Chapter 31

1K 108 23
                                    

Wina menatap Axel yang berjalan tanpa tergesa-gesa dari jauh. Di satu tangannya tergenggam tas kecil berlogo mini market. Jika dipikir-pikir, pemuda itu tampaknya memang banyak berubah dari tiga tahun yang lalu. Dia lebih dewasa, lebih tampan, tampak lebih bisa diandalkan. Meski begitu, entah bagaimana Wina pikir di saat yang sama, Axel juga tampak tak berubah sama sekali. Rasa keakraban itu menyentuh Wina.

Memandang Wina yang melamun, Axel mengeluarkan satu barang dari kantong yang dia bawa. Dengan hati-hati menyodorkannya ke pipi Wina. Menyentuh pipi lembut itu hingga dia terkejut.

"Aw! Dingin!" Reflek menjauhkan wajah, Wina kemudian memandang Axel ganas. "Apa-apaan sih?!"

"Ini udah sore, ngapain ngelamun? Nanti kesambet." Ucap Axel asal. Kemudian duduk di samping Wina. "Ini, makan." Menyodorkan es krim yang tadi mengejutkan gadis itu, Axel kemudian mengambil satu untuk dirinya sendiri.

Wina menatap es krim cone berbentuk mawar merah muda di tangannya, melirik Axel yang sudah memakan es krimnya sendiri yang rasa cookies, gadis itu tak tahu harus berkata apa. Lagipula, sebenarnya apa maksud Axel membawanya ke tempat ini?

"Jangan cuma dilihatin, nanti cair." Ujar pemuda itu lagi mengingatkan.

Wina menunduk menatap es krimnya, kemudian berbisik. "Terimakasih."

Axel hanya meliriknya sekali, lalu menatap ke arah kolam air mancur kering di hadapan mereka. Dengan cuek kembali memakan es krimnya.

Untuk kesekian kali, Wina kembali melirik pemuda itu yang seakan-akan tak peduli pada Wina yang duduk di sebelahnya. Serius deh! Sebenarnya ngapain sih dia ngajak gue ke sini? Bukannya langsung pulang aja, padahal taman ini kan dekat sama rumah gue. Oh ya! Tadi dia bilang mau ngomong, tapi sampai sekarang belum mulai juga. Sebenarnya mau ngomongin apa sih?! Gak mungkin nembak gue kan? Haha.

"Win..."

"Uhuk! Uhuk! Uhuk!" Wina, yang pikirannya berkeliaran kemana-mana sambil dengan santai memakan es krimnya, pada akhirnya terkejut tiba-tiba oleh panggilan Axel. Memukul-mukul dada, dia tersedak dan batuk dengan hebat. Sesaat tadi dia pikir Axel bisa mendengar pikirannya.

Axel menghela napas, mengeluarkan air mineral dari kantong belanja, dia membuka tutup botolnya dan menyerahkannya pada Wina. Setelahnya dengan satu tangan menepuk-nepuk punggung gadis itu untuk menenangkan. "Pelan-pelan makannya, gak ada juga yang bakal ngambil es krim lu."

Masih batuk-batuk, dengan es krim di satu tangan, dan botol air mineral di tangan lainnya, gadis itu mendelik pada pemuda di sampingnya yang tampak tak bersalah. Memangnya lu pikir ini gara-gara siapa?!

"Ngapain ngeliatin gue? Minum airnya."

Masih terbatuk-batuk, dengan berat hati Wina mengalihkan perhatian dan meminum air mineral untuk melegakan tenggorokannya. Sesaat kemudian, Wina menghela napas dan berhenti batuk.

"Udah lebih lega?" Axel menatap Wina, sambil menandaskan es krim pada gigitan terakhir. "Udah bisa diajak ngobrol sekarang?"

Wina menggigit bibir, entah kenapa tiba-tiba tak lagi bernafsu memakan es krimnya, yang ada ganya degup jantungnya yang memukul terlalu keras. "Sebenarnya Kakak mau ngomongin apa?"

Axel melirik es krim yang tak lagi dimakan Wina, sebelum perlahan menatap mata gadis itu. Sebenarnya, mata Wina agak kecoklatan jika dilihat baik-baik. Bulu matanya cukup panjang, dan lentik. Hidungnya kecil, dengan tulang hidung yang tinggi. Bibirnya merah, agak mengkilap dengan sesuatu yang disebut lip gloss. Sedikit es krim menodai ujung bibirnya, yang membuat Axel merasa gatal untuk menghapusnya. Jadi, itu yang dilakukan pemuda itu, mengulurkan tangan dan mengusap ujung bibirnya.

Untuk kedua kalinya Wina terkejut. Mundur sedikit dengan mata melebar. "Ka—kalau mau bicara, bicara aja. Kenapa Kakak nyentuh-nyentuh?" Tanyanya panik, suaranya bahkan bergetar.

Clockwork MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang