Bab 3.

12 8 0
                                    

Kanaya perlahan membuka matanya. Sudah berapa lama ia pingsan? ia tak mengingat apapun. Kanaya merogoh saku celana nya lalu mengambil benda pipih yang tersimpan rapih di saku nya. Waktu kini menunjukkan pukul 8 pagi. 'Ah, ini hari ulang tahun ku'. Kanaya menatap kesekitar nya. Ruangan dengan dominasi chat berwarna abu ini tampak asing bagi Kanaya.

Deg.

Kanaya terperanjat bangun. Ini bukan kamar Kanaya. Kanaya panik bukan main namun kepanikan Kanaya menghilang tak kala ia melihat sebuah figura berisi sosok yang ia kenal dengan seorang wanita paruh baya di samping nya. 'Oh kamar nya Batara..' Saat Kanaya masih asik mengamati sekitar, suara pintu perlahan membuka memperlihatkan Batara yang membawa sebuah wadah air dengan handuk kecil di dalam nya.

"Oh udah bangun? gimana udah baikan?" tanya Batara seraya menghampiri Kanaya.

"Udah, aku ngerasa baikan." Batara yang mendengarnya tersenyum hangat. Batara menyimpan wadah air itu di meja sambil menghembuskan nafas pelan. Kanaya paham bahwa Batara kini sedang sedikit kecewa kepadanya.

"Batara.. maafin—a" belum sempat melanjutkan kalimat nya Kanaya merasakan sebuah telapak tangan kini menempel di dahi nya. Jarak nya antara ia dan Batara kini terkikis menjadi lebih dekat. Netra Kanaya bergerak menelisik netra Batara yang kini sedang menatap lekat kepada-nya. Khawatir. Itulah yang tercetak tegas di mata Batara.

"Ok suhu nya udah normal lagi."

"..."

"Nay." Kanaya masih tidak menjawab. Ia memilih untuk terdiam dan memperhatikan Batara.

"Huft. Lain kali jangan gini lagi. Gimana kalo kemarin gua ga di bandung? gua khawatir nay.. lain kali tolong dengerin gua ya?"

Perlahan air mata Kanaya jatuh membasahi pipi nya ia tidak memiliki tenaga untuk membalas perkataan Batara. Batara yang sedari tadi tidak mendapatkan balasan mulai menjulurkan tangannya kearah pipi milik Kanaya. Jari nya ia gunakan untuk mengusap pelan air mata Kanaya.

"Udah jangan nangis terus, gua tadi beli bolu. Kita rayain ultah lo ya?"

Kanaya tersenyum. Ia bangkit dengan tangan yang di gengam erat oleh Batara. Batara menuntun nya menuruni tangga dan membawa nya ke arah dapur. Kanaya bisa melihat di dapur ada Ibu Batara yang sedang menancapkan lilin di bolu.

"Eh cantik nya ibu udah bangun.. sini tiup lilin dulu"

"Hehe iya ibuu, maaf ngerepotin"

"Nda ngerepotin toh. Ayo tiup dulu tar padam"

"Iyaa bu."

Kanaya menutup mata nya sebentar. Setelah beberapa detik ia mulai meniup lilin nya dan disambut meriah oleh ibu Batara. Sedari dulu ibu Batara menginginkan seorang anak perempuan namun sayangnya yang muncul malah seorang anak lelaki. Karena itu tidak heran jika ibu Batara mengganggap Kanaya seperti ke anak nya sendiri. Sesayang itu pada Kanaya.

"Ta fotoin ibu ta bareng si cantik"

"Sama Kanaya aja ibu semangat pengen foto giliran sama anak nya mah biasa aja" sahut Batara sedikit cemburu.

"Haha sini kita foto bertiga aja. Ibu ditengah, Batara kanan, aku kiri." Kini Kanaya yang melerai perdebatan kecil antara ibu dan Batara.

Pagi itu dirumah Batara dipenuhi oleh gelak tawa. Bahkan sejenak Kanaya melupakan apa yang terjadi di rumah nya. Batara selalu punya cara untuk membuat Kanaya tersenyum. Karena bagi Batara senyuman Kanaya dan ibu adalah harta yang paling berharga.

Setelah menghabiskan waktu di rumah Batara, Kanaya pamit pulang kerumah nya. Ia berani pulang karena mendapat informasi dari bunda bahwa ayah nya kini sedang mendapat tugas ke luar kota. Sesampai di rumah Kanaya memilih membaringkan tubuhnya di kasur kesayangan nya. Memori Kanaya berputar tentang kejadian malam itu. 'Dia siapa? kenapa nolongin aku?' pertanyaan itu terus bermunculan di pikiran Kanaya. Hingga ia membuka aplikasi note di ponsel nya, Kanaya terkejut saat melihat ada note baru yang tersimpan rapih di antara note miliknya.

"Zyan.. dia yang nolongin aku?"

"Oh! jaket ini.. aku harus ngembaliin nya."

Tbc.
Haloo gimanaa cerita nya?? maaf ya kalo masih banyak kekurangan, soal nya masih pemula shshsh. intinya i hope u like it (⁠人⁠ ⁠•͈⁠ᴗ⁠•͈⁠) !

He's Not The One || Nomin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang