4-Nini

871 138 8
                                    

Seorang wanita berjalan di sebuah taman yang sangat indah.

"Bundaaa"

Jisoo menoleh mencari sumber suara itu. Ia melihat seorang anak perempuan tengah berlari kearahnya. Dengan nafas ngos-ngosan ia memeluk kaki Jisoo dengan erat.

"Bundaa~, Nini mau digendong," rengeknya.

"eoh manja bangett sii anak Bunda." Balas Jisoo namun segera mengangkat tubuh anaknya.

"Hehe," cengir anak itu.

"Bundaa mau main di sana," tunjuknya ke sebuah ayunan.

"yuk," balas Jisoo tersenyum.

"wiiihh, selu banget Bunda ayunannya" ucap anak itu ketika menaiki ayunan yang didorong oleh sang bunda.

"pegangan yang kenceng Sayang, pake 2 tangan megangnya." Ucap jisoo khawatir ketika anaknya itu hanya memegang pegangan ayunan hanya dengan satu tangan.

"Otte Bunda."

"Bunda, Nini sayangg banget sama Bunda" Lanjutnya tersenyum menampakkan gummy smilenya.

"Bunda lebih sayang sama Nini," Jawab Jisoo.

Anak itu mengerucutkan bibirnya lucu,"Ih Bunda, Nini lebih lebih lebih sayangg sama Bunda"

Jisoo terkekeh mendengar anaknya yang tak mau kalah itu. "Iya sayang, bunda tauu kok. Nini menang dehh," balas Jisoo sambil mengusap rambut putrinya dengan sayang.

"Yey Nini menangg hihi" ucap Nini disertai tawa.

Tanpa mereka sadari ada sosok hitam yang tengah mengawasi mereka. Sosok hitam itu tiba-tiba saja mendekat dan langsung mengambil serta membawa Nini pergi.

"Hey kamu siapa? JANGAN BAWA ANAKKU, TOLONG" teriak Jisoo sambil berlari sekuat tenaga untuk mengejar sosok hitam tadi.

"Hiks Bunda, tolongin Nini, Nini mau sama Bundaa" tangis anak itu.

"NINI JANGAN PERGI!!!"










Aku membuka mata dengan nafas yang terengah-engah. Ternyata kejadian barusan hanya sebuah mimpi. Aku melihat kesampingku ternyata makhluk kecil yang kemarin malam menolongku masih tertidur dengan pulas. Kuusap lembut pucuk rambutnya. 

Aku mengamati seluruh bagian wajahnya. Sangat cantik dan imut. Yang aku ingat anakku juga memiliki tanda lahir yang sama di kelopak matanya saat ia lahir. Apa mungkin ia... 

Aku memang sering memimpikan anakku, tapi wajahnya tak pernah sejelas mimpi barusan. Wajah anak ini sama persis dengan mimpiku tadi.


"Nini anak Bunda.." Kembali kuusap pipi tembam itu dengan tangan yang sedikit gemetar.

Entah kenapa hatiku sangat yakin kalau itu dia. Tapi bagaimana bisa anakku sampai ke hutan tak berpenghuni seperti ini. Membayangkannya sungguh membuat dadaku sakit. Memori ketika hari di mana aku kehilangannya terputar kembali di otakku.




Baiklah, aku tak mau menyesal lagi. Walaupun aku masih belum yakin sepenuhnya, aku berjanji akan menyayangi dan menjaganya sepenuh hatiku. Terima kasih Tuhan, telah mempertemukanku kembali dengannya. Aku janji tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.

Baby TarzanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang