Bab 2.

20 10 0
                                        

Waktu sudah menunjukkan tepat pukul 10 malam dan Kanaya masih terjaga dari tidurnya. Ini sudah menjadi rutinitas Kanaya saat menghadapi hari ulang tahun dimana ia akan menunggu hingga hari berganti dan mengucapkan selamat ulang tahun pada dirinya. Namun malam ini mungkin bukan lah malam yang tenang. Ayah nya tiba tiba datang ke kamar Kanaya dengan keadaan mabuk disusul oleh bunda yang kini sedang menahan ayah agar tidak menghampiri Kanaya.

"Kanaya! sudah ayah bilang berapa kali nilai mu itu harus 85 keatas! lihat! apa ini?! nilai ips mu 80. Kau masih ingin di marahin?!"
Kanaya kaget bukan main. Memang benar nilai nya 80 namun itu adalah ujian bulan lalu dan ia sudah menjelaskan kepada ayah nya. Mengapa sekarang ia kembali marah marah dalam keadaan mabuk kepada Kanaya?

"Kai sudah cukup! jangan memarahi Kanaya! Itu adalah ulangan bulan lalu. Kamu tidak seharusnya memarahi nya sekasar ini!" Kini bunda berbicara dengan nada cukup tinggi sembari menahan Kaizo agar tidak mendekat kepada Kanaya. Kanaya sendiri hanya terdiam menunduk menahan air mata nya yang hampir mengalir deras.

"Vio! apakah kau tidak mengerti? nilai itu sangat penting. Aku melakukan ini karena aku menyayangi bocah tidak tahu diri ini. Aku rela mati matian kerja namun memberikan nilai 100 saja tidak bisa! mau jadi apa kamu hah?!"

Ayah nya mulai mengambil sebuah pajangan di atas lemari seraya melemparkan nya sembarang arah. Sunyi. Bunda yang menyadari bahwa putri nya kini menangis mulai menggenggam kuat tangan Kaizo dan menarik nya keluar dari kamar Kanaya.

"Sayang nya bunda.. kunci pintu nya ya? selamat malam.." Ucap bunda seraya menarik Kaizo sang ayah keluar dari kamar dengan keadaan yang masih terbalut emosi.

Saat pintu kamar Kanaya tertutup saat itu juga Kanaya menangis sejadi jadi nya. Ia tahu, jika setelah ini bunda nya lah yang akan berdebat dengan sang ayah karena telah membela Kanaya. Ia terlalu takut dengan semua ini. Ia meraih ponsel nya lalu bergegas mencari nomor Batara. Panggilan terjawab.

"Halo nay? kenapa? belum ganti hari ini."

"Batara.."

"Nay? lo gapapa? halo nay? lo lagi nangis?!"

"Ayah tadi masuk.. terus marah.."

"Nay.. Ada yang luka?"

"Ngga ada.."

"Udah nay. Jangan nangis terus. Gua kesana sekarang. Jangan kemana mana."

"Batara.. aku mau pergi.. aku gamau dirumah."

"Nay jangan kemana mana! diluar hujan, biar gua yang kesana."

"..."

"Nay? jawab gua nay!"

"Maaf.. aku ga tahan."

"NAY!"

"..."

Panggilan terputus. Kanaya meletakkan benda pipih itu di saku nya lalu bergegas keluar rumah melalui jendela kamar nya. Ia berlari tanpa arah sembari menangis di bawah hujan yang mengalir deras. Kanaya benar benar terpuruk. Ini adalah hari ulang tahun nya. Namun mengapa, ayah nya malah merusak segala nya?

Kanaya berhenti. Ia mendongakkan kepalanya menatap langit yang begitu gelap. Tangan nya masuk kedalam saku untuk mencari benda pipih yang ia bawa. Ia mengeluarkan benda pipih itu dan melihat waktu yang ditunjukkan kini tepat pukul 12 malam yang menandakan bahwa hari telah berganti. Kanaya tersenyum pahit.

"Selamat ulang tahun untuk ku." 

Mata nya kini mulai melebur kembali. Kesadaran nya perlahan menghilang membuat Kanaya kehilangan keseimbangannya. Namun aneh nya ia tidak jatuh. Seakan ada tubuh besar yang menahan nya. Ia memalingkan wajah nya dan menatap sayu seseorang yang berada dibelakang nya. 'Batara? Diana? Bunda? Ayah? bukan.. bukan mereka.'

"Kamu.. siapa..?"

Kanaya kini terjatuh pingsan didalam gengaman seorang lelaki. Lelaki itu menggendong Kanaya dan berjalan menuju kebawah pohon yang cukup besar untuk menahan agar hujan tidak semakin membasahi mereka berdua.  Lelaki itu mendudukan Kanaya tepat disamping nya. Tangan nya membuka jaket yang tengah ia pakai lalu menyelimuti Kanaya yang masih pingsan. Setelah nya, ia mengambil ponsel milik Kanaya berniat untuk memberitahu kenalan nya bahwa Kanaya sedang pingsan namun, lelaki itu gagal fokus saat melihat notifikasi bahwa gadis disebelah nya ini tengah berulang tahun. Ia tersenyum tipis. Lalu membuka aplikasi note dan mulai menuliskan beberapa kalimat.

Sorry sebelum nya buka ponsel lu tanpa izin soal nya ga kekunci. Gua ga ada niatan jahat, gua cuma mau ngabarin kenalan lu klo lu pingsan tpi tbtb gua salfok sama notifikasi ulang tahun lu. Karena itu gua ngetik ini buat ngucapin selamat ulang tahun kanaya (?) yaa itulah. Btw gua Zyan ini nomer gua +62 klo lu mau balikin jaket nya chat kesitu aja. dah.

Setelah mengetik beberapa kalimat serta mengirim pesan kesalah satu room chat teratas ia meletakkan kembali ponsel Kanaya di saku celana nya dan melangkah pergi menjauhi kanaya yang tengah terbaring pingsan.

Kebetulan, room chat paling atas di ponsel Kanaya adalah room chat Batara. Sehingga Batara yang mendapatkan chat itu langsung bergegas menuju tempat Kanaya berada.

"Nay harus nya lo nurut sama gua nay." lirih Batara yang kini sedang berlari menuju tempat Kanaya.

Tbc.
Vote komen and like nya yaa hehe lov u all!
aku update nya sesuai mood jadi aku harap kalian masih setia nunggu cerita ini shshsh 😭

He's Not The One || Nomin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang