak akan pernah melewati jam pelajaran jika orang yang dia sukai ada di dalam kelas.

Kepalanya akhir-akhir ini berantakan parah akibat terus-terusan memikirkan Joshua, orang yang dia suka. Ada banyak pula perasaan yang tercampur aduk dalam dirinya. Amarah, benci, dan rasa bersalah adalah perasaan yang sedang menguasai dirinya.

Perasaan janggal dalam dirinya membuat Jeonghan membutuhkan waktu yang sunyi sembari memikirkan perasaan-perasaan itu. Bagi Jeonghan, jawabannya hanya ada di waktu malam.

Biasanya Jeonghan hanya akan sekedar berjalan-jalan, sekedar membiarkan membiasakan paru-parunya terhadap angin dingin. Kali ini Jeonghan memilih untuk sembari bermain bola, harap-harap bisa melepas perasaan janggalnya.

Setelah selesai mengeratkan tali sepatunya, Jeonghan menegakkan tubuhnya. Bolanya terletak tepat di depan kakinya. Di dalam otaknya, dia juga membayangkan ada beberapa orang yang bersiap-siap untuk merebut bolanya.

Langsung saja Jeonghan tarik bola itu menggunakan tumit kakinya seolah-olah ada yang ingin merebut bola itu. Kakinya terbuka selebar bahu, membuat posisi siaga terhadap orang-orang dalam imajinasinya.

[✓] And Then We Were None | Joshua CentricTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang