Chantika masih termenung di taman samping rumah sendirian dengan secangkir kopi menemaninya, sekarang pukul sepuluh malam dan satu jam yang lalu dia baru pulang setelah keluar berdua dengan Galang. Laki-laki itu mengajaknya keluar dengan paksaan, tiba-tiba dia sudah berada di ruang tamu mengobrol bersama ayah Helmi.
Chantika mengusap muka kasar, "sialan, kalau akhirnya gini mending gak usah kenal dari awal."
"Bunda temenin ya." Rani datang dengan secangkir teh.
"Bunda gak tidur?" Tanya Chantika.
"Nggak, ayah sama mas mu berisik banget main PS nya." Rani meminum tehnya.
Si kembar dengan Helmi sedang bermain PS di kamar si kembar yang memang bersebelahan dengan kamar Helmi dan Rani.
"Kamu habis jalan sama Galang kenapa jadi kayak banyak pikiran gitu?" Tanya Rani.
Chantika tidur di pangkuan Rani, "tadi dia bilang kalau mau akhiri hubungan tanpa status kita. Sedangkan adek tuh masih belum yakin sama perasaan adek ke dia."
Rani mengelus-elus rambut Chantika, "kuncinya itu ada di kamu, Galang juga udah gak pernah punya cewe lagi kan? Dia nunggu kepastian kamu sekarang, deket tanpa status yang jelas itu menyakitkan"
"Kalau aku bilang perasaanku buat dia udah berubah bunda percaya?"
"Berubah seperti apa, kamu sudah gak menatap dia dengan perasaan nyaman? Kamu udah bisa meluk dia tanpa perasaan nyaman seperti memeluk bunda? Atau kamu kamu sudah gak masalah kalau dia dekat dengan perempuan lain?" Pertanyaan yang Rani layangkan mampu membuat Chantika terdiam.
Rani menampilkan senyum teduhnya dengan tangan yang masih mengelus-elus rambut Chantika.
"Perasaan mu itu gak berubah dek, kamu cuman mengagumi sosok lain selain Galang, benar kan?"
Rani mengecup kening anak bungsunya itu, "dengerin bunda, kamu bisa mengagumi lebih dari satu laki-laki, tapi tak bisa mencintai lebih dari satu laki-laki."
"Aku mau Galang, tapi di satu sisi aku juga menemukan sedikit kenyamanan di sosok lain." Akhirnya Chantika mengungkapkan apa yang membuat dia berfikir lama untuk menerima Galang.
"Jangan serakah untuk ambil keduanya, kamu gak tau kan apa yang bakalan terjadi di antara dua laki-laki itu."
Handphone Chantika berdering menampilkan panggilan telepon dari Runa.
"Lu nelpon di suasana yang gak tepat." Ujar Chantika begitu mengangkat telfon Runa.
Rani hanya tertawa melihat anaknya kesal karena panggilan telepon dari Runa membuat sesi curhat mereka terpotong.
"Ya maaf, gw kan cuman mau ngasih tau kalau cowok lu abis di hajar sama Galang."
Chantika langsung bangun mendengar berita yang Runa bawa. Membuat Rani bingung menatap anaknya yang terlihat terkejut.
"Di mana? Galang bilang dia mau ke Mak Tam tadi."
"Bohong anjing itu orang, dia ke tongkrongan anak Smastra yang di depan cafe biasanya gw sama Tristan ngopi."
"Di keroyok dong dia?"
"Kebetulan di sana cuman ada lima orang, Satya sama empat temennya. Si Satya bonyok, tadi di bawa ke klinik."
"Sialan emang itu orang, gw lagi bingung mikirin jawaban dia malah berantem. Sekarang lu di mana?"
"Masih di cafe, habis ini otw balik."
"Ya udah hati-hati, makasih infonya."
"Kenapa dek?" Rani bertanya setelah Chantika mematikan telfonnya.
"Galang berantem sama cowok yang lagi deket sama aku."
Rani tertawa membuat Chantika keheranan, bisa-bisanya bundanya tertawa setelah mendengar bahwa Galang berkelahi.
"Bunda kok ketawa sih?"
"Gak papa, ternyata dia beneran ngelakuin apa yang ayahmu katakan."
Chantika mengernyitkan keningnya, "ayah ngomong apa sama dia?"
"Tanya ayah mu aja."
Chantika segera beranjak menghampiri ayahnya yang masih bermain PS di kamar si kembar.
"Ayah ngomong apa sama Galang?"
Yang di dalam kamar terkejut begitu Chantika membuka pintu dan langsung melayangkan pertanyaan.
"Kenapa sih dek? Ngagetin aja." Helmi masih fokus dengan PS nya, dia lagi main musuh Candra soalnya Cakra udah kalah tadi.
"Galang berantem sama Satya." Ujar Chantika yang sudah duduk di kasur Cakra.
"Satya siapa?" Tanya Candra.
"Cowok sekolah sebelah yang lagi deket sama aku."
"Bagus dong kalau gitu, berarti dia menyerap ucapan ayah dengan benar."
"Emang ayah ngomong apa?" Tanya Cakra yang juga penasaran.
"Ayah cuman bilang, kalau masih mau main perempuan mending gak usah sama Chantika, terus kalau dia emang mau Chantika dan Chantika lagi Deket sama cowok lain abisin aja cowoknya. Gunakan tangan sebaik mungkin buat nonjok orang."
Penjelasan Helmi membuat ketiga anaknya ternganga tak percaya, awalnya sih memang benar biar Chantika gak sakit hati. Tapi akhirnya dia sama aja nyuruh Galang buat berantemin cowok yang deketin Chantika.
"BUNDA, KAYAKNYA BUNDA SALAH PILIH SUAMI DEH." Chantika berteriak pada Rani yang sekarang sudah duduk manis menonton TV.
"EMANG DEK. NANTI KITA CARI AYAH BARU YA." Balasan Rani dengan teriakan juga.
"HEH ENAK AJA, GAK ADA YANG BEGITUAN." Teriakan Helmi yang membuat ketiga anaknya tertawa terbahak-bahak.