1-Dingin

1.2K 115 4
                                    

"Selesaikan pekerjaan ini secepatnya! Setelah saya pulang dari Paris, berkas itu sudah harus ada di meja saya," dingin seorang wanita berumur 25 tahun.

"B-baik sajangnim, saya permisi." balas karyawan tersebut kemudian beranjak keluar dari ruangan tersebut.



Wanita berwajah dingin itu adalah Kim Jisoo. Ia merupakan penerus dari Kim Corp, salah satu perusahaan paling berpengaruh di Korsel. Dahulu, ia merupakan sosok yang lembut dan ramah pada setiap orang. Namun, senyumnya seketika menghilang akibat kejadian beberapa tahun silam.

Jisoo menghela nafasnya, "Sayang, kamu di mana? Apa kamu hidup dengan baik? Bunda selalu teringat sama kamu, Bunda kangen kamu Nak.." Air mata mulai membanjiri pelupuk matanya, entah sudah berapa banyak air mata yang ia habiskan selama 4 tahun belakangan. 


FLASHBACK

"Selamat bu, anaknya perempuan." Ucap seorang suster menyerahkan bayi ke gendongan Jisoo yang tengah berbaring di kasur rumah sakit.

Jisoo menangis haru dan menerima bayi tersebut, "Terima kasih Suster." Suster tersebut mengangguk lalu pergi meninggalkan ruangan.

"Halo kesayangan Bunda, terima kasih sudah lahir dengan selamat. Bunda sayang banget sama kamu." Ucap Jisoo mengecup kening bayi tersebut. Kemudian ia lanjut menyusui bayinya.


"Maafin Bunda ya Nak, Bunda gabisa pertemuin kamu sama Ayah. Ayah udah tenang di sana, walaupun Ayah gaada disisi kamu, kamu harus inget kalau ayah selalu ada di hatimu."

Suami Jisoo meninggal karena sebuah kecelakaan tunggal. Kejadian itu terjadi saat Jisoo tengah mengandung anaknya. Jisoo sangat terpuruk kala itu. Namun, ia tidak boleh bersedih. Ia harus kuat demi anaknya.


Jisoo cepat cepat menghapus air matanya ketika seseorang mengetuk pintu.

"Wihh keponakankuu udah lahir," Ucap gadis berponi menghampiri ranjang tempat Jisoo berbaring.

"Sstt Lisa jangan teriak-teriak, anak kakak lagi tidur."

"HEHEHE, maaf kak aku excited banget soalnya" cengir Lisa. Jisoo hanya merotasikan bola matanya malas.

"Ih baby nya imut banget, namanya siapa Kak?"

Jisoo menatap bayi yang ada dipelukannya dan tersenyum "Jennie Kim dipanggilnya Nini." 

"Gemeyy banget namanya baby Nini, Lisa jadi pengen cubit pipinya Kak."

Jisoo pun lantas menoyor kepala adiknya, "jangan aneh-aneh deh lis nanti Nini bangun."


Setelah mengobrol beberapa saat, Nini dipindahkan oleh perawat ke ruangan yang terpisah untuk dirawat secara intensif.




Ternyata itu adalah kali pertama dan terakhir Jisoo bertemu dengan buah hatinya. Nini diculik ketika berada di ruang rawat tersebut. Bagai disambar petir, Jisoo pingsan kala mendengar itu. 

Ia bahkan mengurung diri selama beberapa bulan setelah kejadian itu, ia merasa gagal menjadi ibu yang seharusnya melindungi anaknya.


Semua cara telah dikerahkan oleh Tuan Kim untuk mencari cucu semata wayangnya tersebut. Mereka mencari hampir keseluruh dunia, tetapi tidak ada tanda keberadaan Jennie. Pelakunya juga nihil untuk dilacak. Bahkan setelah 4 tahun pencarian, Jennie tak kunjung ditemukan. Kejadian tersebut meninggalkan luka yang sangat mendalam bagi keluarga Kim terkhusus Jisoo.

FLASHBACK OFF




"YUHUU KAK JISOO!!" 

Jisoo yang tengah meratapi nasibnya tiba-tiba saja terlonjak, "Kamchagia." 

Seperti dugaannya yang masuk ke dalam ruangannya tak lain adalah adek laknatnya.

"Lis kamu mau bikin kakak serangan jantung apa gimanasih hah?" Ucap Jisoo menatap tajam adiknya.

"peace," cengir Lisa membentuk peace sign. 

"Omo eon, eonnie habis nangis?" Tanya Lisa menghampiri meja kerja Jisoo.

"Engga Lis, kakak cuma kangen sama Nini, dimana dia sekarang, bagaimana keadaannya. Kakak ngerasa jadi Ibu yang sangat buruk," air mata itu kembali keluar. Selalu begitu ketika ia mengingat anaknya yang hilang.

Lisa mengelus punggung Jisoo untuk memberi kekuatan padanya, "yang sabar ya Eon, kita berdoa aja supaya Nini bisa ditemukan."

"But, it's been four years Li, dan belum ada kabar sama sekali dari orang-orang suruhan papa."

"Lisa yakin Nini anak yang kuat Kak, Nini pasti bisa ditemukan."

Jisoo hanya mengangguk lemah. 


"Ya Tuhan, lindungilah anakku dari segala bahaya yang mengancamnya. tolong pertemukanlah aku dengan dia,"  batin Jisoo memeluk figura fotonya bersama baby Nini ketika di rumah sakit saat itu. Foto itu adalah satu-satunya kenangan yang bisa ia simpan. Hampir setiap hari ia berbicara pada foto itu seolah anaknya akan mendengar dari kejauhan.







Baby TarzanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang