Dua minggu berlalu, belum ada tanda-tanda pencarian oleh tim SAR di sekitar hutan. Namun, itu tidak masalah bagi Jisoo. Kini, ia tengah menikmati perannya sebagai seorang Ibu. Jisoo justru merasa bersyukur dengan jatuhnya pesawat tersebut, ia bisa dipertemukan kembali dengan sumber kebahagiannya.Ya, Jennie. Semenjak kehadiran Jennie, Jisoo menjadi sering tersenyum. Bocah imut dengan berbagai tingkah lucunya selalu bisa membuat Jisoo tertawa. Nini juga sudah mengerti banyak kosakata. Ia cukup cepat mencerna apa yang diajarkan oleh Jisoo. Mungkin karena Nini keturunan keluarga Kim yang terkenal memiliki kemampuan di atas rata-rata.
Sekarang, Jisoo dan Nini tengah duduk di dalam gubuk. Jisoo mengeluarkan secarik kertas dan sebuah pulpen yang ada di dalam tasnya.
"Nah, sekarang kita belajar yaa Nini," Ucap Jisoo pada Nini yang juga sedang menatapnya.
"Belajal itu apa?" Tanya Nini.
"Belajar itu nanti Nini bisa baca tulis," jawab Jisoo.
Jisoo memutuskan untuk mengajari Nini cara membaca dan menulis. Bagaimanapun umur Jennie sekarang sudah 4 tahun, jadi Jisoo harus mengajari materi dasar supaya Jennie tidak tertinggal dari anak seusianya.
"Otey Bunda," jawabnya walau masih belum terlalu mengerti.
Jisoo mulai menuliskan huruf abjad dari a sampai z."Nini, yang ini dibacanya A. Coba ikutin Bunda, 'A'"
"A-aa," Ucap Nini fokus memerhatikan mulut bundanya."Pinter, sekarang coba Nini tulis juga kayak gini." Tunjuk Jisoo pada huruf yang barusan ia tulis.
Nini pun mencobanya. Ia terlihat kesusahan menulis hurufnya. Ia sepertinya juga bingung cara memegang pulpen dengan benar.
"Susaah bundaa," keluhnya.
Jisoo terkekeh, "pelan-pelan sayang, bunda bantu yaa." Ucap Jisoo kemudian memegang jemari kecil Nini untuk membantu mengarahkan pulpen.
"Yey Nini bisa," ucap Nini bangga setelah beberapa kali percobaan.
"Wih pintarnya anak bundaa," Ucap Jisoo sambil mengusap pucuk rambut Nini.
Anak yang dipuji tersebut tentu saja senang dan tersenyum menampakkan deretan giginya.
"Dilanjut ya sayang, Bunda mau keluar sebentar masak air."
Nini hanya menganggukkan kepalanya dan lanjut mencoret di kertas.
Beberapa menit kemudian Jisoo kembali ke gubuk tersebut.
"Astaga Nini, kamu ngapain Nak?" kaget Jisoo melihat Nini yang mukanya sudah cemong terkena tinta pulpen. Hampir saja anak itu memasukkan pulpen ke dalam mulutnya sebelum akhirnya Jisoo merebut benda itu. Untung saja Jisoo datang tepat waktu.
Pelakunya hanya tersenyum dengan wajah tak berdosa.
"ininya penuh Bundaa, jadi Nini tulis disini hehe." Ucap sang pelaku menunjuk mukanya sendiri. Memang benar kertas tadi sudah penuh coretan.
"Aduh Sayang, kalo kertasnya penuh bilang bunda ya Nak. Nanti bunda kasih kertas yang baru. Mukanya jangan dicoret nanti kotor."
"Pulpennya juga gaboleh di makan Sayang, bahaya." Lanjut Jisoo dengan nada yang sedikit tegas.
Nini hanya menunduk takut tak berani menatap Jisoo.
"Nini kenapa Sayang?" Menyadari bahwa anaknya hanya menunduk, Jisoo mencoba menaikkan dagu anaknya supaya menatap matanya.
"Bunda malah (marah) ya?" Tanyanya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Bunda ga marah Nak, Bunda cuma khawatir aja. Jangan dimasukin ke mulut lagi ya sayang. Kalo Nini laper, bilang Bunda nanti Bunda masakin. Ya?" Ucap Jisoo sambil membawa Nini kepelukannya."Ssst udah ya jangan nangis, Bunda ga marah." Jisoo menepuk-nepuk lembut punggung Nini yang masih terisak.
"Sekarang kita cuci muka yaa, sampe belepotan gitu," Ucap Jisoo.
"gendong~," rengek bocah itu.
