Sudah tiga hari Candra terlihat uring-uringan sendiri, emosinya juga tidak stabil. Cakra yang hanya meminjam charger laptop di bentak-bentak olehnya, yang membuat mereka terlibat perkelahian dan di lerai oleh Chantika yang baru pulang dari bimbel.
Sekarang di ruang keluarga, Cakra dan Candra berdiri di depan Harsa yang duduk di sofa dengan tangan terlipat di dada.
"Mau diem-dieman sampai gajah bisa terbang? Bosen ayah liatnya." Ujar Harsa.
"Cuman karena charger laptop jadi tonjok-tonjokan." Rani meletakkan secangkir kopi di meja untuk Harsa.
"Pelukan." Ucapan Harsa yang langsung di turuti anak kembar itu.
"Udah saling memaafkan, kalau berantem lagi ayah usir ke rumah om Malik."
Setelah selesai berpelukan Cakra dan Candra kembali ke kamar mereka. Tapi Candra di suruh membawa kopi Harsa ke teras.
"Duduk." Harsa menyuruh Candra duduk di kursi sebelahnya, mereka berdua duduk di teras samping rumah yang di depannya banyak sekali tanaman.
"Candra gak mau cerita." Ujar Candra begitu mendudukkan dirinya di kursi.
"Tiga hari uring-uringan, dikira keren kamu? Sampai kembaranmu kamu jadikan pelampiasan amarah begitu."
"Nggak papa, Cakra udah biasa di jadiin pelampiasan."
Harsa menghela nafas panjang, " kalau masalah perempuan, ayah gak bakalan capek bilang kalau kamu bodoh."
Candra tertawa, " cewek banyak ya kan, Yah. Candra juga bisa nyari pacar lagi setelah putus, tapi tetap aja yang bisa ngertiin aku banget cuman satu cewek."
"Dan cewek itu sekarang Deket sama cowok lain?" Tebakan Harsa yang nyatanya memang benar.
"Iya, pas di sekolah rasanya pen aku tonjok aja cowoknya. Sok ganteng, padahal gantengan aku."
"Caper dikit mangkanya, pasti dia bakalan balik lagi." Saran Harsa yang membuat Candra berfikir.
"Gak dulu, mau di taro mana muka ku kalau caper ke dia. Udah bagus ini image ku yang terlihat tidak perduli."
Harsa berdecak kesal, "Halah, uring-uringan kek gini berlagak gak perduli."
Candra merengngut sebal, "ayah mah gitu."
Harsa tertawa, "udah sana panggilin Cakra, gantian yang ayah interview."
Candra berdiri di depan pintu masuk, sebelum melangkah pergi memanggil kembarannya, dia mengatakan, "jangan bahas percintaan yah, dia masih Friendzone."
Harsa menggeleng, " anak gw gak ada yang bener kisah cintanya."
Cakra datang dengan satu mangkuk buah naga yang sudah di potong-potong oleh Rani.
"Cakra gak ada masalah." Ujar Cakra, dia sudah sangat terbiasa dengan interview dadakan oleh ayahnya, untuk mengorek masalah anak-anaknya.
"Kurang-kurangi yang kayak tadi."
Cakra mengerutkan keningnya, tak paham dengan ucapan Harsa.
"Gimana, yah?"
"Kurangi sikap kamu yang sering jadiin diri kamu sendiri buat pelampiasan amarah Candra."
"Gak papa, kalau kayak tadi kan setidaknya amarah dia berkurang dikit."
Helmi menghela nafas lelah, pusing dia sama anak kembarnya, yang satu kalau marah suka ngelampiasin ke orang lain, terus yang satunya santai-santai aja di jadiin pelampiasan amarah kembarannya.
"Udah lah, next pertanyaan selanjutnya." Helmi menyeruput kopinya sebelum bertanya lagi, "sekolah? Oke, gak masalah masih bisa di maklumi. Terus apa yang harus ayah tanyain lagi?"