"kenapa hari Senin itu auranya beda." Ujar Candra duduk di meja makan bersebelahan dengan ayahnya.
"Perasaan sama aja." Sahut ayah Helmi.
"Ayah tuh gak ngerasain upacara hari Senin, jadi diem aja deh." Kini giliran Chantika yang ikut menimpali.
"Mending kalian sekarang sarapan, terus berangkat, udah setengah tujuh ini." Bunda berucap sebelum terjadi perdebatan di antara anak dan suaminya.
"Bunda, kunci motor mas di mana?" Cakra bertanya, dia sudah selesai sarapan dari tadi. Sekarang dia mencari kunci motornya yang menghilang tiba-tiba.
"Cari di laci ruang keluarga."
Cakra segera berlari ke ruang keluarga, setelah lima menit mencari akhirnya kunci motornya ketemu di selipan sofa.
"Bunda aku berangkat dulu." Ujar Chantika yang sudah selesai sarapan, dia langsung beranjak keluar rumah.
Chantika berangkat sendiri dengan motor yang di belikan oleh Ayah Helmi, walaupun harus nangis-nangis dulu baru dikasih.
"Lu makan aja sejam sendiri." Cakra menatap kesal Candra yang lagi benerin tali sepatunya.
"Sabar elah, orang sabar nanti gak upacara."
"Udah kalian berangkat sana, itu adek aja udah berangkat." Ujar Helmi.
"Bye bye ayah, kita sekolah dulu." Candra melambaikan tangan, dia sudah nangkring di jok belakang motor Cakra.
"ANYING SANTAI CAK." Teriak Candra begitu Cakra meng-gas motornya tiba-tiba membuat dia sedikit terhuyung ke belakang, untung gak jatuh.
Seperti hari Senin biasanya, pasti ada upacara bendera di pagi hari. Karena Chantika lupa bawa topi akhirnya dia menyusup ke barisan paduan suara, untung saja anak padus yang bertugas hari ini sudah sangat biasa sama penyusup yang ikut di barisan mereka.
"Enak juga di sini. Kagak panas." Celetuk Chantika.
"Lu kebiasaan banget gak bawa topi, lama-lama join padus lu." Ujar Serena yang memang anak padus.
"Yang penting gw ikut nyanyi ye, gak cuman numpang baris doang."
"Iya in aja lah."
"Weh banyak banget yang sakit." Chantika mengamati anak PMR yang berlalu lalang membopong beberapa murid yang sakit ke UKS.
"Noh mas mu, drama itu." Serena menunjuk ke arah Cakra yang terlihat lemas dibopong oleh anak PMR.
Saat melewati barisan padus, Cakra masih sempat mengedipkan matanya menggoda ke arah Serena.
"Pen gw colok matanya." Serena melotot membalas tatapan menggoda Cakra.
Chantika tertawa melihat kejadian di depan matanya itu. Belum genap lima menit Cakra di bawa ke UKS tiba-tiba barisan kelas sebelas IPS tiga di buat heboh karena Candra terjatuh pingsan.
"Perasaan tadi di rumah gak papa." Ujar Chantika begitu Candra di tandu menuju UKS.
"Halah percaya aja kamu, mas mu cuman gak mau upacara." Sahut Serena yang sudah kelewat hafal sama tingkah si kembar yang pura-pura sakit saat upacara.
Pelajaran pertama setelah upacara tak begitu menyusahkan, hanya membosankan apalagi kalau bukan bahasa Indonesia. Untung bel istirahat berbunyi sebelum Chantika memejamkan mata, segera membereskan buku di mejanya dan menarik Runa ke kantin.
Setelah membeli beberapa jajan mereka ke UKS, menjenguk si kembar yang katanya masih sakit, jadi gak balik ke kelas.
"Bagi cimol nya." Candra mengambil se-plastik cimol dari tangan Runa.