𝙖𝙚𝙨𝙥𝙖 - 𝙉𝙚𝙭𝙩 𝙇𝙚𝙫𝙚𝙡
___________"Lo bisa berhenti natap gue kayak gitu?"
Ruby jengah. Muak. Bahkan hampir muntah. Kelakuan Xavier yang terus menatapnya seakan dirinya makanan lezat membuatnya tak nyaman.
Di mulai ketika berangkat ke bandara dengan permintaan lelaki itu yang ingin ia menggandengnya dengan alasan tiba-tiba lututnya lemas. Dan Ruby pun menuruti.
Sepanjang perjalanan lelaki itu tak henti menggenggam tangannya bahkan berkali-kali meliriknya seakan dirinya mau menghilang atau mungkin berubah wujud.
Dan ketika keduanya sudah duduk dengan nyaman di kursi pesawat Xavier tak hentinya terus menatap wajahnya.
"Gak bisa. Lo cakep banget nget nget nget kali ini," Xavier memamerkan senyum khasnya yang membuat matanya ingin tertutup. Seakan memuja perempuan di hadapannya.
"Tapi gak sepanjang ini kan? Gue lepas deh wig yang gue pakai supaya lo gak liatin gue gitu banget," baru ingin melepaskan wig di kepala tangannya dihentikan oleh tangan Xavier yang menahannya.
"Jangan! Iya deh gue gak liatin lo terus," dan Xavier pun benar-benar menghadap ke depan dengan sesekali melirik-lirik gemas ke arah Ruby.
"Ide dari mana sih sampai lo berubah tampilan kayak gini?" tanya Xavier penasaran.
"Ide dari otak gue lah. Semalam waktu lo bilang buat ikut lo ke Jakarta dan gue yang udah setuju, gue mikirin banget gimana caranya biar gak ditemuin sama bokap gue. Tengah malam kepikiran deh buat rubah penampilan gue. Gue ngaca-ngaca mana yang perlu diubah. Akhirnya gue tau gue mesti ganti kepala.
Gue dapet dari mana ya, dulu kan, waktu gue belanja baju di mall gue lihat wig ini. Waktu itu gue pengen aja beli. Siapa tau kan gue kangen rambut panjang. Dan beneran ke pake dong sekarang. Menurut lo gue berubah berapa derajat?"
Xavier yang ditanya pun mulai berpikir keras. "Seratus derajat. Lumayan lah. Lo beneran bukan Ruby seratus persen," ujarnya memberi penilaian.
"Bagus. Itu artinya gue gak terlalu mencolok sebagai Ruby," senyum lega tersemat di bibir kecilnya. Ruby harap penyamaran ala-ala ini berhasil.
Dan perjalanan itu diisi dengan keheningan. Karena Ruby yang jatuh tertidur. Mungkin semalam perempuan itu tidur tengah malam. Tapi Xavier lelaki itu tetap membuka mata. Sekali, dua kali sampai lehernya pegal sendiri karena terus melirik Ruby. Xavier seolah tak ingin berhenti untuk memandang Ruby.
Perempuan itu kenapa seperti perempuan idamannya? Gak tinggi tapi gak pendek juga. Rambut panjang. Kulit putih. Dan muka kecil. Lalu bibir tebal tapi mungil itu melengkapi keindahannya.
Ya, Xavier akui sebelum ini pun perempuan itu sudah cantik. Tapi dengan rambut panjangnya apa mungkin hatinya jadi tertarik?
Dan Xavier hanya menggeleng ragu. Bibir tebal keritingnya bergumam lirih. "Terpesona sekali gak bikin gue terperosok jatuh cinta kan?"
***
Keheningan panjang terus terjadi. Dari semalam sampai perjalanan pulang pun begitu. Baik Berlian maupun Zafran terus mengunci mulut.
Dimulai ketika Berlian yang melarang lelaki itu membuka buku pentingnya, lalu merembet dirinya yang memarahi lelaki itu. Berlian yang terlanjur kesal mungkin sedikit tak mengontrol ucapannya. Yang membuat Zafran awalnya merasa tak enak hati berakhir kesal juga dengan gadis itu.
Saat makan malam pun hanya di isi Berlian yang terus mengoceh bertanya pada Surya. Mengacuhkan Zafran yang memang tak ingin ikut nimbrung. Sampai Surya yang menegurnya pun, Zafran hanya menggeleng tipis bahwa dirinya baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧𝐭𝐢𝐧 𝐏𝐞𝐧𝐠𝐠𝐚𝐧𝐭𝐢 (End)
FanfictionBerlian terpaksa menjadi pengantin pengganti atas kaburnya adik kandungnya tepat di malam sebelum pernikahan itu terjadi. Tak ingin membuat dua keluarga tambah malu dirinya harus rela menjadi istri lelaki yang tadinya akan jadi suami adiknya. Harusn...