"Uuhh manjanya mulai deh, Nini ga malu diliat Leo?" Canda Jisoo.
Nini hanya menggelengkan kepalanya tetap menulusupkan kepalanya pada dada Jisoo. Bagi yang bertanya siapa Leo, Leo adalah nama panggilan yang diberikan Jisoo pada harimau yang waktu itu mengejarnya.
Flashback
"AAA Nini, harimaunya kenapa bisa ada disini," ucap Jisoo kaget, anaknya tiba-tiba berada di depan gubuk bersama hewan buas itu.
"halimau apa?"
"Itu namanya harimau, Nak" Jawab Jisoo menunjuk harimau tersebut.
Nini mengangguk-anggukan kepalanya tanda paham,"ohh, halimau temen Nini."
"Hah, temen?" Jisoo membelalakkan matanya.
"Iya Bunda, dia baik." Ucap Nini menarik tangan Jisoo agar mendekati harimau tersebut.
Jisoo agak takut untuk mendekatinya namun tidak menolak untuk ditarik.
"Ini Bunda," Ucap Nini seakan-akan mengobrol dengan harimau tersebut. Ia mengelus kaki harimau itu.
"Bunda, elus halimau kayak gini." Ucap Nini menunjukkan bagaimana cara ia mengelus harimau.
"B-bunda coba ya," Sahut Jisoo dengan takut-takut mengelus harimau tersebut.
"Nini udah berapa lama kenal sama harimau ini?" Tanya Jisoo penasaran.
"halimaunya dulu segini, sekarang jadi besal." Jawab Nini dengan gestur tangan membentuk lingkaran kecil kemudian lingkaran besar. (susah jelasinnya, ngerti kan ya manteman)
"Gimana Nini bisa berteman sama harimau?"
Nini sedikit berpikir,"Dulu halimau tolong Nini, halimau kasih Nini makan. Telus halimau ajak main Nini ."
Jisoo mengernyitkan dahinya,"Harimau kasih Nini makan apa?"
"Sayul buah Bunda, halimau juga ajalin (ajarin) Nini tangkap ikan."
Jisoo hanya mendengarkan cerita Nini dan tak hentinya berdecak kagum. Sungguh ajaib sekali bocah ini bisa berteman dengan harimau.
"Oh gitu Nak, terus Nini tau ga kenapa harimau waktu itu kejar Bunda?" Tanya Jisoo penasaran.
"Hmm, halimau kila Bunda mau belbuat jahat ke hutan, jadi halimau kejal Bunda. Halimau ga nakal Bunda, Nini cudah kasih tau halimau kalau bunda baik." Jelas anak itu.
Jisoo tersenyum dan mengusap kepala anaknya, "Makasih ya Sayang, udah tolongin Bunda waktu itu."
"Ehm," Angguk Nini.
"Nama harimaunya siapa Nak?"
"hmm ndak tau, Bunda" Jawab Nini sambil menggaruk kepalanya bingung.
"Gimana kalo kita kasih nama Leo?" Tawar Jisoo memberi Ide.
Nini menggangguk semangat. "Halimau sekalang nama kamu Leo ya?" Ucap Nini mengajak bicara harimau sambil mengelus kaki harimau tersebut.
FLASHBACK OFF
Kediaman keluarga Kim
"Pa udah ada kabar belum tentang Jisoo?," Tanya Irene yang merupakan Ibu dari Jisoo dan Lisa.
Suho menghela napasnya kasar, "Belum Ma, masih dalam proses pencarian korban. Tapi Tim SAR udah menemukan beberapa puing pesawat di tempat kejadian. Kita tunggu kabar selanjutnya ya."
"Tapi aku ga tenang Pa, gimana kalo terjadi sesuatu sama Jisoo? Gimana kalo Jisoo..." Ucap Irene yang terpotong.
"sstt udah yaa, aku yakin Jisoo selamat." Sahut Suho menenangkan istrinya.
"Jisoo Kamu bertahan yaa. Jangan tinggalin Mama. Kamu kan udah janji sama mama kalau Kamu ga akan pergi dari dunia ini sebelum bertemu anak kamu. Mama yakin Kamu kuat, Sayang." Batin Irene menahan air matanya.
Lisa yang juga duduk mendengar percakapan orang tuanya hanya bisa terdiam. Ia benar-benar terpukul ketika mendengar kabar bahwa kakaknya kecelakaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Tarzan
FanfictionSiapa sangka sebuah bencana malah membawa Kim Jisoo menemukan kembali cahaya hidupnya. Wanita itu kembali merasakan kebahagiaan yang telah lama hilang. Seorang bocah kecil nan imut hadir di hadapannya secara tiba-tiba di hutan tak berpenghuni. Mungk...